Sepuluh ( Revisi )

81 44 11
                                    

Typo bertebaran ✈️
Happy Reading !!
Jangan lupa tinggalkan jejak setelah membaca 😊 Vote & Koment 😁

" Kei, kamu kenapa ?" tanya David menyentuh lengan Kei

Kei terkesiap saat merasakan ada yang menyentuh lengannya itu. " Eh, nggak kok kak. Nggak apa-apa. " alibi Kei menyembunyikan kesedihannya.

Mereka menikmati makanan yang sudah terhidang di atas meja. Sesekali Laras mengajak Kei atau pun David bercerita tentang kegiatan mereka kemarin.

o(〃^▽^〃)o


" Mampir dulu tante, om. " ajak Kei.

" Kapan-kapan aja Kei, tante sama om langsung pulang aja. Kasihan Dave nya pasti capek. " tolak Laras halus.

" Oh iya udah tante,om. Makasih tumpangannya. "

" Sama-sama Kei. Kami pulang dulu ya." pamit Jordan. Kemudian melajukan mobilnya.

Setelah mobil Jordan tak nampak lagi, barulah Kei masuk ke rumahnya.

Saat memasuki rumah, Kei melihat wanita paruh baya yang audah lama bekerja di rumah itu menurunkan beberapa koper dari lantai atas.

" Loh bi, ini koper-koper siapa ?" tanya Kei bingung.

" Ini koper non Kei sama non Reina. " ujar wanita paruh baya itu.

" Buat apa di turunin. ?"

" Katanya, tuan akan di pindah tugaskan ke luar kota. Jadi non sama kakaknya non bakal ikut pindah juga. " jelas pembantu itu.

" Apa-apaan sih !" Kei mengambil kopernya dari pegangan wanita paruh baya itu. Dan mencari keberadaan Aji.

" Pa...!! Ma...!! " seru Kei mencari keberadaan Aji dan istrinya.

" Ada apa sayang ?" tanya Aji yang baru muncul dari bilik kamarnya.

Kei menghampiri Aji meminta penjelasan. " Pa, ini maksudnya apa coba ?"

" Gimana apanya Kei ? Gini ya, Papa jelasin. Papa dipindah tugaskan Ke kantor Pusat yang ada di Jakarta. Dan Papa akan bawa kalian semua. Rumah ini akan kita tinggalkan sementara waktu dan akan di urus sama bibi. " jelas Aji.

" Tapi Pa .. Aku kan baru mulai kuliah. Terus kuliah aku gimana ?"

" Kamu nggak perlu khawatir, Papa akan mengurus kepindahan kamu dan Reina. " tukas Aji.

" NGGAK !! Aku nggak mau pindah Pa. Aku mau tetap di sini. Aku udah nyaman di kampus aku yang sekarang. " Kei menolak mentah-mentah perkataan Aji.

Kei meninggalkan Aji yang masih mematung di tempatnya, ia menaiki undakan tangga dengan cepat untuk menuju kamarnya.

BLAMM !!! suara pintu yang di tutup kasar terdengar nyaring hingga ke lantai dasar.

Tubuh Kei meluruh di balik pintu. Ia membenamkan wajahnya di antara kedua lutut, dan ia menangis sejadi-jadinya.

Ia berfikir, Kenapa di saat ia sudah nyaman dengan keadaan yang sekarang, dengan keberadaan David yang selalu ada di sampingnya, dan selalu ada di saat ia membutuhkannya, dengan mudahnya Aji membawanya untuk meninggalkan semua kenyamanan itu.

Kei merogoh saku celananya mengambil ponsel. Ia mendial beberapa huruf untuk menelpon seseorang yang mungkin bisa membantunya.

Tuuut...Tuuutt...Tuut...

Saat dering ponsel ketiga berbunyi, barulah telpon itu tersambung pada seseorang yang ada di ujung telpon itu.

" Haloo. "

" Halo Kak. Kakak bisa bantuin aku nggak. ?" Ucap Kei dengan suara serak sehabis menangis. Ia menyeka airmatanya yang dari tadi masih mengalir membasahi pipinya.

" Bantu apa ?, " tanya David, orang yang Kei telpon tadi. " Kei, Kamu habis nangis ?" tanya David cemas.

" Nggak kak, " alibi Kei. " Kakak bisa bantuin Kei kan " ulangnya lagi.

" Bantuin apa, hmm ?"

" Bantuin Kei, supaya Kei nggak jadi pindah. "

" APA ?? " David terkejut mendengar ucapan Kei. " Kamu mau pindah ke mana Kei ?"

" Papa mau bawa aku pindah Ke Jakarta kak. "

" Ya udah, kamu tunggu ya, kakak sebentar lagi ke sana sama Ayah sama Bunda juga. " David mematikan sambungan telepon secara sepihak.


o(〃^▽^〃)o


Suara ketukan dari luar kamar membuat seorang gadis tersadar dari lamunannya.

" Non, tuan nunggu non di ruang tamu. " ujar bibi dari balik pintu.

Dengan langkah gontai, Kei keluar dari kamarnya dan menuruni undakan tangga satu persatu.

" Kei, sini duduk. " Aji menepuk sofa yang ada di sebelahnya.

Kei melihat di ruangan itu ada keluarganya David.

Hening. Itu lah suasana yang ada di ruang tamu.

" Maaf sebelumnya om. Kehadiran saya dan kedua orang tua saya disini, kami ingin meminta izin supaya Kei tidak ikut pindah ke Jakarta juga om. Boleh tidak kalo Kei tinggal di rumah kami saja, jika om tidak mengizinkan Kei untuk tinggal sendiri di sini. " ujar David panjang lebar.

Aji menghela napasnya, ia menatap putrinya itu. Terlihat dari sorot wajahnya tampak raut sedih yang tergambar.

" Baiklah, jika itu keputusan terbaik untuk Kei, akan saya ikuti. Asalkan saya mohon untuk benar-benar menjaga putri saya ini. " tutur Aji mengelus puncak kepala Kei dengan sayang.

" Terima kasih om. Pasti akan saya jaga dengan baik anak om ini. " David tersenyum melihat Kei yang juga tersenyum.

" Makasih Pa. " ujar Kei lalu memeluk Papanya.

" Sekarang kamu ambil koper kamu yang sudah bibi siapkan tadi. Sebentar lagi Papa dan yang lain akan segera berangkat ke luar kota. Jika ada keperluanmu yang tinggal, kamu bisa ke sini. Karena bibi dan mang Ujang yang jaga kebun, akan tetap di sini. "

Setelah mengambil koper dan barang-barangnya yang lain. Kei pamit pada Aji dan juga Fina, lalu menghampiri David dan orang tua nya yang sudah menunggu di mobil.

" Jaga dirimu baik-baik ya nak. " pesan Fina sebelum Kei masuk ke dalam mobil.

Setelah berpamitan, mobil yang di kendarai oleh David meninggalkan pekarangan rumah Kei.

o(〃^▽^〃)o










Next Chapter....

[1] About a Taste [ SELESAI ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang