TSOL~Dua Puluh Lima✔

72 10 0
                                    

🌑

"Menjadi pelita bagimu, adalah kewajibanku. Detik ini, esok, ataupun selamanya."

~Putra Anggaran💦

__________________

Purnama's group, tujuan awal dari langkah bagi lelaki yang sedang berjalan hari ini. Ia akan menjadikan hari ini janjinya untuk terwujud, bagaimana pun caranya.

Di meja receptionis, lelaki bertubuh tinggi itu menanyakan letak ruangan CEO perusahaan tersebut.

"Permisi, bisa tunjukkan ruangan tuan bramanto purnama?" Ujar lelaki itu, wanita yang ditanya menatap kagum penampilan lelaki yang dihadapannya ini.

"Hey, mbak?" Ujarnya lagi, membuyarkan lamunan wanita itu.

Wanita itu mengerjab "Maaf, tuan purnama sedang berada di ruangannya. Apa anda ada janji dengan tuan?" Ujar wanita itu.

"Saya tidak ada janji, namun saya ada urusan penting dengan bos anda sekaligus menyangkut perusahaan." Ujar lelaki itu.

"Baik, saya telepon dahulu. Bisa beritahu nama anda?"

Lelaki itu tersenyum, "Putra Anggardian, pemilik perusahaan Anggardian's crop." Wanita itu mengangguk.

"Baiklah, tuan bisa menunggu di bangku sebentar. Saya akan memberitahu Anda jika diizinkan." Ujar wanita itu.

Iya, lelaki itu putra. Ia hanya ingin berbincang untuk masa depan kekasihnya, juga sekaligus membantu Memperluruskan masalah intan dengan orang tuanya.

Menunggu beberapa menit di bangku tunggu itu, akhirnya pemilik perusahaan itu mengizinkan putra masuk ke ruangannya.

Wanita tadi sudah menyebutkan ke arah mana ia harus berjalan, dari tempatnya berdiri ia harus berjalan lurus dua ruang sebelum ujung kantor, itu adalah ruangan tuan purnama.

Sampai di ruangan, putra mengetuk pintu.

"Masuk." Ujar lelaki didalam ruangan itu.

Putra membuka pintu ruangan tersebut, menampilkan seseorang yang ingin ia temui hari ini yang sedang sibuk menatap layar laptop kerjanya.

"Permisi, pak purnama?" Ujar putra sopan, yang dipanggil menoleh ke sumber suara.

Lelaki itu tersenyum tipis "Ah, pak Anggardian, pemilik perusahaan Anggardian's crop yang terkenal di Indonesia tahun ini?" Ujar Bram.

"Silahkan duduk." Ujarnya, lagi.

Setelah mendudukkan dirinya dibangku itu, putra merasakan aura yang beda. Tidak seperti kata intan, yang bahwa ayahnya membenci diri intan. Apa ayah intan hanya berpura-pura manis didepan orang?

Bram menutup laptop kerjanya, lalu menatap dengan senyum ke arah putra.

"Ada perihal penting apa, sampai seorang penting seperti anda sampai datang ke kantor saya?" Ujar Bram.

Putra tersenyum kecil "Hanya perihal yang sedikit dipertaruhkan untuk kehidupan keluarga anda sekaligus putri anda." Ujarnya tanpa basa-basi.

Hal itu membuat rahang Bram mengeras, bukan tentang keluarganya. Tapi tentang putri yang dikatakan lelaki didepannya ini.

"Apa maksud anda? Bisakah menjelaskannya secara detail?" Ujar bram dengan tenang untuk mengontrol dirinya.

Putra tersenyum manis, "Saya hanya ingin membahagiakan kehidupan putri anda." Ujarnya.

The Secret Of Life [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang