[29]

5.1K 527 31
                                    

Budayakan vote sebelum membaca !

_____

ORANG bilang jika hari pernikahan mulai mendekat, pasangan akan diuji. Biasanya itu berhubungan dengan biaya ataupun kesehatan masing-masing. Kalau biaya, tak mungkin dipermasalahkan oleh dua keluarga konglomerat ini. Tapi, kesehatan tidak ada yang tahu.

Hari ini, hati Jennie terasa resah luar biasa. Ini sudah sebulan setelah mereka bertunangan. Dan satu minggu lagi, Jennie akan resmi menyandang status sebagai keluarga Dirgantara.

Hari ini juga hari pertama Jennie dipingit. Itu permintaan Wendy. Awalnya keluarga Agatha menolak karena mereka kurang percaya dengan adat seperti itu. Tapi, setelah mendengar akibat yang diterima jika tidak memingit pengantin dari Wendy, mereka berubah pikiran.

"Kak, kok perasaan gue nggak enak yah?" Jennie akhirnya mengungkapkan rasa gelisahnya pada sang Kakak ipar.

Wendy mengelus bahu Jennie. "Lo pasti lagi tegang. Lo kan mau nikah, jadi wajar kali perasangka-perasangka buruk masuk ke dalam pikiran."

Jennie sedikit tenang mendengarnya. "Kalo waktu lo kendalanya apa Kak?"

Bukannya menjawab, Wendy justru tertawa. "Kendala gue cuma ... berat badan gue naik seminggu sebelum pesta digelar. Dan lo tau? Gaunnya nggak bisa keseleting gara-gara BB gue naik. Akhirnya selama seminggu itu gue jarang makan, juga lebih banyak olahraga."

Jennie tertawa mendengarnya. "Emang setiap pasangan yang mau nikah itu diuji yah?"

"Ya kebanyakan sih gitu. Tapi, ada juga kok yang enggak," jawab Wendy.

"Gue takut kalo ujian gue berat," Jennie mendesah kasar.

Wendy kembali mengusap bahu ringkih adik iparnya. "Percaya deh, kalo emang udah jodohnya, pasti Allah akan memudahkan. Lo kayak orang nggak punya agama banget sih."

Jennie merengut tak suka. "Yeee sembarangan lo!"

"Ya udah sana gih mandi. Jangan dibiasain males mandi, nanti Taehyung berpaling loh," Wendy sedikit menyenggol bahu Jennie.

"Dia berani berpaling gue tebas masa depannya," ujarnya sebelum masuk kamar.

Wendy terbahak mendengar ancaman Jennie untuk Taehyung. Benar-benar kejam cewek yang satu itu.

*****

"Dipingit itu nggak enak yah?" Taehyung merebahkan kepalanya pada paha sang Ayah.

"Ya harus tahan dulu lah," kata Seokjin--suami Jisoo.

"Ayah dulu juga dipingit?" tanya Taehyung.

Suho mengangguk. "Ya iyalah! Masa enggak?"

"Kalo lo Bang?" Taehyung bertanya pada Seokjin.

Seokjin mengangguk. "Iya, gue juga."

"Rindu yah?" Taehyung sok mendrama.

"Bucin lo ah!" Jisoo melempari Taehyung menggunakan bantal sofa.

Taehyung menangkap bantal itu tepat sasaran. "Jahat banget lo Kak!"

"Udah-udah, jangan diterusin. Udah gede juga kalian ini masih sering banget berantem. Taehyung, ayo mendingan kamu temenin Bunda ke rumah temen Bunda," lerai Irene.

"Sama Ayah aja sana gih Bun," Taehyung bangkit dari tidurannya.

"Ayah mau pergi main golf habis Bunda," Suho menjawab sebelum putranya bertanya.

"Ya sama Bang Seokjin aja," Taehyung menunjuk Kakak iparnya menggunakan dagu.

"Dia mau gue ajak periksa kandungan," sela Jisoo.

Taehyung berdecak sebal. Maka cowok itu hanya bisa pasrah ketika samg Ibunda menyeretnya kesana dan kemari.

*****

"Tae, nanti kita mampir ke supermarket bentar yah?" Irene berpesan pada putranya yang tengah sibuk menyetir.

"Siap Kanjeng," Taehyung membentuk tanda hormat menggunakan sebelah tangannya.

Irene tertawa kecil melihatnya. Mau setua apapun usia Taehyung, ia yakin sikap kekanakkan putranya itu tak akan hilang. Seperti sudah mendarah daging. Karena sifat Suho pun 99,9% mirip Taehyung. Lalu kemana 0,01%-nya? Suho lebih waras daripada Taehyung.

"Kamu kok tumben ngendarain mobilnya nggak selow," Irene bertanya tanpa menatap wajah putranya.

Taehyung kini ketar-ketir sendiri di tempatnya. "Bun!"

Irene reflek menoleh. Kening mulus wanita itu mengernyit tatkala ia menemukan wajah panik sang putra. "Kamu kenapa?!"

"Bunda sana lompat keluar!" Taehyung berteriak frustasi.

"Kamu kenapa sih?!" Irene ikut panik.

Karena sedang berada di jalanan yang renggang akan kendaraan, Taehyung tanpa ragu mendorong Bundanya untuk keluar dari mobil itu.

Irene jatuh menggelinding di tanah aspal. Wanita itu sedikit terluka pada bagian sikutnya.

Sementara itu, mobil yang dikemudikan oleh Taehyung sudah tak tentu arah. Berbelok-belok seenaknya seakan ia tengah berada di jalanan Nenek sendiri.

Taehyung melepas setirnya. Ia putus asa. Tanpa sadar, Taehyung membawa dirinya sendiri dalam keadaan bahaya. Mobil yang remnya blong itu jatuh menggelinding ke bawah jurang.

"TAEHYUNG!"

*****

PRANG!

Jennie memungut pecahan gelas beling yang tadi tak sengaja jatuh tersenggol olehnya. Perasaan cewek itu bertambah gelisah usai insiden ini.

"Jen, lo nggak papa?" Wendy ikut membereskan beling-beling itu.

Jennie mengangguk ragu. "G-gue nggak papa."

"Lo yakin?" Wendy bertanya curiga.

Jennie mendesah kasar. "Perasaan gue tambah nggak enak."

Wendy mengelus bahu adik iparnya. "Dienakin dong."

Jennie hendak memggeplak lengan Wendy, tapi niatnya harus diurungkan karena ponselnya tiba-tiba berbunyi nyaring. Cewek itu mengambil ponselnya dari dalan saku, berdiri, kemudian menjauh setelah berhasil menekan ikon berwarna hijau di layarnya.

"Halo Bun?" Jennie menyapa.

Dahi mulus itu melipat tatkala telinganya justru menangkap suara isakan dari seberang sana. Itu suara tangisan Irene.

"Bun? Bunda nggak papa 'kan?!" Jennie bertanya panik.

"Jen ...."

"Bun ayo ngomong!" ujar Jennie tak sabaran.

"Taehyung, Jen ...."

"Taehyung kenapa?!" Mendengar nama sang calon suami disebutkan, Jennie bertambah panik.

"Taehyung kecelakaan!"

"APA?!" []

_____

(A/N)

Hayo... siapa yang kemarin udah nebak kalo cerita ini bakal adem ayem? Nyatanya, konflik masih terus berlanjut kawand hahah *ketawa karier*

[✔] Ms. ColdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang