26. A truth

10.3K 533 154
                                    

"Kemana gadis itu?" Saga bergumam pelan.

Setelah ia membentak Sea, gadis itu menghilang. Ini sudah hampir malam. Tidak mungkin kan gadis itu pergi keluar. Ia sama sekali tidak tahu tempat ini.

"Vin, lo lihat Sea nggak?" Saga bertanya pada Davin yang baru saja keluar dari kamarnya.

"Nggak lihat," jawab Davin sambil mengangkat bahu.

"bukannya doi selalu sama lo."

"Gue habis marahin dia." ujar Saga dengan wajah tanpa dosanya.

"Bego! Cewek tuh kalau habis di marahin biasanya nangis, suka tiba-tiba ngilang gitu." Davin menggetok kepala Saga, membuat Saga mengaduh mengusap kepalanya.

"ya mana mungkin lah dia keluar dari villa ini. Ini tempat asing baginya."

"ya mungkin aja. Dia mau pergi jauh jauh dari lo."

Saga berdecih mendengar penuturan Davin yang seperti memojokkan dirinya.

***
Saga beberapa kali melirik jam dinding. Ini sudah pukul 9 malam. Kenapa gadis itu tidak kunjung menampakkan diri juga.

Tapi, tunggu?

Dari tadi juga villa sepi. Biasanya Naomi dan teman-temannya nongkrong nongkrong di taman belakang.

Apa ini ada hubungannya dengan hilangnya gadis itu?

Saga segera bangkit mengambil kunci mobilnya lalu keluar dari villa.

***
Tanpa bisa berbuat apa-apa karena Sea hanya sendiri dan Naomi di bantu dua orang temannya jadilah ia hanya pasrah ketika di tarik di jambak rambutnya.

"Arghhhhh," Sea memekik saat Naomi menendang perutnya dengan kuat hingga Sea kesakitan tersungkur di lantai sambil memegangi perutnya yang begitu terasa nyeri.

"Lo denger baik-baik gadis bodoh," Naomi duduk berjongkok dengan sebelah kaki ia tekuk. Gadis dengan wajah cantik nan berprestasi tersebut, menarik kembali rambut Sea hingga kepala gadis itu mengadah ke atas. "jauhin Kak Saga atau lo bakal dapet hal lain yang lebih dari ini."

Sea menggeleng samar, benar-benar tidak percaya dengan apa yang dilakukan Naomi dan para sekutunya. Sea memilih untuk tidak menjawabnya dan Naomi pun melepas kasar rambut Sea.

Naomi berdiri menatap Sea tajam. Ia membalikkan badan."Ayo cabut!" seru Naomi pada kedua temannya.

Sea berusaha berdiri. Gadis itu berjalan dengan tertatih.

Sea sendiri tidak tahu ini dimana. Sebelah tangannya memegangi perutnya yang terasa nyeri.

Sea merasakan sakit pada perutnya akibat tendangan Naomi. Matanya mulai berkunang kunang. Hingga akhirnya ia tak sadarkan diri. Namun sebelum benar-benar kehilangan kesadaran Sea sempat mendengar suara yang tidak asing di telinganya. Saga. Ia Sea benar-benar mendengar suara itu.

***
Sea mengerang memegang perutnya yang nyeri mungkin saja meninggalkan bekas biru ke unguan karena bekas pukulan kuat dari kaki Naomi.

"Ngh.. Shh awh.." Sea mengerang menekan kuat bagian bawah perutnya.

Saga yang baru saja membuka pintu kamar serta membawa nampan berisi makanan dan minuman untuk Sea segera menghampiri gadis itu dan meletakkan nampan tersebut ke meja dekat ranjang.

Tak dapat di tutupi sekarang ini raut wajah Saga benar-benar terlihat khawatir. Menyadari kedatangan Saga, Sea terkesiap gadis itu berusaha untuk duduk dan menyembunyikan rasa sakitnya.

"Lo masih sakit. Jangan banyak gerak, nggak usah pura-pura kuat." Suara Saga terdengar melunak. Hal itu membuat Sea tercenung beberapa saat sebelum akhirnya menuruti perkataan Saga.

The Fault WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang