10

889 189 0
                                    

"jadi, gimana jalan-jalannya?".

haris tertawa "seru. apalagi ada anak kecil lucu".

"lucu gimana?".

haris menceritakan semua kejadian yang dia alami tadi bersama wanda di kamar dafa. lagi-lagi pelarian haris adalah rumah dafa, dikala suasana rumahnya sedang kacau. tak apa, lagipula keluarga dafa sudah menganggapnya sebagai anak sendiri.















setelah mengantarkan wanda kembali ke rumahnya, haris segera pulang ke rumahnya. ia harus cepat karna sang ayah menelpon dirinya.

betapa terkejutnya ketika ia melihat kedua orang tuanya yang sedang bertengkar. kenapa sih? padahal 'kan mereka sudah bercerai.

"jadi haris diminta pulang cuma buat liat kalian berantem? ck, ga guna". setelahnya haris mengambil kunci motor dan pergi lagi dari rumah itu.

begitulah mengapa haris bisa berada di rumah dafa sekarang. tapi rasa sedihnya hilang saat dirinya sudah bertemu dan berbincang dengan sahabatnya sedari kecil.

"hahaha! jadi kalian disangka pacaran?! hahaha!" dafa tak henti tertawa saat mendengar cerita haris. siapakah anak itu? kalau bisa, dafa ingin menjadikannya adik sekarang juga.

"lo 'mah malah ketawain 'kan? sahabat macam apa itu?!".

"udah deh.. sekarang, setelah dua bulan kenal, ga mau nembak wanda?".

haris menghembuskan nafas kasar "maunya gitu. tapi, kayaknya aku mau tunggu sebentar lagi. gue masih takut ditolak".

"KAN! GUE BILANG JANGAN BERANI GANTUNGIN SEPUPU GUE!"















esok harinya, haris kembali pulang ke rumahnya. toh dia ini masih sayang mamanya. ia tak rela meninggalkan wanita tua itu sendirian.

sebenarnya, yang haris inginkan adalah kasih sayang dari kedua orang tuanya. entahlah, dia harus menyalahkan mamanya yang gila kerja, atau papanya yang bermain dengan jalang dengan alasan sudah tak mendapatkan perhatian sang istri.


haris membuka pintu rumah, ternyata papanya masih berada rumahnya dari semalam. segeralah haris menghampiri kedua orang tuanya dan meminta maaf, "ma, pa, maafin vano ya. semalam vano kecapean, juga langsung kebawa emosi".


kedua orang tuanya mengangguk, mengerti. mereka sadar, sifat harus yang sekarang ini karna kelalaian mereka sebagai orang tua yang kurang memperhatikan anaknya.

"tak apa sayang.. mama dan papa tak pernah marah ataupun kecewa denganmu. maafkan kami juga juga ya, nak".

akhirnya mereka sudah berdamai dengan masa lalu. walaupun keluarga tersebut tak bisa kembali seperti dulu, namun tak ada lagi rasa berat di hati mereka.

twilight - wonrutoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang