Bab 8. Kematian

3 1 0
                                    

Aku sangat bersyukur sekali karena Tuhan selalu menegurku. Teguran cinta mengingatkanku, menyadarkanku, dan membuka mata hatiku. Dunia yang di kejar selama ini, ternyata hanya tipu daya setan. Penyesalanlah yang akan diterima jika terus terlena mengikuti arus nafsu keinginan dunia.

Teringat kembali masa lalu ku yang suram sebelum kejadian ini. Aku sangat jarang sekali mengerjakan shalat. Dulu waktu Smp, aku sempat masuk penjara karena membantu teman-temanku mencuri. Yang sangat bodohnya adalah aku mencuri bukan karena tak punya uang melainkan hanya untuk bersenang-senang saja.

Saat itu entah kenapa, seperti ada rasa bangga saat membantu temanku mencuri. Padahal uang keseluruhannya full untuk temanku yang katanya sangat perlu uang untuk membayar Spp sekolah. Tak ada keuntungan sama sekali secara materi yang didapat. Hanya rasa kesenangan pribadi yang aku dapati waktu itu.

Penjara adalah teguran cinta pertama yang sangat terasa untukku. Semenjak saat itu, aku tak berani lagi mencuri. Dahulu aku juga suka sekali minum-minuman keras. Sampai-sampai setiap keluar malam aku selalu membeli minuman saat sedang ingin main kerumah temanku dengan maksud supaya obrolan tak garing. Saat SMA aku juga mencoba mengkonsumsi obat-obatan hingga melinting daun ganja yang dilarang. Saat mengkonsumsi barang haram itu, entah kenapa rasanya enak sekali, tanpa sadar aku terbawa alunan irama permainan setan yang mendorong untuk melakukan hal-hal yang di larang lainnya.

Saat itu aku dan teman-temannya kehabisan uang. Tiba-tiba dua orang temanku pergi dan kembali lagi dengan membawa banyak uang. Tanpa bertanya uang dari mana, aku melanjutkan pesta dengan hura-hura bersama teman. Keesokan harinya salah satu temanku yang bernama reno berkata,

"Eh Jafar, kamu tau nggak uang yang dibawa mereka kemaren adalah hasil curian dari kotak amal." Ungkap reno kepadaku.

"Serius kamu no? " Tanyaku terkejut panik saat mendengar perkataan reno.

"Iya serius far" Jawab reno

"Waduh kamu kenapa Nggak bilang no dasar brengsek kalian," Ucapku dengan nada marah.

"Loh aku juga ga tau far, aku aja baru tahu dari udin kalau dia dan juna mencuri kotak amal. Saat itu mereka melihat masjid sepi, kemudian terdorong untuk membongkar kotak amal yang isinya lumayan banyak." Jawab reno yang juga sedikit kesal dengan mereka.

"Kamu saat buang air besar nggak kenapa-kenapa kan far?" Tanya reno.

"Nggak no, memangnya kenapa ?" Tanyaku kembali kepada reno dengan wajah yang masih panik, merasa sangat bersalah.

"Soalnya mereka berdua si juna dan udin yang ngambil kotak amal itu, katanya saat buang air besar ngeluarin darah far." Jawab reno dengan raut muka jijik.

"Waduh bahaya no, mungkin itu kharma dari Tuhan, karena mencuri kotak amal. Semoga kita nggak kenapa-kenapa ya no." Sambungku yang sedikit ketakutan mendengar reno beekata.

"Iya far semoga saja kita diampuni."

Mengingat masa lalu ku yang dulu, aku sangat malu sekali kepada Tuhan. Aku malu telah bermabuk-mabukan dan memakan uang haram dari kotak amal yang dicuri itu.

Aku juga pernah waktu SMA melakukan kesalahan yang sangat fatal, yakni minum-minuman keras di sebuah masjid bersama temanku, tanpa adanya rasa takut dosa sama sekali. Sungguh sangat keterlaluan sekali diriku waktu itu. Ke masjid bukannya shalat, tetapi malah minum-minuman keras bersama temanku.

Banyak sekali dosa besar yang dulu pernah dilakukan. Sering sekali aku durhaka meremehkan kedua orang tuaku, dan aku dulu suka sekali membentak ibu. Bahkan yang jahatnya lagi, aku pernah menyesali kenapa lahir dari keluarga ini. Sungguh ini sangatlah dosa besar. Ini termasuk menentang takdir yang sudah ditentukan Tuhan Sang Maha Cinta.

CAJASILAN (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang