Bantu aku temukan typo:)
Untuk mencintaimu aku tidak pernah menemukan alasan apapun.
_________________________________________________
Kemala dan Lennie baru saja datang ke kelas. Mereka langsung menghampiriku sembari tertawa.
“Kenapa lo berdua ketawa kayak gitu? Ada yang lucu ya? Kasih tahu gue dong.”
“Itu Dir masa tadi pacarnya si Kemala, si Alby dimarahin Bu Susi gara-gara knalpot motor suaranya berisik. Pake dijewer lagi telinganya. Eh si Kemala malah nunduk shy shy cat.” Lennie menceritakan sambil tetap tertawa kencang.
“Ih lo mah jangan ketawa mulu napa, gue malu. Tapi lucu juga sih si Alby dijewer begitu. Kapan lagi gue liat dia digituin Bu Susi,” ujar Kemala ikut tertawa.
“Aneh lo Mal! Si Alby dijewer sama Bu Susi lo malah ketawain.” aku tertawa.
“Ya habisnya dia lucu banget. Wajahnya ketakutan makanya gue ketawain.” Kemala tetap tertawa.
“Heh! Lo gak sadar ya tadi wajah lo juga ketakutan waktu Bu Susi datangin lo sama Alby. Makanya bilangin pacar lo, kalau bawa motor tuh yang knalpotnya gak berisik kayak gitu.” Lennie menyadarkan Kemala. Aku tertawa karena ucapan Lennie.
“Bener tuh Mal apa kata Lennie, eh tapi si Alby nya dihukum gak?” tanyaku penasaran.
“Doi dibawa Bu Susi ke ruang BK. Paling diceramahin non stop tuh sama Bu Susi,” jawab Lennie.
“Syukur lah kalau gak dihukum, gak kayak gue. Gue malah disuruh bersihin toilet.”
“Beda cerita kali Dir. Lo mah kan terlambat, kalau pacar gue mah knalpot motornya berisik. Padahal udah dikasih tahu tuh si Alby buat ganti motor, eh tetep aja bandel masih pake motor itu. Pasti besok udah gak pake motor itu, soalnya udah diceramahin sama Bu Susi,” jelas Kemala.
“Iya sih, eh terus kalau besok si Alby ganti motor, dia pake motor apa?” tanyaku.
“Alby kan punya motor Vespa. Suruh aja dia pake motor itu,” jawab Kemala.
“Wih nanti tiap hari lo diboncengin pake motor Vespa dong,” ucap Lennie.
“Woy jangan berisik! Frau Wulan mau masuk bentar lagi. Dia udah jalan di koridor,” teriak Ashel, ketua kelas.
Ketika Ashel berteriak, semua siswa yang ada dikelas hening. Tak ada yang bicara sedikitpun, termasuk aku dan kedua sahabatku yang tadi sedang berbicara. Tak lama dari itu, masuk Frau Wulan ke dalam kelas dan menyapa semua siswa menggunakan bahasa Jermannya.
“Halo! Guten morgen.”
“Guten Morgen,” jawab seluruh siswa.
“Gibt es Hausaufgaben letzte Woche?” tanya Frau Wulan.
“Nein Frau,” jawab Ashel.
“Alles klar dann. Frau haben also eine Veranstaltung, diese Veranstaltung ist ein Gedichtlesewettbewerb mit Deutsch. Jeder, der interessiert ist kann Frau kontaktieren.” Frau Wulan berbicara dengan fasih, namun banyak siswa yang tidak mengerti apa yang dibicarakan.
Mataku berbinar mendengar perkataan Frau Wulan. Kompetisi baca puisi? Aku ingin sekali ikut kompetisi itu. Aku segera mengangkat tangan dan bertanya pada Frau Wulan.
“Frau,” panggilku.
“Ya Nadira?”
“Kompetisi itu dilaksanakan dimana dan kapan Frau?” tanyaku. Teman-teman yang mendengar pertanyaanku langsung mengerti apa yang diucapkan Frau Wulan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZENITH & NADIR
Teen FictionDipatahkan hatinya berkali-kali oleh sang Kakak kelas membuat Nadir menyerah atas cintanya. Keputusan untuk move on sudah bulat. Tak ingin berlarut-larut dalam kesedihan patah hati, Nadir tak sengaja menemukan kembali cintanya. Seseorang yang membua...