14

2.4K 90 4
                                    

Sudah satu minggu ini aku di sibukkan dengan urusan skripsi ku yang tinggal menuju seminar hasil. Membuat ku sama sekali tak memperdulikan kesehatan ku, urusan apartemen bahkan urusan suami ku. Aku terlalu di fokuskan dengan semua yang berkaitan dengan skripsi yang ku buat saat ini.

Beruntungnya, aku memiliki suami seperti Bagas yang begitu memahami ku. Dirinya sama sekali tak mempermasalahkan jika dirinya yang mengurus semua urusan apartemen. Bahkan dirinya yang menjaga ku agar aku bisa tidur dan makan dengan teratur walau sedang di sibukkan dengan skripsi ini.

" love? Makan dulu yuk? "

"..."

" hey? Sayang? "

" om duluan aja. Aku masih sibuk om. " jawab ku tetap membelakanginya. Kini aku tengah berkutat dengan skripsi ku di meja kerjanya.

" hhh, love. Balik bentar dong? " ucap Bagas lelah dengan kekeraskepalaan ku saat ini.

" apa om? Cepet. " ujar ku berbalik kasar. Menghadap dirinya kini. Dan ulah ku ini pun membuat Bagas segera berlutut di hadapan ku. Agar bisa memandang ku yang tengah duduk di kursi putar.

" ini udah jam dua belas sayang. Dan kamu sama sekali belum ada makan apa pun. Minum juga. Terakhir kamu makan itu bareng om, kemarin malam jam delapan. Trus kamu masuk ke sini, sampe ketiduran. Dan om pindahin ke kamar malam tadi. " ujar Bagas lemah lembut pada ku.

" ini udah jam segini dan kamu juga belum makan love. Nanti kamu sakit. Kamu tau itu hal yang paling om hindari. Iya kan? " Tambah Bagas seraya menyampirkan beberapa helaian rambut ku yang tak terikat asal. Dirinya sama sekali tak mengucapkan kata - kata yang menyakitkan hati ku. Dan ulah juga ucapan lembutnya ini berhasil membuat ke dua mata ku berkaca - kaca.

" aku capek om. Aku pusing. " ucap ku. Dan akhirnya, air mata ku yang ku tahan pun tumpah ruah. Membuat ku terisak pelan. Bagas pun segera menarik ku ke dalam pelukannya.

" sayang, tentu aja kamu capek. Kamu pusing. Kamu sama sekali gak mau cerita sama om sayang. Kamu mendam semua sendiri. Apa - apa yang kamu lakuin, kamu selalu ngerjainnya dalam diem. Setiap om tanya, kamu selalu bilang gak papa. Om khawatir sayang. " ujar Bagas pada ku. Tetap mempertahankan nada lembutnya.

Percayalah, jika di tegur dengan lemah lembut seperti ini, aku justru sama sekali tak ingin membahasnya. Dan justru hal ini akan membuat ku menangis. Menumpahkan kekesalan ku semenjak tadi. Mengeluarkan semua unek - unek yang selalu ku tahan. Memberitahu dirinya betapa pusing dan lelahnya kepala ku mengurus skripsi ku yang masih belum selesai - selesai semenjak tadi.

" aku bingung. Metodenya yang ku pake malah gak jalan. " isak ku.

" love? Om itu dosen. Kamu bisa minta bantuan om. Om ada di sini buat kamu sayang. Kamu bisa manfaatin om buat bantu kamu. Kamu tau kan? Om kan selalu bantuin kamu. Kenapa gak nanya sama om sayang? " tanya dirinya.

" om lagi banyak kerjaan juga. Ngurusin semua yang gak ke urus sama aku. Aku gak mau nambahin kerjaan om bantuin aku. " jawab ku masih saja terisak.

" dan bikin kamu stress kayak gini? Tentu enggak sayang. Kamu sadar gak? Jam tidur kamu, jam makan kamu. Bahkan jam - jam kamu manja - manjaan sama om udah gak teratur sayang. Om gak mau kamu sakit. " ujar Bagas mengelus punggung ku beberapa kali. Mencoba membuat ku tenang.

" sekarang, kamu makan ya? Sama om? Om udah masakin makanan kesukaan kamu. Nanti, abis kamu makan kita baru liat skripsi kamu lagi. Kita liat yang bikin metodenya gak jalan. Biar om bisa bantuin kamu. Ya? " ucap Bagas lagi dengan lembut karena aku hanya diam dalam pelukannya. Aku yang pada dasarnya tak bisa membantah dirinya pun hanya bisa menganggukkan kepala ku.

LOVE YOU, OLD MAN (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang