Sea mulai mengobati luka bekas gigitannya di lengan Saga dengan kapas yang sudah di beri cairan antiseptic.
Sementara yang terjadi hanyalah keheningan. Sea hanya perlu fokus mengobati lengan Saga sedangkan Saga hanya memandanginya tanpa suara.
"Selesai." gumam Sea tanpa mau menoleh ke arah Saga ia malah menyibukkan diri dengan memasukkan sisa kapas ke dalam kotak p3k. Sea sadar betul saat ia mengobati luka Saga, laki-laki itu terus mememerhatikan dirinya.
Sea menghela napas panjang lalu beranjak dari duduknya. Ia berjalan menuju pintu.
Sea terkesiap ketika Saga lagi lagi memeluknya dari belakang. Laki-laki itu menjatuhkan kepalanya di bahu Sea.
"Sea..."Suara Saga melirih memanggilnya.
"Lepasin Kak." Sea mencoba melepaskan tangan Saga yang melingkari lehernya dari belakang.
"Nggak. Gue nggak akan lepasin lo."
"Maafin gue."
Sea terdiam memandang lurus ke depan.
"Kasih gue kesempatan."
Sea melepaskan tangan Saga lalu berbalik.
Sea menggeleng menatap Saga dengan mata yang berkaca kaca.
"Gue bakal perbaiki semuanya."
Sea menunduk menatap lantai tak ingin menatap mata Saga, lalu mulai terisak.
"Nggak perlu." jawab Sea lugas.
Saga mengambil kedua tangan Sea menggenggamnya dengan erat.
"Cerain Sea Kak. Lepasin Sea."
"Nggak! Gue nggak bakal cerain lo," ujar Saga langsung menolaknya.
"Gue nggak bakal lepasin lo."
"kenapa?!" Sea menatap Saga dengan suara yang mulai meninggi. "Bukannya itu yang dulu Kak Saga mau. Lepas dari Sea."
Saga terdiam memandang Sea.
"Sea gue minta maaf. Kasih gue kesempatan." ujar Saga penuh harap.
"Sea bakalan tinggal sama Kak Aqsa."
Saga terdiam memandang Sea dengan lekat. Hati Saga mencelos kecewa mendengarnya.
Nggak.
"Sea udah maafin Kak Saga bahkan jauh sebelum Kak Saga minta maaf." Setelah mengatakan itu Sea langsung berbalik untuk keluar.
Saga mendadak mematung di tempat.
Sea yakin ini keputusan yang tepat. Ia benar-benar akan membuka hati untuk Aqsa.
Sementara itu Saga tersadar dan mengusap wajahnya dengan gusar. Lalu dengan cepat mendorong pintu sebelum Sea keluar dari kamar.
Sea tersentak ketika Saga membalikkan tubuhnya lalu mendorongnya hingga ia terhimpit di antara dinding dan tubuh Saga.
Napas Saga memburuh dan...
"Hmmppftt..." Saga langsung mencium bibir Sea dengan terburu buru.
Sea memberontak memukul mukul dada Saga.
Saga langsung menangkap kedua tangan Sea dan menguncinya dengan sebelah tangan.
Merasa Sea kehabisan napas. Saga melepaskan ciumannya lalu menjatuhkan dahinya pada dahi Sea. Menatap lekat mata Sea.
"Sea..." Suara Saga melembut.
Tatapan Saga berhasil melumpuhkan Sea.
"May i?" Saga berbisik putus asa.
Sea diam tidak menjawab sembari mengatur napasnya.
Diamnya Sea dan tidak ada perlawanan lagi membuat Saga lebih berani membuka kancing baju piyama yang Sea kenakan.
Saga menjatuhkan kepalanya leher jenjang milik Sea. Menghirup dalam dalam aroma yang menjadi candunya.
Sea kembali merasakan gelenyar aneh di sekitar lehernya.
Pikiran Sea acak acakan dan menjadi tidak karuan. Ia mulai terbuai dengan sentuhan yang Saga berikan.
Ini tidak benar. Batin Sea berteriak.
Namun hatinya justru menolak. Kenapa ia juga menginginkan lebih dari ini.
Respon tubuhnya justru menjelaskan seluruh keinginannya melalui itu.
Saga beralih mencium bibirnya. Tanpa sadar Sea sudah mengalungkan tangannya ke leher Saga.
Sea bahkan hampir mendesah karena Saga berhasil menggodanya dengan menggerayangi bagian tubuhnya yang sensitif.
Pikirannya jadi tersendat, Sea semakin agresif. Kini tangannya meremas rambut Saga ketika ada sentuhan menjalar dari perut yang semakin merambat naik ke atas.
Saga tersenyum puas di sela ciumannya yang semakin dalam.
Entah kenapa semenjak Sea hamil bagian tubuh favorit Saga semakin lebih berisi. Apa karena Sea sedang hamil atau?
Entahlah.
Saga sudah terbakar oleh gairah yang membutakan.
Sea terkesiap ketika tangan Saga menelup masuk ke dalam piyamanya.
Sea langsung mendorong tubuh Saga dan sedikit menjauh ketika alarm bawah sadarnya kembali memperingati. Menyadarkan kuat kuat untuk segera berhenti.
Sea sedikit tergesa berlari keluar kamar.
Sedangkan Saga mengusap wajahnya dengan gusar. Tangannya mengepal kuat sembari mendesis. Lagi lagi ia harus menuntaskan keinginannya malam ini dengan sendiri.
***
Ke esokan harinya Sea hanya membuat sarapan untuknya sendiri.Sea duduk sambil di kursi meja makan sambil menyuapkan nasi goreng ke dalam mulutnya.
"Buat gue mana?"
Sea menoleh mendengar suara Saga yang sudah duduk di samping Sea. Saga sudah rapi dengan pakaian kerjanya.
Sea menghela."Bikin sendiri." kata Sea berniat beranjak menjauhi Saga.
Tapi Saga lebih dulu menariknya agar kembali duduk.
Sea berdecak kesal menatap Saga dengan alis berkerut. Lalu kembali menyuap nasi goreng ke dalam mulutnya dengan mengabaikan Saga di sampingnya.
Cup!
Sea membelakakkan matanya saat Saga dengan lancang mencium pipinya yang berisi karena mengunyah makanan. Hanya sekilas namun berhasil membuatnya terdiam bahkan wajahnya memanas sekarang.
Saga tersenyum geli melihat reaksi Sea yang menggemaskan.
"Aku berangkat kerja dulu." ujar Saga yang mulai beranjak dari duduknya.
"Kamu baik-baik ya di rumah," Saga kemudian sedikit merunduk mengelus lembut perut Sea di balik kaus oblong yang Sea kenakan.
Saga menggunakan 'aku' 'kamu'.
"Yang pinter ya Nak. Jangan bikin Mama sakit."
Sea melongo tidak mampu mengartikan semua yang terjadi saat ini.
Di satu sisi hatinya menghangat atas perhatian Saga namun di sisi lain batinnya menolak.
Saga dengan segala tingkah manisnya memang ancaman.
Sea tidak boleh jatuh kembali ke dalam pesona laki-laki itu.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fault Wedding
Random(CHICKLIT ROMANCE) Revisi setelah cerita selesai. SEANA ANDARA ELMIRA, Gadis polos yang memiliki keceriaan tingkat tinggi, cerewet, ceroboh namun periang dan baik hati. Hidupnya penuh dengan penolakan hanya karena satu kesalahan yang benar-benar men...