Karena luka yang di alami Ratna tidak terlalu parah, akhirnya perempuan paruh baya tersebut tidak harus di opname dan di perbolehkan untuk pulang hari itu juga. Namun tidak dengan Sea. Gadis itu justru harus di opname untuk mendapatkan perawatan medis di rumah sakit sampai keadaannya lebih baik.
"Sayang maafin mama ya. Gara-gara mama kamu jadi harus sampe di opname di rumah sakit." ucap Ratna dengan raut wajah penuh penyesalan.
Sebelum pulang Ratna dan suaminya Rama serta anak semata wayangnya kini berada di ruangan Sea.
"Ma," Sea berusaha bangkit duduk dari posisinya dengan sigap Rama membantu Sea duduk.
Sea tersenyum manis pada Ratna juga Rama serta Saga yang berada di dalam ruangan Sea di opname.
"ini bukan salah tante, Sea nggak apa-apa kok bentar lagi Sea juga sembuh." Sea tersenyum lebih lebar meyakinkan. Sea masih memanggil dengan embel embel tante padahal sudah berapa kali Ratna menyuruhnya memanggil dengan sebutan Mama. Mungkin Sea belum terbiasa. Pikir Ratna
Saga yang berada di ruangan tersebut memutar malas matanya. Jengah dengan percakapan antara Mamanya dan gadis itu.
Ratna tersenyum mendengar menantunya ini anak yang polos.
Ratna duduk di brankar Sea dan memeluk anak menantunya tersebut.
"panggil Mama ya Nak," kata Ratna sambil memeluk Sea.
Sea mengangguk di sela-sela pelukan mertuanya yang baik hati ini.
"Iya Ma."
Seandainya saja pelukan Mama Sea bisa sehangat ini.
Ratna melepas pelukannya.
"Sekali lagi maafin Mama ya sayang."
Sea mengangguk ngangguk gemas dan hal itu membuat Rama dan Ratna terkekeh geli.
Saga yang tengah duduk di sofa sambil memainkan games di layar handphone nya laki-laki itu tidak terlalu peduli dengan obrolan Mamanya dan Sea si gadis pembawa malapetaka menurutnya.
"Saga,"panggilan Ratna membuat Saga mengangkat pandangannya dari layar handphone ke arah Ratna.
"Mama sama Papa pulang dulu ya. Kamu jagain Sea disini." kata Dania berbicara pada anak semata wayangnya.
"Tapi Ma, Saga masih ada urusan kan—"
"Saga!" kini giliran Rama yang bersuara dengan tegas dan menatap tajam anaknya. Saga ingin menolak permintaan Mamanya, namun Papanya lebih keras kepala dari dirinya.
Sea menundukkan kepalanya merasa bersalah karena membuat mertua dan suaminya jadi sedikit berdebat karenanya.
"Iya, iya Saga bakal jagain Sea." kata Saga sambil melirik Sea tanpa minat.
"Yaudah kalo gitu, Mama, Papa pulang ya Nak, kamu cepat sembuh ya sayang." Ratna pamit pada Sea lalu mencium puncak rambut menantunya. Begitu pun yang dilakukan Rama pada Sea.
***
Setelah kepergian kedua orang tuanya Saga, suasana kembali canggung. Tidak ada yang memulai pembicaraan begitu pun yang di lakukan Saga hanya duduk di sofa sambil memainkan games pada layar handphone nya.Sea merasa ingin buang air kecil. Tapi bagaimana caranya ia bisa ke kamar mandi dalam keadaan kakinya yang masih sakit serta lengannya yang juga sakit.
Bagaimana ini?
Apa ia harus meminta bantuan Saga? Tapi ia malu. Tapi di sisi lain ia benar-benar kebelet pipis.
Ah, Sea sudah tidak tahan.
"Kak," panggil Sea.
Hening.
"Kak Saga,"
Saga masih tak menyahut padahal jelas jelas Saga mendengar Sea memanggilnya Namun laki-laki itu justru menulikan telinganya.
"Kak Saga, ishh?!" panggil Sea kesekian kalinya dengan kesal kali ini ia memanggil dengan sedikit berteriak.
Saga berdecak kesal dan menekan off pada layar handphone nya lalu memasukkan ke dalam saku celananya.
Saga melemparkan tatapan kesal pada Sea.
"Kak, Sea pengen pipis, gendongin Sea ke kamar mandi." pinta Sea.
Mata Saga membulat sempurna. Apa apaan?
"Bawel banget sih lo. Sakit masih aja nyusahin orang,"
"urus hidup lo sendiri. Nggak usah nyusahin." Bentak Saga dengan keras.
"manja banget sih jadi orang."
"Sea nggak manja kok. Yaudah kalo Kak Saga nggak mau nggak usah bentak bentak Sea juga kali." ujar Sea sebal dan dengan berani. Sea memang bukan gadis manja maka dari itu ia ingin membuktikan pada Saga bahwa dirinya bukanlah gadis manja seperti yang Saga katakan.
Gadis itu segera bangkit dan turun dari brankar dan berusaha sekuat tenaga yang ia miliki agar bisa berdiri sendiri dan berjalan ke kamar mandi.
Saga terus memperhatikan pergerakan Sea yang terlihat memaksakan diri.
Namun baru juga menginjak lantai gadis itu sudah oleng karena kakinya yang masih sakit dan di perban.
Sea jatuh terduduk dan meringis kesakitan.
"kenapa nggak bilang kalo belum bisa jalan."
Sea mendongak ke atas melihat Saga. Entah kapan Saga sudah tiba-tiba saja sudah berada di depannya.
Belum sempat Sea ingin protes tubuhnya sudah melayang di gendong Saga dengan tiba-tiba.
Sea pasrah tidak menolak dan menerima dengan senang hati. Astaga jantungnya kenapa berdetak lebih cepat ketika Saga menggendongnya. Sea menyembunyikan wajahnya yang memerah seperti kepiting rebus di bidang dada Saga.
Semoga saja Kak Saga tidak mendengarnya. Harap Sea dalam hati.
"Nggak usah ngambil kesempatan dalam kesempitan." Saga berkata dengan ketus.
Mendengar hal itu Sea cemberut sesaat lalu menyengir seperti orang bodoh.
"Sea senang Kak." kata Sea dengan suara lirih.
Saga mendengus mengabaikan jawaban Sea.
***
Saga mendudukan Sea di kloset. Sea masih dengan wajah kesal ya menatap lurus pada Saga."Ngapain lo ngeliatin gue kayak gitu? Mau minta tolong lagi buat bukain celana dalam lo?" ucap Saga terdengar vulgar.
Sea terkesiap sekaligus malu dengan perkataan Saga yang terkesan frontal menurutnya.
"Nggak," jawab Sea dengan wajah memerah.
"Udah sana Kak Saga keluar. Nanti Sea panggil lagi kalau udah selesai." ujar Sea.
Saga hanya mengangkat bahu acuh lalu melangkah keluar kamar mandi.
Saga tersenyum menyeringai.
Gue ingin bersenang senang bermain dengan lo Sea.
Tbc.
Sorry belum ada revisi jadi banyak typo bertebaran.
Ermayanti Adriani.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fault Wedding
Acak(CHICKLIT ROMANCE) Revisi setelah cerita selesai. SEANA ANDARA ELMIRA, Gadis polos yang memiliki keceriaan tingkat tinggi, cerewet, ceroboh namun periang dan baik hati. Hidupnya penuh dengan penolakan hanya karena satu kesalahan yang benar-benar men...