19

830 47 3
                                    

Pagi ini Keana hanya merasakan perutnya yang begitu sakit. Apalagi jika bukan tamu bulanannya wanita. Sedari tadi ia hanya diam tidak berniat untuk membaca bukunya apalagi mengobrol dengan Fiska, hal itu hanya akan membuat mood nya semakin rusak.

Ketika pelajaran berlangsung pun Kea tidak bersemangat, hanya memandang kedepan dengan malas.
Ia terus-terusan memegang perutnya, entah bagaimana tamu bulanan kali ini sangat menyakitkan untuk berdiri saja sepertinya sangat susah.

Saat suasana kelas sedang sunyi Fiska berceletuk. "Pak Kea sakit perut, mau izin ke Uks katanya pak."

Kea yang mendengarnya pun memelototkan matanya kaget.

"Pis lo ngomong gitu nanti dikiranya gue mules-mules," ujar Keana.

"Sutt udah lo diem aja."

"Keana benar kamu sakit?" Tanya pak Jaya guru yang sedang mengajar saat ini.

"Iya pak," jawabnya lirih.

"Yasudah kamu diantar Fiska ke Uks, tapi Fiska kamu harus balik lagi." Titah pak Jaya.

"Yah pak, saya kan mau nemenin Kea kalo dia sendirian kasian."

"Tidak, itu alasan kamu aja supaya tidak mengikuti pelajaran bapak."

"Yaudah pak saya balik lagi, tapi kalo agak lama berarti saya belok dulu ke kantin," kata Fiska.

"FISKA!"

"IYA PAK AMPUN, SAYA LANGSUNG KE KELAS SUER."

Keana hanya mendengar dengan kesal, rasanya ia ingin menarik rambut cantik Fiska kuat-kuat hingga terlepas dari kepalanya.

"Pak saya permisi," izin Keana saat didepan kelas.

Sesampainya di Uks, Kea segera merebahkan dirinya. Ia bersusah payah untuk sampai kesini.
Fiska mana mau membantu dengan tulus, ia hanya membantu Keana berjalan ketika didepan Pak Jaya saja. Tentu saja hanya pencitraan. Dan sekarang ini Fiska sedang duduk manis dibangku Uks sambil memainkan Handphonenya

"Ngapain lo duduk situ? Sana ke kelas."

"Napas dulu, gue cape." ujar Fiska.

"Ke kelas atau gue tendang?" Ucap Kea sinis.

Fiska pun yang mendengarnya segera beranjak, ketika didepan Keana ia menyempatkan menarik rambut sahabatnya itu.

"PISKAAA!" Teriak Kea karna dibuat kesal olehnya.

"Berisik, lo ganggu tetangga tau gak." Kata Fiska yang sudah didepan pintu Uks.

Jam istirahat tiba, Keana baru saja bangun dari tidurnya.
Ia lapar, tapi apa daya untuk berjalan pun tidak kuat.
Mengharapkan Fiska pun tidak mungkin, karna ketika tidak ada Kea pasti ia asik berpacaran.

"YA AMPUN GUE LAPEEERRR!" Teriaknya.

"Laper ya makan, teriak-teriak gitu emang bisa bikin kenyang? Ujar Ghatan sambil menaruh makanan dipangkuan Keana.

"Gue juga udah beliin obat buat lo, siapa tau disini gak ada." Ujarnya lagi.

"Obat apa?" Tanya Kea bingung.

"Obat mules," jawabnya enteng.

"HAH?"

"Udah sana minum," titah Ghatan.

"Gak mau," tolak Keana karna obat itu memang tidak dibutuhkan oleh perutnya.

"Gue belinya pake duit tuh, masa gak diminum."

"MASALAHNYA GUE BUKAN SAKIT PERUT KARNA MULES TAN, GUE DATANG BULAN NGERTI GAK SIH?" teriaknya karna emosi terhadap Ghatan.

"Enggak," jawabnya tenang.

KEANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang