4

3.4K 108 2
                                    

" lagi ngapain kamu love? " ucap Bagas tersenyum memandang ku yang tengah berkutat di depan laptop milik ku di ruang kerja Bagas. Sembari menemani Bagas bekerja di meja kerjanya. Sedangkan aku, lebih memilih mengerjakan tugas ku di sofa panjang berarna putih yang ada di dekat dirinya.


" lagi ngerjain tugas pak Toto, om. " sahut ku seraya menyebutkan nama dosen yang memberi ku tugas ini. Sekaligus rekan kerja Bagas di kampus.

" kamu masih lama sayang? "

" bentar lagi selesai kok. Kenapa om? " tanya ku mulai mengangkat pandangan ku dari Laptop dan berganti memandang dirinya.

" om mau ngajak kamu jalan. Mumpung masih sore nih. " ujar Bagas lagi menyahut pertanyaan ku. Sembari dirinya berjalan mendekati ku.

" mm jalan? Emang mau ke mana om? " tanya ku lagi langsung membuka mata lebar - lebar begitu mendengar dirinya ingin mengajak ku pergi. Dan berhasil membuat dirinya tertawa.

" denger kita mau jalan, malah langsung seger mata mu. " ujarnya menjawil pipi ku. Begitu dirinya sudah berada di samping ku yang duduk di sofa panjang di ruang kerjanya.

" ish. Mau ke mana? " tanya ku mengulang pertanyaan yang sama. Tak memperdulikan tawanya yang masih terdengar.

*****

" om cuma mau minta temenin kamu ke dealer mobil sayang. Om mau beli mobil baru. " jawab Bagas. Dan ucapannya berhasil membuat rasa lelah ku hilang tanpa sisa. Dan berganti dengan pelototan ke dua mata ku memandang dirinya.

" beli mobil? Mobil om yang ini mau di jual? " tanya ku lagi dan berhasil membuat dirinya kembali tertawa pelan untuk ke dua kalinya.

" enggak sayang. Om sengaja mau beli mobil baru, hadiah buat mu. Mobil kecil aja sih. Yang muat buat orang yang sedikit aja. Sekitar empat orang kali ya. " ucap Bagas yang lagi - lagi mengejutkan ku.

" buat ku? Buat apa om? " tanya ku dengan rasa sedikit tak nyaman.

" orang - orang di kampus udah banyak yang kenal sama mobil om. Gak mahasiswa, gak dosen, kebanyakan udah hafal sama mobil punya om. Bukan hal yang mustahil, suatu saat nanti kalau kita berdua pergi, akan ada yang ngeh kamu ikut mobil om. Dan om gak mau itu kejadian. Om gak mau malah ngejerumusin kamu dalam masalah. Jadi sebisa mungkin, om mau bikin hal - hal kayak gitu gak terjadi. " jelas Bagas mengelus kepala ku dengan perlahan dan penuh perasaaan sayang.

" tapi gak harus beli mobil baru kan om? " ujar ku merasa sedikit keberatan. Agak tak nyaman dengan pemberiannya ini.

" gak apa. Toh, mobilnya juga biar bisa kamu bawa ke kampus. Om kepikiran aja kamu harus naik taksi setiap kuliah karna gak bisa berangkat bareng om. Jadi lebih baik om beliin kamu mobil kan? " ujar Bagas pada ku.

" lagipula, kita bisa pergi ke mana - mana pakai mobil itu, tanpa harus was - was love. Topi, hoddie sama kacamata om juga bisa di taruh di sana. Biar setiap ada orang - orang kampus yang papasan sama kita, om bisa langsung nutupin identitas om. " tambah dirinya. Membuat diri ku langsung memeluk Bagas erat dengan perasaan tak nyaman.

*****

" maaf ya om, om tunangan sama aku malah harus susah kayak gini. " ucap ku. Yang lagi - lagi merasa tak nyaman pada dirinya.

" stt. Apa sih love. Gak papa sayang. Uang om selain buat om, buat keluarga om, buat siapa lagi emang kalo bukan buat kamu. Calon istri nya om, sayang. Jangan ngerasa gak enak love. Om seneng bisa beli mobil baru. Apalagi buat kita. Bikin kamu seneng. " balas Bagas tersenyum. Menikmati pelukan erat dari ku. Dirinya sama sekali tak mempermasalahkan pelukan erat ku ini di tubuhnya.

" lagian, om punya rencana beli mobil itu dengan atas nama kamu. Jadi mobil itu hak milik kamu. Bukan hak milik om. " ucap Bagas sekali lagi. Dan ucapan ini berhasil membuat ku mendongakkan kepala ku menatap dirinya.

" kenapa atas nama ku om? Kan om yang beli. Aku gak mau om. Aku gak enak. Masa baru tunangan sama om aku udah di kasih mobil. Jangan om. " tolak ku menggeleng.

Mencoba untuk menjauhi dirinya dan melepaskan pelukan ku di tubuhnya. Namun ulah ku ini segera di tahan olehnya. Dan kembali menarik ku kembali ke dalam pelukannya. Sembari dirinya menyampirkan rambut ku yang tak terikat rapi saat ini.

" kenapa ngejauh sayang? Jangan ngejauh. Om suka meluk kamu gini. " ucap nya menatap ku lekat dengan begitu dekat. Bahkan dapat ku rasakan deru nafasnya menerpa wajah ku saat ini.

" om emang sengaja beli mobil itu atas nama mu. Anggap aja, hadiah ulang tahun mu kemarin. Om belum beliin apa pun kan untuk ulang tahun mu. Padahal, itu ulang tahun mu pertama setelah kita tinggal serumah, sayang. " sekali lagi Bagas berucap pada ku dan mencoba memberi pengertian pada ku. Tak lupa dirinya menjawil hidung ku. Agar aku tak terlalu merasa tak nyaman dengan dirinya.

" tapi, pertunangan kita udah jadi kado ku yang terbaik om. Om gak perlu ngelakuin ini. Aku gak larang om mau beli mobil baru. Walau aku kaget. Aku gak akan larang. Tapi jangan atas nama ku. " ujar ku. Apalagi pertunangan kami berdua kemarin memang tepat di hari ulang tahun ku.

" gak papa. Om seneng lakuin nya sayang. Jangan nolak ya? Om kebetulan ada rezeki lebih. Ya buat mu. Lagipula, kamu kan calon istri om. Gak papa dong om beliin. " ucapnya tersenyum sambil mengecup sudut bibir ku.

" aku masih gak enak om. Kalo mami sama papi gak setuju gimana? Om beli mobil atas nama ku. " ujar ku lagi. Menyampaikan apa yang mengganjal di hati ku. Apalagi aku hanya merasa was - was jika ke dua orang tua Bagas justru berfikir yang tidak - tidak mengenai ku.

" kalo gak enak, kasih kucing sayang. Mami sama papi setuju kok. Om udah ngomong sama mereka. Dan mereka setuju. Jadi apa salahnya sayang. " ujarnya terkekeh setengah bercanda dengan diri ku.

Bagas mencoba untuk menghilangkan rasa tidak nyaman yang ada pada diri ku. Bahkan kini dirinya mulai mengecup pucuk hidung ku supaya mengikis rasa tak nyaman yang ku rasakan.

" ya udah, kalo gitu. Aku cuma takut om sama keluarga mikir aku cewek matre om. Gara - gara dapet apa pun dari om. Semua yang ku mau pasti om turutin. Aku gak enak aja. " ucap ku. Aku pun mengubur wajah ku kembali ke dadanya dan bersandar nyaman pada tubuhnya.

" enggak lah love. Om sama keluarga om gak pernah punya fikiran kayak gitu. Kamu perempuan paling sempurna buat om. Hilangin fikiran kayak gitu sayang ya? " ujar Bagas mengelus kepala ku lembut dan mengecup kepala ku.

" hm. Ya udah. " sahut ku mengalah. Mau tak mau mengikuti keinginan calon suami ku ini.

" ya udah, om mandi dulu ya? Kamu beresin dulu tugas mu. Nanti kalo udah, baru siap - siap sayang. " balas Bagas dan melepaskan pelukan kami berdua sembari beranjak menuju ke kamar mandi yang ada di kamar kami berdua dan mulai mandi. Aku pun hanya bisa menganggukkan kepala sembari menyelesaikan pekerjaan ku yang tinggal sedikit lagi.

*****

LOVE YOU, OLD MAN (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang