7

9.7K 852 26
                                    

7

Layla menatap gaun satin bewarna merah yang mencetak sempurna setiap lekuk tubuhnya dipadu dengan sepatu hak tinggi bewarna senada. Panjang gaun itu semata kaki dengan belahan hingga separuh paha, dan memiliki model punggung terbuka. Tadinya, Layla tak ingin memakai gaun tersebut, selain karena warnanya provokatif, juga modelnya terlalu seksi. Akan tetapi, Harvey meyakinkan bahwa alih-alih terlihat nakal, Layla justru anggun memukau.

Rambut Layla disanggul, dengan anak rambut ikal yang dibiarkan tergerai dibagian kiri dan kanan. Kalung berlian hadiah pernikahan dari Harvey, melingkar di leher. Giwang bermata berlian di telinganya, tampak berkedip-kedip menggoda.

"Sudah siap?"

Layla yang sedang mematut diri di cermin, berbalik dan menatap Harvey yang tampak rapi dan tampan dalam balutan setelan jas lengkap. Ia tersenyum dan mengangguk.

"Ayo, aku tak mau kita terlambat."

Layla melangkah mendekati Harvey. Alih-alih mengajaknya pergi seperti yag dikatakan, Harvey justru memeluk Layla.

"Harvey?" Layla memandang sang suami dengan bingung.

"Kau sangat cantik malam ini, Sayang."

Layla tersipu malu oleh pujian sang suami.

Harvey menunduk dan mengecup lembut bibir Layla. "Jika tidak memikirkan David dan yang lain menunggu kita, aku lebih senang tidak ke mana-mana. Kau membuatku ingi merobek gaun itu saat ini juga."

Layla tertawa kecil dan mencubit pelan perut Harvey.

Harvey pura-pura kesakitan, lalu tertawa.

Setelah itu, Harvey merangkul pinggang Layla, dan mereka siap menuju hotel tempat makan malam diadakan.

***

Harvey senang makan malam bersama David, Arion, Flora dan karenina berjalan lancar. Malam ini adalah kali kedua David bertemu Layla. Ketika pertama kali di acara pernikahan mereka dulu, David hampir tak punya kesempatan bercakap-cakap dengan Layla.

Selama makan malam, David bersikap hangat dan sopan kepada Layla. Melihat sinar kagum memancar dari mata David, diam-diam Harvey kian bangga pada sang istri. Layla memang mampu memukau siapa pun juga, bukan. Mungkin, jika Arion belum jatuh cinta pada Flora, pria itu pun akan terpikat.

"Sayang sekali kak anita tidak bisa datang," gumam Layla ketika mereka dalam perjalan pulang ke rumah seusai makan malam.

Sebenarnya Layla belum pernah bertemu dengan istri David itu. Layla mengenalnya hanya dari cerita Harvey dan David.

"Kita bisa mengunjunginya kapan-kapan."

"Benar?" Layla menoleh dan menatap Harvey dengan mata berbinar.

Harvey menoleh sekilas pada sang istri, lalu kembali memfokuskan pandangan pada jalan raya. "Tentu."

"Terima kasih, Sayang."

***

Evathink
Ig : evathink

ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang