Delapan Belas ( Revisi )

59 28 1
                                    

Bandung, 17.00 wib.

Setelah sampai di Bandung setengah jam yang lalu, mereka memutuskan untuk langsung pulang ke rumah masing-masing.

Tubuh mereka meronta-ronta untuk segera bertemu dengan kasur yang empuk, yang sudah mereka tinggalkan beberapa hari yang lalu.

" Bro, Gue duluan ya. " pamit Kevin.

Tinggallah David dan Kei di terminal menunggu taksi online yang mereka pesan tadi.

" Maaf ya Kei, kita harus naik taksi online. Soalnya, Ayah kakak lagi dinas ke luar kota. " ujar David tak enak.

" Nggak apa-apa kok kak. Santai aja. " ujar Kei enteng. ( Eh, enteng itu bukannya yang biasa dijadiin atap rumah kan ya ?? Wkwkwkk).

Setelah beberapa menit menunggu. Akhirnya taksi yang tadi David pesan pun datang dan membawa mereka pulang ke rumah.

" Kalau sudah selesai bersih-bersih, istirahat aja. Kalau mau makan dulu baru istirahat juga nggak apa-apa. " ujar David setelah memasuki rumah.

" Aku langsung istirahat aja kak. Capek banget soalnya. "

" Mandi dulu baru tidur !" David mengingatkan.

" Siap boss !" Kei pun melangkah ke kamarnya untuk segera membersihkan diri.

Pukul 20.00 wib, David keluar dari kamarnya dan langsung menuju ke dapur, karena perutnya sudah meronta-ronta minta diisi.

" Bi, Kei udah makan belom ?" tanya David pada Bibi yang bekerja di rumahnya itu.

" Kayaknya belum Den. " jawab Bibi.

David langsung menuju ke kamar Kei untuk mengajaknya makan. David tau, Kei pasti langsung tidur tanpa mengisi perutnya yang semenjak pulang tadi belum diisi.

Tok..Tok..Tok..

" Kei, Ayo makan. " ajak David dari luar kamar.

Karena tidak mendapat respon apapun dari dalam kamar Kei, David memutuskan langsung masuk karena kamar tidak dikunci.

David kaget saat melihat Kei meringkuk di atas tempat tidur, yang menahan sakit.

" Kei, kamu kenapa ?" tanya David panik saat melihat wajah pucat Kei serta keringat dingin yang mulai bercucuran dari pelipisnya.

Kei hanya mampu menggelengkan kepalanya, karena rasa sakit yang masih terasa di perut seperti melilit.

" Kakak bawa kamu ke rumah sakit ya. "

" Nggak usah kak. Ini cuma bentaran aja paling. Bentar lagi sakitnya bakal reda kok. " tolak Kei.

" Tapi muka kamu udah pucet loh. "

" Nggak apa-apa kok kak. Kei udah biasa ngerasain ini, kalo lagi haid. " ujar Kei malu, ia terpaksa jujur kalo dia sakit perut karena haid. Dari pada di bawa ke rumah sakit, lebih baik ia mengatakan yang sejujurnya.

" Ya ampun Kei, kenapa sampe kayak gini sih ?" tanya David cemas. " Sekarang kamu butuh apa ?"

" Kakak tolong beliin Kei obat pereda sakit haid aja di mini market ya, soalnya stok obat Kei udah habis. " pinta Kei.

[1] About a Taste [ SELESAI ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang