Kamu Yang Ku Nanti 18

208 19 4
                                    

Sinar surya kini menerobos masuk ke dalam jendela kamar Afgan mengusik tidurnya. Afgan yang merasa terganggu mulai membuka matanya, mengambil kacamatanya di atas nakas. Ternyata hari sudah pagi. Rasanya ia tidak ingin bangun dari mimpinya. Ya. Semalam mimpinya terlalu indah, berkat kejadian kemarin yang ia lalui.

Namun, yang namanya waktu tetap akan terus berjalan. Tidak mungkin juga kan Afgan mengulang atau menghentikan waktu? hehe.

Hari baru berarti semangat baru dan rindu...What? Rindu? Apa hubungannya Gan? Ayolah Afgan, baru semalam juga pisahnya, udah rindu aja hihi. Tenang, nanti juga kan ketemu. Tahan yaa 😂

Afgan bangun dari tidurnya, beranjak ke kamar mandi dan bersiap untuk ke kantor.

Sekarang Afgan telah siap dengan tampilan dan perlengkapan kantornya. Ia berjalan ke arah meja makan untuk sarapan. Saat hendak mencapai meja makan langkahnya terhenti mendengar sebuah suara

'Bruukkk'

Suara seperti ada yang jatuh terdengar seperti pecahan semacam kaca. Dan benar saja, ketika Afgan melemparkan pandangannya ke segala arah, pandangannya berhenti di depan kamar sang mama, terdapat pecahan vas bunga tergeletak di lantai.

Mama Afgan terjatuh kelantai saat hendak ke luar kamar dan tangannya tak sengaja menyentuh vas bunga yang ada disamping pintu kamarnya hingga jatuh.
Dengan segera Afgan menghampiri mamanya itu.

"Ya ampun, ma. Mama kenapa, ma?" Tanya Afgan yang mulai panik melihat keadaan mamanya.

Bi Surti sang ART yang bekerja dirumah Afgan pun mendengar suara pecahan tersebut dan berusaha mencari asalnya dan mendapati Afgan yang membantu mamanya.

"Ya ampun, bu Lola. Ibu kenapa den?" tanya bi Surti yang juga ikut panik

"Bi bantuin saya bawa mama ke kamar" ucap Afgan

Afgan membopong mamanya kembali ke kamar dengan dibantu bi Surti. Ia membantu mamanya untuk berbaring di atas tempat tidur dan menyelimutinya.

"Gan?" Ucap mamanya pelan, tubuhnya lemas "Sayang" lanjut mamanya dengan tangannya memegang sebelah pipi Afgan, mengusapnya lembut, senyuman tercipta di wajah sang mama.

Kaget.

Bahagia.

Speechless.

Setetes permata bening jatuh di pipi Afgan kala mendengar kata yang baru diucapkan sang mama.
Dua kata yang membuat mulut Afgan bungkam, tak bisa berkata-kata.
Dua kata itu terlalu sulit untuk mendefinisikan perasaannya saat ini, sebahagia apa dia saat ini.
Dua tahun yang kelam, kosong dan abu, hari ini semua itu berubah hanya dengan dua kata. Semua masa kelamnya kembali terisi kebahagiaan yang sangat Afgan syukuri.

Bi Surti yang menyaksikan itu pun turut larut dalam rasa haru dan bahagia karena bu Lola sang majikan yang sejak 2 tahun belakangan bersikap dingin dan cuek pada Afgan, anaknya sendiri akhirnya bisa luluh juga.
Bi Irah tersenyum melihat Afgan dan mamanya.

Cukup lama Afgan menatap wajah sang mama. Rasa tak percaya masih saja menghiasi pikiran dan perasaan Afgan, tapi entahlah. Intinya sekarang mamanya itu sudah bisa lembut dan tidak sinis lagi terhadapnya.

"Ma, lebih baik mama istirahat ya. Gak usah kerja dulu. Nanti Agan akan hubungi orang kantor. Agan ke kantor dulu gapapa?" tanya Afgan dengan sangat lembut pada sang mama yang dijawab dengan anggukan.

"Ya udah, kalau ada apa-apa hubungi bibi atau hubungi Agan aja langsung ya, ma. Agan pamit dulu. Assalamualaikum" Afgan meraih tangan sang mama, menyalami dan mencium sekilas
"Bi, aku berangkat ya. Tolong jaga mama dengan baik. Kalau perlu sesuatu hubungi Afgan aja ya bi" ucap Afgan pada bibi yang mendapat anggukan, kemudian melangkah keluar.

Kamu Yang Ku Nanti (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang