11

2.8K 99 0
                                    

" cie udah jadi istrinya om. " ujar Bagas sembari menjawil pucuk hidung ku dan membuat ku tertawa.

Kini kami berdua sudah kembali ke apartemen kami setelah perdebatan panjang dengan ke dua orang tua ku dan orang tua Bagas yang menginginkan kami berdua menginap di rumah salah satu dari mereka. Apalagi, semenjak akad nikah tadi, kami semua menghabiskan waktu di tempat acara dan belum ada pergi ke rumah orang tua ku atau orang tua Bagas.

" hallo suaminya Nata. " ucap ku membalas candaannya seraya mengecup pipinya.

Kami berdua tengah duduk di sofa di ruang tengah apartemen kami dengan posisi Bagas memangku ku dan membuat ku melingkarkan ke dua kaki ku di pinggangnya. Entah kenapa, dari awal kami tinggal bersama di apartemen ini, posisi inilah yang menjadi posisi favorit kami berdua.

" hallo juga sayang. Terima kasih sudah menerima om untuk jadi suami mu. Terima kasih udah mau nikah sama om yang masih belajar memantaskan diri buat mu. "  ujar Bagas mengetatkan ke dua tangannya yang berada di pinggul ku.

" udah nikah gini, aku boleh gak masih manggil om? " tanya ku lagi dan memandang dirinya.

" kamu suka manggil aku om? " tanya Bagas balik.

" suka. " jawab ku polos. Membuat dirinya tertawa atas jawaban ku.

" jadi, panggil aku om aja terus, sayang. Kamu mau manggil aku apa pun juga silahkan, love. " ucapnya di sela - sela tawanya.

" yes. " ucap ku tertawa dan mengecupi lehernya yang selalu menjadi candu ku.

Ulah ku yang mengecupi lehernya ini membuat Bagas mengangkat kepalanya agar aku bisa sepuasnya memainkan lehernya.

" om. " panggil ku lagi di sela - sela aktivitas ku menciumi Lehernya.

" hm? Kenapa sayang? " tanyanya tetap dengan posisi wajah yang menengadah dan menutup ke dua matanya menikmati ulah ku ini.

" lehernya boleh ku bikin merah gak? " tanya ku dan berhasil membuat dirinya menundukkan kepalanya dan menatap ku tajam.

" hah? "

" kok hah sih. " protes ku.

" apa kata mu love? Coba ulang. " pintanya dengan kening berkerut.

" aku. Boleh gak bikin merah lehernya om. " ucap ku mengulang pertanyaan ku tadi.

" bisa emang bikin leher om merah? "

" gak tau. Aku gak pernah nyoba. Makanya mau nyoba sekarang. Kan om udah jadi suami ku. " jawab ku dan membuat dirinya tersenyum jahil.

" belajar dari mana kamu? Sok - sok an bikin merah. " tanya om Bagas yang kini sudah menjadi milik ku sembari dirinya tertawa memandang ku.

" he, aku nonton videonya. Buat belajar om. "  ujar ku malu - malu.

" video apa love? " ujarnya tersenyum menyeringai ke arah ku. Paham ke mana arah ucapan ku itu mengenai video itu.

" video itu lho om. Itu. Masa gak tau sih? " ucap ku mengaku dan membuat dirinya tertawa.

" video bokep ya? " tembak Bagas pada ku dan langsung membuat wajah ku memerah menahan malu. Karena ucapannya ini tepat mengenai ku. Dan bahkan Bagas pun langsung mengetahui jawabannya hanya dengan melihat wajah merah ku saat ini.

" nah kan. Istri ku nakal ya ternyata. " ujarnya sekali lagi di sela - sela tawanya yang ku sebabkan. Membuat ku mengubur wajah ku di bahunya.

" om. Iih. Jangan di godain dong. " gerutu ku dengan wajah penuh semburat merah.

" ha ha ha. Apa Love? " tanyanya tetap dengan tawa yang ku dengar. Tak mendengar jelas apa yang ku ucapkan saat ini.

" Jangan di godain om. Aku nya malu. " pinta ku tetap mengubur wajah merah ku di bahunya dan membuat dirinya menghentikan tawanya seketika seraya mengelus punggung ku pelan.

LOVE YOU, OLD MAN (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang