Setelah berbaikan, Ghatan dan Kea telah kembali seperti semula. Pagi ini, dikoridor sekolah Ghatan terus menerus menjahili gadis itu tanpa henti.
Ghatan memang dasarnya anak petakilan, ia menarik ikat rambut Kea sehingga membuat rambut gadis itu terurai.
"Widih badai, mau jadi duta shampo lain lo?"
"Mata lo sini gue shampoin, masih pagi gausah banyak tingkah bisa gak?" ucapnya sambil mengikat kembali rambutnya yang tadi terurai akibat ulah Ghatan.
"Gak."
Keana yang hendak melanjutkan langkahnya, tapi kakinya kembali mundur sebab Ghatan menarik tas belakang Keana.
"MAU KE KELAS AJA RASA KE ARAB KALO GINI CERITANYA."
"Gimana Ke ceritanya?" Keana merotasikan bola matanya.
Gadis itu mensejajarkan badannya dengan Ghatan, lalu ia gerakan kepala Ghatan sehingga berhadap-hadapan dengan tembok disebelahnya.
"Nih ngomong sama tembok, tahan banting dia ngadepin lo." Geramnya lalu pergi.
Setelah sadar ia memukul tembok didepannya. "Ngapain gue tatap-tatapan sama lo, datar begini."
Sesampainya dikelas, ia melihat Kea yang sudah duduk manis sambil memainkan benda pipih miliknya.
Ghatan berjalan kearah Kea, ia duduk diatas meja tepat dibelakang Keana duduk. Dari arah belakang pria itu mengunci leher Kea dengan sebelah tangannya, terlihat seperti memeluk leher gadis itu mungkin."Heh anak setan, AAAA LEHER GUE KECEKEK LEPAS GAK!" teriaknya pada Ghatan.
Fiska baru saja datang, dan berjalan menuju bangkunya yang berada disebelah Kea. Ia terlihat lesu, tetapi baru saja sampai sudah disuguhkan percekcokan antara sahabat dan teman sekelasnya itu. Ia dibuat jengah oleh keduanya.
Kea yang melihat Fiska sudah datang segera memanggilnya meminta pertolongan. "Piss." Fiska yang dipanggil hanya mengedikkan bahunya malas. Lalu duduk sementata dibangku depan.
"Sukurin, temen lo juga males nolonginnya."
"Pis kali ini kita kawan!" Teriaknya yang dihiraukan oleh Fiska."Than lepasin. Lo galiat gue udah melas gini?"
"Lo ngeselin sih, males gue lepasinnya."
"Idiot nih anak, yang dari tadi jailin gue kan lo kok gue yang ngeselin."
"Yampun iya-iya maap jangan dikencengin, sakit leher gue." Lengannya ia taruh dibelakang punggungnya, lalu mencubit perut Ghatan yang tepat berada dibelakang tubuhnya itu dengan sekuat tenaga dan reflek Ghatan menjauhkan tangannya dari leher Keana.
"Itu tangan mau gue borgol? Modus banget, segala nyubit bilang aja mau pegang-pegang perut gue." ucap Ghatan sambil mengusap-usap perutnya yang terasa nyeri akibat cubitan gadis didepannya itu.
"Pengen bilang najis tapi terlalu kasar buat mulut gue yang polos." perkataanya itu mendapatkan pukulan dibibirnya oleh Ghatan.
"Itu lo udah nyebut, masi mau bilang contoh?"
》《
Istirahat kali ini Kea dan Fiska tidak berdua, mereka bersama Ghatan dan kawan-kawan. Saat ini mereka berada ditaman sekolah ditemani dengan makanan ringan yang baru saja dibeli oleh Dito dan Geri. Segerombolan anak itu duduk dibawah pohon, sangat nyaman untuk berkumpul seperti ini.
"Sat sat gue mau roti, tolong ambilin." pinta Fiska kepada Satya untuk mengambilkan roti tersebut.
Ketika Satya ingin mengambil roti itu, namun sebuah tangan lain sudah mendahuluinya.
"Siapa cepat, dia dapat." ucap Geri lalu membuka bungkus rotinya dan melahapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEANA
Teen FictionLangsung baca aja deh ya biar tau kisah keana nya:' cover by @gochujangg