Lima ( Revisi )

101 53 3
                                    

Kei melihat ke sekelilingnya, begitu banyak mahasiswa baru di jurusannya, yakni jurusan kedokteran.

Ia mengedarkan pandangannya ke segala arah, terdapat mahasiswa-mahasiswi yang berkumpul untuk sekedar berkenalan atau sekedar bercerita atau apapun itu.

Kei memilih duduk di salah satu kursi kosong di dalam ruangan yang akan menjadi ruang belajarnya satu semester ini.

" Hai, boleh duduk disini ? " tanya seorang perempuan yang tak Kei kenali.

" Silahkan, lagi pula kursinya masih kosong kok. " Kei mempersilahkan perempuan itu untuk duduk di kursi sebelahnya.  

Kei mengabaikan suara berisik di sekelilingnya itu. Ia lebih memilih memasang earphone nya saja ketimbang harus mendengarkan ocehan-ocehan tidak jelas dari orang-orang yang ada di kelasnya.

Ketika Kei sedang fokus dengan ponselnya, ia merasa lengannya seperti di colek-colek sesuatu. Saat ia lihat, ternyata perempuan tadi lah yang mencolek-colek lengannya.

Kei menaikkan satu alisnya bingung.

" Kenalin, nama Gue Aulia deliya. Biasa dipanggil Adel. " kata Adel memperkenalkan dirinya pada Kei. Ia mengulurkan tangannya untuk berkenalan dengan Kei.

" Oooh. Aku Kei. " kata Kei singkat dan menyambut uluran tangan Adel.

Kei kembali memasang earphone ke telinganya.

Cewek ini kok sombong banget sih, batin Adel, matanya terus memandang kei meneliti penampilannya.

Kei yang menyadari itu, kemudian membuka earphone nya dan bertanya pada Adel kenapa dia menatapnya seperti itu.

" Maaf, kamu kenapa ya natap aku terus dari tadi. " kata Kei risih dengan perempuan bernama Adel yang berada di sebelahnya.

" Oooh Nggak kok. Gue lagi ngelihatin itu  cowok yang di sebelah Lo. " elak Adel.

" Hmm, Kei kita bisa berteman kan ? " Adel memberanikan diri untuk bertanya pada Kei. Takut-takut nantinya Kei malah menolak berteman dengannya. Karena sifat Adel yang pemalu dan kurang percaya diri itulah yang membuatnya untuk sulit mendapatkan teman. Maka dari itu, sekarang adalah waktunya untuk memperbanyak teman.

" Ooh kamu mau temenan sama aku ? " tanya Kei memastikan. Lalu adel mengangguk semangat.

" Oke. Kita berteman. " Kei menjabat tangan Adel dan langsung di sambut Adel dengan senang.

" Makasih ya Kei, udah mau temenan sama Gue. " kata Adel senang.

Senyum di bibir Adel tidak luntur sedari tadi, karena sekarang ia sudah punya teman baru yang bisa di ajak apa-apa.

Seperti sekarang, mereka sedang ada di kantin untuk mengisi perut mereka yang sudah demo dari tadi.

" Hei princess. " David mempercepat langkahnya untuk menghampiri Kei yang ada di salah satu meja yang ada di kantin.

Kei memutar bola matanya saat mengetahui David datang menghampirinya.

" Pulang yuk. " ajak David.

Kei heran pada David, dia tidak pernah menyerah untuk mendekati Kei. Segala cara dia lakukan untuk dekat dengan Kei.

Seperti saat ini, dia seperti kejatuhan uang bermilyaran rupiah karena papa Kei memberinya amanah supaya menjaga Kei saat di luar rumah.

Alhasil, Kei sendiri yang jengah melihat David yang selalu mengikutinya kemana pun.

" Belum juga duduk kak, udah ngajak pulang aja. " kata Kei menampilkan muka juteknya.

David pun menarik salah satu kursi kosong untuk di dudukinya dan mendekat ke arah Kei.

Tiba-tiba David mengambil alih es teh yang ada di hadapan Kei, dan meminumnya sampai kandas.

" Kak Dave, itu es tehnya aku. Kenapa di habisin sih. " ujar Kei, memukul tangan David dan sesekali mencubit pinggangnya karena kesal.

Tapi yang di pukul malah menampilkan senyum gigi pepsodentnya, merasa tak bersalah.

Sedangkan Adel, dia hanya cengo melihat sepasang manusia yang ada di hadapannya itu.

" Eh iya kak. kenalin ini Adel, teman sekelas aku. " Kei memperkenalkan Adel pada David.

David hanya tersenyum melihat Adel. Begitu pun juga Adel, dia pun tersenyum melihat David.

Tapi, ada suatu hal yang dipikirkan Adel saat ini tentang laki-laki yang ada di hadapannya itu.

Laki-laki tampan, berkulit putih, memiliki wajah yang putih bersih melebihi perawatan perempuan, hidung yang mancung. Intinya kadar kegantengannya melebihi mantan-mantannya yang lalu. It's perfect.

Adel tersenyum-senyum memikirkannya. Tapi, tiba-tiba Kei mencolek punggung tangannya, dan itu membuat ia tersadar dari lamunannya.

" Kenalin Del, ini kak Dave. " kata Kei kembali mengenalkan David pada Adel. Lagi-lagi Adel hanya menampilkan senyum termanisnya pada David. Sedangkan David ?, ia malah kembali memfokuskan dirinya pada Kei dan kembali merecoki makanan yang akan Kei makan.

" Kei, kamu udah gila ya ? Ini bakso apa cabe sih ? " ujar David kesal dan memarahi Kei karena terlalu banyak memakai sambal pada baksonya.

" Salah sendiri, siapa suruh makan bakso aku. " kata Kei bodo amat. Ia lanjut memakan bakso super pedasnya itu.

" Kei, nanti kamu sakit perut loh. Ganti aja makanannya. " ujar David menarik mangkuk bakso itu dari hadapan kei.

" Ih, kak Dave apa-apaan sih. Aku tuh belum kenyang kak. " kei mencoba meraih mangkuk baksonya yang di sita oleh David.

" Nggak. Kamu pesan yang aja lain. Kakak nggak mau nanti kamu malah sakit perut. " tukas David menjauhkan mangkuk itu dari hadapan Kei.

" Aku nggak mau pesan makanan lagi. Mood aku udah hancur gara-gara kakak. Aku mau pulang aja. " Kei berdiri dari duduknya lalu pergi ke kasir untuk membayar pesanannya tadi.

Tanpa basa-basi lagi, Kei pergi keluar dari kantin tanpa berpamitan dulu pada Adel yang menemaninya makan tadi.

David di buat cengo olehnya, kenapa malah dia yang ngambek ? Kan seharusnya David yang marah padanya karena kebanyakan makan sambal yang akan membuatnya sakit perut nantinya.

David pun pergi dari kantin setelah berpamitan dengan Adel yang hanya diam saja sedari tadi dan menyusul Kei.

Hening. Itu yang sedang terjadi di dalam mobil yang David bawa saat ini.

Kei sama sekali tidak ingin menatap ke arahnya. Bahkan, semenjak memasuki mobil ini pun, ia langsung membuang muka ke arah jendela.

Setelah sampai di depan rumah Kei, ia langsung turun tanpa mengucapkan sepatah kata pun pada David. Ia menutup pintu mobil David dengan kuat sehingga menimbulkan bunyi Blam yang nyaring ke pendengaran David.

David yang melihat itu hanya bisa mengelus dada dan bersabar menghadapi Kei yang sering sekali mengalami mood yang buruk dan ia harus siap saat Kei melampiaskan apa pun padanya atau pada barang miliknya yang ada disekitar Kei.

Setelah memastikan Kei masuk ke rumah, David pun melajukan mobilnya meninggalkan pekarangan rumah Kei dan kembali ke rumahnya.

o(〃^▽^〃)o





Next Chapter... 😉

Yang sabar atuh kak Dave. Cewek mah suka gitu kalo diganggu. Apalagi kalo di ganggu waktu makan. Eh, tergantung juga sih.😁😁 Cuma author mah suka gitumu kalo di ganggu pas lagi makan. Mood nya langsung naik, jadi sensian ngeliat orang 😂😂😂 Apalagi ngeliat orang yang gangguin author, pengen di makan juga rasanya. 😂😂😂

[1] About a Taste [ SELESAI ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang