TSOL~Dua Puluh Dua✓

72 13 0
                                    

🌑

Kehangatan bisa diterpa, kenyamanan bisa dirasa, namun kesempurnaan tidak bisa dimiliki, percayalah.

~Aldi Fandrasyah ⚡

🌑

___________________

Setelah selama satu jam lebih bisa dikatakan didalam ruangan yang disebut neraka bagi para murid, apalagi untuk sekolah itu bila dihadapkan dengan guru gendut plus berkacamata, pak cero.

"Ini semua gara-gara Lo, biangnya." Lelaki itu kesal namun sekaligus senang bisa berdebat dengan guru gendut itu, sangat langka.

"Kok gua? Hello, disini siapa yang tiba-tiba nongol kayak hantu terus tiba-tiba duduk samping gua dan kenapa gak pergi aja!" Cerocos gadis itu, tidak terima disalahkan.

"Gak tau tuh, ada angin." Jawabnya santai, tidak itu bukan jawaban tapi ejekan menurut gadis itu.

"Bodo amat!" Gadis itu menghentakkan kakinya kesal, sebentar untuk apa ia kesal?

"Woi intan, ikut gua yok sebagai pertanggungjawaban!" Teriaknya, untung saja tidak terdengar sampai telinga pak cero.

Intan mengindahkan ucapan aldi, namun bukan Aldi namanya jika tidak mengejar mangsa. Tapi intan tetap berjalan tanpa mendengarkan ucapan itu.

"Ikut gua, bentar." Sampai pada akhirnya, intan menyerah untuk berjalan karena tangannya sudah ditarik dahulu oleh Aldi.

Entah intan sendiri saja tidak tahu akan dibawa kemana dirinya oleh anak ini. Tapi, alis intan berkerut saat sampai di tempat parkiran.

"Parkiran?" Aldi mengangguk, lalu memberi helm ke intan.

"Tenang, gak ada satpam. Mau bawa kabur anak orang." Ucapnya seakan tau apa yang dipikiran intan.

Intan tengok kanan juga kiri, memang benar tidak ada satpam yang berjaga hari ini. Tapi, ia tetap malas untuk mengikuti permintaan lelaki dihadapannya saat ini, memang dia siapa intan? Menyuruh seenaknya.

"Kemana?" Entah kenapa suara itu keluar dari mulut intan secara tiba-tiba, ia pun kesal sendiri.

"Ikut dulu aja, rileks kan diri." Intan menurut saja, lagipula ia malas belajar hari ini.

Gadis itu dibawa oleh Aldi entah kemana tujuannya dia pun tidak tahu. Namun, intan tidak memperbesarkan masalah itu. Di pertengahan jalan, intan lupa satu hal.

"Tas gua gimana woi?" Teriaknya karena sedang di motor tidak terlalu terdengar.

"Santai, itu urusan fando." Balasnya teriak, intan manggut-manggut saja.

Sampai beberapa menit berada di motor memecah jalanan Jakarta, akhirnya mereka sampai di sebuah rumah besar, pagar tinggi, halaman yang luas, juga taman yang kecil tapi indah.

Intan tidak tahu Aldi membawanya kemana, namun ia yakin ini pasti rumah lelaki itu. Tapi untuk apa Aldi membawanya kesini?

"Lo tuh ya? Udah nuduh orang, bawa anak orang kabur, terus sekarang Lo mau culik gua gitu?! Iya!" Teriak intan berkacak pinggang, namun Aldi malah tertawa terpingkal-pingkal.

Di ambang pintu rumah itu, wanita paruh baya yang cantik sedang melihat ke arah mereka tersenyum sangat manis. Melihat kejadian itu, ia merasa kehangatan lelaki itu kembali hanya seorang gadis.

"Fandra, ini siapa sayang?" Renata mendekat lalu menyentil telinga anaknya itu.

"Aw...mah! Sakit, salah fan apa coba?" Ringisnya, masih memegang telinga yang memerah.

The Secret Of Life [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang