[18]

3.7K 598 15
                                    

Budayakan vote sebelum membaca !

COMMENT PLIS !

______

BICARA masalah kejujuran, Taehyung ingin menyampaikan sesuatu. Sesuatu yang sudah sangat lama ingin ia lupakan. Taehyung ingin melupakan masa kecilnya yang kelam. Jika pada umumnya anak usia lima tahun akan bermain di taman bersama teman sebayanya, maka Taehyung kecil berbeda. Taehyung kecil menghabiskan waktunya dengan berdiam diri di rumah.

Mendengarkan teriakan Ayah kandungnya juga tangisan Ibu kandungnya. Setelah teriakan mereda, Ibu Taehyung akan datang dengan luka di sekujur tubuhnya. Mata sembab, hidung memerah, juga dahi yang membiru menutup kecantikan rupa Minyeong Mulyana.

Minyeong akan datang pada Taehyung kecil. Merengkuh erat tubuh sang putra yang tak kalah bergetar darinya. Kemudian, ketika Taehyung kecil bertanya, "Mamah nggak papa?" maka Minyeong dengan senang hati akan menjawab, "Mamah nggak papa, Sayang."

Taehyung benci orang yang sok kuat. Padahal dirinya sendiri pun iya. Taehyung akui, ia memang teramat membenci dirinya sendiri.

"Mamah," Taehyung meletakkan sebuket bunga mawar putih di atas nisan hitam.

"Gimana kabar Mamah? Baik kan? Mamah udah ketemu malaikat kan? Gimana malaikatnya? Ada yang seganteng Tae nggak? Atau ada yang secantik Mamah nggak? Tae... kangen sama Mamah," Taehyung meraba dadanya.

"Mah, jantung Mamah Tae jaga baik-baik kok. Dia masih berdetak di dalem sana. Mamah di sana udah punya pengganti jantung belum?" Taehyung mengulas senyum tipis, tapi sayang, senyumnya harus tertutupi oleh air mata sialan itu.

"Maafin Tae Mah..." Taehyung menggigiti bibir bawahnya. Cowok berusia tujuh belas tahun itu meremat kuat-kuat pinggiran makam sang Ibu. Rasa bersalah kembali menyeruak masuk ke dalam rongga dada kala dunianya berputar pada kejadian dua belas tahun lalu. Kejadian di mana dirinya di ambang batas kematian, tapi, sang Malaikat salah alamat. Malaikat terlalu baik, hingga mengambil Minyeong sebagai ganti atas Taehyung.

"Ka-kalo Mamah waktu itu nggak nyelamatin Tae. Mungkin Mamah masih hidup sekarang...." nada bicara Taehyung terlampau lirih hingga hanya dirinya, Sang Maha Kuasa, dan cewek yang berdiri satu meter dari tempat Taehyung lah yang dapat mendengar.

"Tae jahat banget kan Mah? Tae-Tae.... Tae kangen sama Mamah..." tangis Taehyung berubah menjadi lebih kencang. Ia tadi sudah memastikan kalau makam hari ini sepi pengunjung, jadi Taehyung tak perlu takut akan ada yang melihat.

Jennie, si cewek yang berdiri satu meter di samping Taehyung hanya bisa terdiam. Taehyung Dirgantara, cowok nakal yang gemar sekali membuat tawa orang di dekatnya meledak kini sedang menangis. Keadaannya terlampau kacau. Berbeda sekali dengan Taehyung yang biasa urakan tapi tetap keren. Taehyung sedang hancur sekarang. Dan parahnya, Jennie lah yang mengetahui hal itu.

Entah kenapa, bibir Jennie tanpa diperintah tiba-tiba mengucapkan nama cowok yang kini masih duduk jongkok di depannya.

"Taehyung."

Tangisan Taehyung terhenti, cowok itu nampak ragu, tapi tetap membalikkan badannya.

Mata Taehyung membelalak saat ia mendapati Jennie berdiri tak jauh dari tempatnya. Cowok itu langsung saja mengusap asal air matanya menggunakan kaus.

"J-Jen? Dari kapan di situ?" Taehyung kini berdiri di hadapan Jennie.

Jennie melipat tangan di depan dada. Dagu cewek itu terangkat angkuh. "Dari lo belum nangis, sampe lo nangis kejer."

Jennie berkata begitu tenang, tapi berbeda dengan Taehyung. Cowok itu bahkan sudah panas dingin sendiri di tempatnya.

"Eummm.... gue pulang dulu yah?" Taehyung hendak melangkah, tapi bahunya ditahan oleh tangan mungil Jennie.

"Nggak usah sok tegar. Di dunia ini masih banyak yang mau berbagi luka sama lo."

Taehyung tersenyum sinis. "Gue rasa kata-kata itu juga perlu buat lo."

Jennie terdiam. Tak lama, senyum miris terbit di bibirnya yang tajam. Benar kata Taehyung, kata-kata itu pun harusnya Jennie arahkan untuk dirinya sendiri.

______

Jennie menuruni satu per satu anak tangga yang akan membawanya menuju ruang makan di lantai bawah. Gaun merah muda sepaha dipadu dengan sepatu selop berwarna senada mendukung kecantikan cewek itu.

"Dia putri saya, namanya Jennie," Siwon memperkenalkan putrinya itu pada sepasang suami istri di depannya.

Jennie menunduk sopan, kemudian tersenyum tipis.

"Wahhh! Cantik banget!" wanita yang usianya mungkin sama dengan Ibu Jennie menatapnya dengan mata berbinar.

Lagi-lagi, Jennie terpaksa harus kembali tersenyum. "Makasih."

"Ayok duduk," Siwon mengarahkan Jennie agar duduk di samping seorang cowok yang umurnya tak jauh berbeda dengan Jennie.

"Jennie ini Jaehyun, Jaehyun ini Jennie."

Cowok yang diketahui bernama Jaehyun itu mengulurkan tangannya pada Jennie. Terpaksa, Jennie pun menjabat uluran tangan itu.

"Jaehyun."

"Jennie."

"Astaga! Kalian cocok banget sih!" wanita tadi kembali heboh.

"Jadi, Jennie, Jaehyun. Maksud kami mempertemukan kalian adalah.... agar kalian bisa lebih dekat. Karena kalian akan kami jodohkan."

Jennie tersenyum miris. Ia merasa benar-benar menjadi boneka sekarang. []

[✔] Ms. ColdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang