[28]

4.2K 560 29
                                    

Budayakan vote sebelum membaca !

______

TAEHYUNG menggenggam jemari mungil Jennie erat-erat. Cowok pemilik hidung bangir itu memperhatikan pintu tinggi di depannya untuk yang kesekian kali. Matanya sedikit terpejam kala desiran aneh pada seluruh tubuhnya kembali terasa. Ia takut, takut kalau kehadirannya justru akan ditolak mentah-mentah.

"Kita mau berdiri di sini terus?" tanya Jennie.

Taehyung menoleh ke samping. Sedikit mengambil nafas, kemudian tangannya diangkat untuk menekan bel rumah.

Tak butuh waktu lama untuk menunggu. Seorang wanita paruh baya berpakaian khas pelayan keluar dari dalam rumah.

"Den Taehyung?" pelayan itu menunjuk Taehyung.

Taehyung mengangguk. "Tae mau masuk. Boleh 'kan?"

Pelayan itu mengangguk cepat. "Silakan masuk."

Taehyung berjalan memasuki rumahnya sembari menggandeng tangan Jennie.

Jennie menggigit bibir bawahnya gelisah. Ia merasa gugup setengah mati. Dibandingkan dengan Jennie, Taehyung lebih gugup sekarang. Terakhir kali ia meninggalkan rumah, hubungannya dengan sang Ibunda sedang tidak baik.

"Taehyung!" Sentakan itu berhasil membuat langkah Taehyung dan Jennie berhenti. Tangan mereka saling meremas, kemudian berbalik.

"Kak Soo? Bunda sama Ayah ke mana?" tanya Taehyung pada Jisoo.

Jisoo melirik ke lantai atas, tepatnya ke arah kamar orang tuanya. "Bunda sakit gara-gara mikirin lo terus."

Taehyung melepas genggaman tangannya pada Jennie. Kakinya yang panjang berlarian menyusuri tangga istana itu.

Cklek!

Taehyung terdiam di ambang pintu kamar bercat putih itu. Nafasnya yang tadi memburu sedikit teratur kala matanya menangkap sosok Bundanya tengah disuapi oleh sang Ayah.

Suho dan Irene menoleh ke arahnya. Mereka berdua tersenyum secara bersamaan.

Taehyung menutup pintu berwarna coklat itu. Cowok itu mengambil langkah menuju ranjang Bundanya.

"Bunda. Bunda nggak papa?" Taehyung mendudukkan dirinya di sisi ranjang.

Irene tak menjawab pertanyaan Taehyung, ia justru langsung berhambur memeluk leher putra satu-satunya itu.

"Maafin Tae, Bun," Taehyung berbisik lirih.

"Ha-harusnya Bunda ... yang min-minta maaf," balas Irene.

Taehyung melepaskan dirinya dari dekapan sang Bunda. Dia sedikit menunduk, kemudian kembali mendongak.

"Bunda pasti sakit gara-gara Tae yah?" tanya Taehyung.

Taehyung menoleh ke belakang kala ia merasakan elusan dari sebuah tangan kokoh yang selalu menahan pondasi keluarganya.

"Ini bukan salah kamu," Suho tersenyum tipis.

Taehyung bersender pada bahu Ayahnya. "Ini salah Tae, Yah."

"Ck! Ini bukan salah kamu!" tukas Suho.

"Tap-"

"Sttt ... udah, nggak usah salah-salahan," lerai Irene.

"Yah, Bun." Suara halus dari sosok Jisoo berhasil membuat ketiganya menoleh.

Irene tersenyum semringah menatap cewek yang berdiri du samping Jisoo. "Jennie 'kan? Ayo sini."

Jennie menoleh ke arah Jisoo. Jisoo tersenyum sembari menganggukkan kepalanya. Maka tanpa pikir panjang, Jennie pun ikut bergabung duduk di atas ranjang.

"Gimana kabar kamu?" Irene mengelus sayang surai kecoklatan milik Jennie.

Jennie tersenyum canggung. "Baik, Tante. Kalo Tante gimana? Udah mendingan?"

Irene mengangguk. "Tante? Baik. Kan anak Tante yang manja ini udah pulang." Irene berganti mengusuk surai hitam putranya.

Taehyung merengut mendapat perlakuan seperti itu. "Bunda apaan sih? Tae udah nggak manja tau!"

Mereka tertawa kecil mendengarnya.

"Kamu udah gede sekarang," Suho merangkul bahu putranya.

Taehyung menyenderkan kepalanya pada bahu sang Ayah. "Iya, Tae mau nikahin Jennie. Kalian setuju 'kan?" Taehyung menatap kedua orang tuanya cemas.

Irene dan Suho saling beradu pandang. Tersenyum, kemudian mengangguk. "Asal kamu bahagia, kami setuju."

"ALKHAMDULILLAH!"

*****

Setelah mendapat restu dari kedua belah pihak, mereka langsung jalan ke toko perhiasan. Itu Papah Jennie yang meminta. Dia bilang, pertunangan akan dilaksanakan satu minggu lagi. Lebih cepat lebih baik katanya.

"Jen yang ini kayaknya bagus deh," Taehyung menunjuk salah satu cincin yang berada dalam etalase toko.

Jennie menggeleng setelah tadi sempat melirik cincin pilihan Taehyung. "Nggak, itu nggak bagus. Bagusan yang ini," Jennie menunjuk cincin lain.

"Apaan sih? Itu nggak bagus banget. Norak gitu gayanya," komentar Taehyung.

"Norak apaan?! Kamu tuh yang nggak ngerti gaya!" sungut Jennie.

Jangan terkejut kenapa Jennie menggunkan kata 'kamu', karena tadi mereka sudah sepakat menggunakan aku-kamu.

"Kamu tuh yang nggak ngerti gaya! Orang itu terlalu repot gayanya," komentar Taehyung.

Jennie naik darah mendengarnya. "Ini itu bagus! Dari pada pilihan kamu tadi terlalu simple! Nggak ngeh tau nggak?!"

"Ya malahan yang simple itu elegan, Jen," nada Taehyung merendah.

"Ya udah sih terserah kamu," Jennie menghadap ke arah Mbak-Mbak yang terlihat kebingungan.

"Mbak, ambil yang tadi dipilih sama pacar saya aja yah?" Taehyung berbicara pada Mbak-Mbak itu.

Tak butuh waktu lama, cincin itu sudah berada di atas meja etalase.

"Kamu cobain gih," Taehyung menunjuk wadah cincin itu.

Jennie menggeleng. "Aku mau pake pilihan kamu aja."

Taehyung menghela nafas. "Ya udah Mbak, ambil yang tadi saya pilih aja."

Mbak-Mbak tadi menggeleng kecil, kemudian mengambil cincin pilihan Taehyung. "Ini silakan dicoba."

"Gih coba," titah Taehyung.

Jennie menurut. Cewek itu melingkarkan cincin tadi di jari manisnya. Jennie tersenyum sembari menatap jemarinya. "Di aku pas, coba di kamu kayak gimana."

Bukannya mengambil cincin pasangan pilihannya, Taehyung justru mengambil cincin pasangan pilihan Jennie.

"Kamu pake pilihan aku, aku juga harus pake pilihan kamu."

Perkataan Taehyung sukses membuat sudut bibir Jennie naik ke atas. Mbak-Mbak yang tadi melayani mereka pun ikut tersenyum melihat keharmonisan pasangan di depannya. []

______

(A/N)

Gaje? Emang hahahaha/ketawa karier.

[✔] Ms. ColdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang