TIGA BELAS

33 11 1
                                    

Sahabat adalah segalanya. Ketika kamu terjatuh, maka ia paling depan untuk mengulurkan tangannya. Ketika ia sedang bahagia, ia pun sama, tetap mengulurkan tangannya dan mengajakmu berbahagia bersama. Sesederhana itu persahabatan. Indah dikenang. Susah dilupakan.
_________________________________________________

[Author]

Bel pulang telah berbunyi sekitar lima menit yang lalu. Zenith dan Titan sudah berada di parkiran. Lalu datang berbarengan Jonathan bersama Wisnu, karena mereka sekelas.

Jonathan menepuk bahu Zenith, "mau langsung balik, Nith?"

"Gue lagi nungguin temen dulu. Kalau lo?" tanya balik Zenith.

"Gue juga sama, tapi masih agak lama sih. Warkop pojok yuk. Ngadem dulu disitu," ujar Jonathan menaik-turunkan alisnya.

Zenith yang mendengar itupun langsung tertawa, "Jo, Jo. Mana ada ngadem disitu. Aneh lo mah kayak si Titan."

Titan mendelik pada Zenith, "apa lo bawa-bawa nama gue."

"Kagak bro." Zenith pun cekikikan.

"Nu, lo mau ikut kumpul dulu gak?" tanya Jonathan.

"Ayo lah. Gue bosen tiap pulang ke rumah diem terus."

"Hidup lo emang gabut, Nu," timpal Titan yang langsung dibalas jitakan oleh Wisnu.

"Sialan lo, Tan!"

"Tan, Tan. Titan apa setan?" ejek Zenith yang langsung tertawa kencang diikuti Jonathan dan Wisnu.

"Nah ini yang bener-bener sialan. Laknat lo jadi temen!" ujar Titan mendengus kesal.

"By the way, gue belum kenalan sama lo ya. Kenalin gue Jonathan. Panggil aja Jo, Jojo, atau Jonathan," ucapnya pada Titan sambil mengulurkan tangan.

"Titan. Bukan setan," balas Titan sembari mendelik kesal pada Zenith.

Zenith yang ditatap seperti itu langsung angkat bicara, "apa lo liat-liat gue? Gue ganteng?"

"Narsis lo!" jawab Titan. Zenith pun tertawa. Menjaili Titan memang lucu.

"Ayo ah ke warkop. Keburu sore nanti," ajak Jonathan.

Mereka pun berjalan ke warkop pojok sembari mengobrol.

"Buru-buru amat, Jo. Kalem aja kali," ucap Wisnu.

"Gue udah janjian sama orang. Makanya buru-buru. Tapi bentaran disini mah gak papa kok," terang Jonathan. Mereka sudah sampai di warkop pojok. Mengambil kursi yang lebih nyaman dijadikan tempat duduk.

Titan yang sudah duduk langsung berteriak memesan gorengan pada Emih.

"Emih, Titan beli gorengan ya lima. Gorengannya yang panas ya."

"Tunggu ya, Emih goreng dulu," ucap Emih yang sedang menggoreng.

"Jangan lama-lama, Mih."

"Ye gimana si Emih lah. Lo mah minta cepet. Emang mau lo di kasih gorengan yang masih mentah?" tanya Zenith.

"Ya kagak mentah juga lah, Nith."

"Yaudah makanya sabar, tunggu Emih selesai gorengnya."

"Iya dah."

"Jo, Nu, kalian mau pesen apa?"

"Gue kopi deh."

"Gue susu aja."

"Jadi kopi susu ye," ledek Titan.

"Apa sih, Tan. Gak jelas lo," sahut Zenith melempar kerikil batu.

ZENITH & NADIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang