~~~(TAMAT)~~~
Namanya Bagas. Dia tua dan dia adalah salah satu dosen ku. Tapi, kini. Dia di jodohkan dengan ku
Tapi masalahnya, bukannya menolak, aku justru menginginkan dirinya untuk ku. Aku sudah jatuh hati padanya sejak dulu. Dan kini, bahkan dir...
" hm? Kenapa love? " tanya dirinya lembut sembari tetap dengan aktivitas nikmatnya. Menikmati ceruk leher ku dan memainkan tangannya di tubuh ku dari belakang. Padahal kami berdua baru saja selesai melakukan aktivitas suami istri malam ini. Dan aku pun masih terengah - engah karena ulah nya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
" jangan di godain om. Aku nya lemes. " ucap ku singkat dan begitu lelah.
Tapi ucapan ku ini berhasil membuat dirinya menghentikan semua kelakuannya. Dan kini dirinya hanya meletakkan ke dua tangannya di perut ku sembari tetap mengubur wajahnya di ceruk leher ku.
" ya udah, om berhenti. Kamu istirahat ya? Capek kamu habis om serang tadi. " ujarnya paham dan meminta ku beristirahat.
" hm. Iya om. " jawab ku seraya mencoba berbalik untuk menghadap dirinya. Membuat dirinya melepaskan wajahnya dari ceruk leher ku.
Dan aku yang sudah berbalik menghadap dirinya pun kembali masuk ke dalam pelukannya. Tak lupa aku juga mengecupi rahang keras suami ku kini dan juga dadanya yang begitu menggoda diri ku. Jika saja, aku masih kuat dan tak lemas, aku masih ingin bermain dengan dirinya. Tapi aku sudah terlalu lemas. Sudah tiga jam kami berdua bermain dan aku sudah benar - benar menyerah.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
*****
" om? " gumam ku saat aku terbangun dari tidur ku di tengah malam dan merasakan sebuah tangan kekar mengusap perut ku. Apalagi aku juga merasakan kecupan - kecupan hangat di perut ku yang tak tertutup apa - apa saat ini.
" hm? " sahut dirinya yang masih saja melakukan hal itu.
" ngapain? " tanya ku mencoba membuka ke dua mata ku.
Dan begitu aku mengangkat kepala ku sedikit, guna melihat apa yang Bagas kerjakan. Aku justru di kejutkan dengan ulah nya yang menciumi perut ku sembari mengelusnya beberapa kali.
" om. " ulang ku untuk ke dua kalinya.
" kenapa bangun? Om ganggu ya love? " tanya dirinya sembari mengangkat kepalanya memandang ku, sebelum kembali menciumi perut ku lagi.
" enggak. Tapi kamu lagi ngapain om? " ulang ku sekali lagi pada dirinya.
" lagi nyiumin perut mu. Lagi nyapa calon anak nya om. " ucap nya menjawab pertanyaan ku dan membuat ku mengelus pipinya perlahan.
" om ih. Kita baru ngelakuin itu beberapa kali. Mana mungkin langsung jadi. " ucap tertawa.
" he, semoga jadi ya sayang. Biar om bisa makin manjain kamu. " ucapnya kembali mengangkat kepalanya dan menatap ku lembut. Dirinya pun mulai kembali berbaring bersama ku dan membuat ku menenggelamkan tubuh ku di dalam dekapan hangatnya.
" tidur lagi, love. Capek kamu. " ucapnya mencium leher ku dari belakang dan membuat diri ku melenguh walau sesaat.
Aku yang memang lelah dengan aktivitas kami berdua pun hanya mampu menganggukkan kepala ku. Sebelum aku kembali ke alam mimpi dengan tangan Bagas yang terus mengusap perut ku yang hanya tertutupi oleh selimut yang kami pakai.
*****
Pagi hari ini, begitu mendung. Hujan rintik semenjak subuh tadi terus saja turun ke bumi. Membuat aku yang tengah tertidur lelap kini mulai terbangun karena merasa kedinginan. Tanpa sadar, aku pun mulai menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuh ku hingga pundak. Apalagi dengan keadaan tubuh ku yang saat ini sama sekali tak memakai pakaian apa pun dan hanya terbalut dengan selimut. Sama seperti Bagas yang tidur memeluk ku dari belakang. Ku rasakan nafasnya yang menerpa rambut dan leher ku.
Dapat ku rasakan lengan Bagas yang melingkar di perut ku semakin mengetatkan. Membuat ku membuka ke dua mata ku dan menundukkan kepala ku. Memandang jemari Bagas yang semakin membuat tubuh ku dan tubuh Bagas semakin menempel.
Bahkan jemari Bagas yang kini ada di perut ku mulai mengusap - usap perut ku. Bagas rupanya sudah mulai terbangun. Dan dapat ku rasakan dirinya mulai mengecup kepala juga leher ku. Membuat ku tanpa sadar melenguh penuh kenikmatan karena ulah nya ini.
" pagi sayangnya om. " sapa nya pada ku. Rupanya dirinya mengetahui aku sudah terbangun saat ini.
" pagi om sayang. Kok tau aku udah bangun? " tanya ku tersenyum.
" badan mu tadi kedinginan. Trus narik selimut. Makanya om bangun. " jawabnya dan membuat ku mengangguk.
" iya. Dingin. " jawab ku.
Bagas pun melirik ke arah jendela yang memamerkan rintik hujan dari langit yang mulai turun semakin deras. Dan semakin menempelkan dadanya dengan punggung ku. Bahkan dapat ku rasakan bibirnya kini mengecup pundak ku beberapa kali. Membuat ku sedikit merasa geli.
" harinya hujan gini. Pagi - pagi pula. Kayaknya Tuhan sengaja deh bikin kita di atas ranjang lama. Biar bisa olah raga lagi. " ujar Bagas menggoda ku dan membuat ku tertawa.
Tanpa jawaban dari bibir ku pun, Bagas mulai kembali beraksi seperti tadi malam. Membuat kami berdua benar - benar turun dari ranjang tiga jam setelahnya dengan tubuh ku yang lelah akibat kelakuan suami ku ini.
*****
" om beneran mau punya anak? " tanya ku pada dirinya. Saat ini kami berdua tengah bersantai di ruang tengah. Sembari menonton televisi.
" ya iya lah love. Emang kamu gak mau? " tanya Bagas bingung dengan ucapan ku ini.
" enggak. Bukannya gak mau. Cuma, aku bisa gak ya? Aku masih belum lulus, masih ngurusin yudisium sama wisudaan juga. Aku takut gak ke urus om. " jawab ku perlahan.
" ya, kalo kamu mau, om gak papa kita nunda dulu. Setidaknya sampai kamu udah wisuda. Baru kita fokus bikin anak. Olah raga malem sama om. " ujarnya menggoda ku dan berhasil mendapatkan cubitan dari tangan ku.
" mulut ya. Heran deh. Omongannya kayak gak di saring gitu. " runtuk ku. Namun bukannya kesal, Bagas justru tertawa karena gerutuan ku saat ini dan mengambil tangan ku untuk di genggamnya.
" apa pun yang kamu mau. Gimana pun nanti keputusan mu. Kalau menurut mu baik ya silahkan. Om setuju. Dan masalah ini, masalah calon baby kita, om akan ikut sama kamu love. Kalau kamu masih belum yakin. Om gak mau maksa. Om mau, kamu hamil dengan keinginan kamu sendiri. " jawab Bagas menjawil hidung ku dengan sebelah tangannya.
" jangan terlalu di jadiin beban love. Om masih mau nikmatin waktu sama kamu juga. Tuhan tau kapan waktu terbaik untuk ngasih calon baby buat kita. Tapi kalau bisa, jangan bikin kamu stress mikirinnya. " dengan perlahan Bagas mulai mencoba menasehati ku.
" om, aku gak mau nunda sih. Aku maunya ngalir gitu aja. Menurut om gimana? " tanya ku.
" ya gak papa love. Om sih seneng - seneng aja. " jawab Bagas meyakinkan ku.
Aku yang di yakinkan oleh dirinya pun hanya bisa menganggukkan kepala ku dan mencoba menyetujui apa yang dirinya ucapkan pada ku.