DUA BELAS

32 13 1
                                    

[Author]

Kini Zenith, Titan, bersama anak-anak futsal yang lainnya sudah berada di lapangan. Mereka sedang berhadapan dengan murid baru dan segerombolan kelas XII.

Dia kan yang tadi pagi bonceng Nadir. Batin Zenith.

"Siapa yang nantangin gue?" tanya Zenith to the point.

"Gue," ujar murid baru yang ternyata adalah Jonathan. Berdiri paling depan di antara kelas XII.

"Oh jadi lo yang nantangin Zenith," sahut Titan yang berada di samping Zenith.

"Maksud lo apa nantangin gue kayak gini?" tutur Zenith sambil menaikkan alisnya sebelah.

"Gue cuma pengen tau seberapa hebat kemampuan ketua futsal disini," jawab Jonathan sembari melipatkan kedua tangannya di depan dada. "oh iya, lo juga udah denger kan dari temen lo itu kalau gue pengen kita tanding. Kalau gue menang, gue pengen jadi ketua. Dan lo turun jabatan."

"Lo siapa main ngatur-ngatur kayak gitu? Lo gak berhak. Jadi murid baru gak usah songong deh," kesal Titan yang sudah menguap dari tadi.

"Heh adik kelas, dari awal gue gak setuju si Zenith jadi ketua ekskul futsal. Harusnya mereka sadar kalau si Zenith itu gak pantes," jelas Mirza--salah satu kelas XII, sembari menunjuk anak-anak futsal yang berada di belakang Zenith.

"Lo udah turun jabatan Mirza. Lo gak berhak buat ngatur-ngatur siapa yang harus jadi ketua. Lagian, anak-anak futsal yang lain lebih setuju dan milih Zenith kan? Jadi gak usah ikut campur lagi. Lo udah kelas dua belas, mending lo sibuk-sibukin sama ujian. Jangan sibuk sama hal yang gak seharusnya lo campuri," sergah Titan emosi.

"Lo gak sopan banget ya! Kalau ini bukan di sekolah, sekarang gue udah hajar lo."

"Apa lo? Mau hajar gue? Sini hajar! Gue gak takut sama lo," cetus Titan yang langsung maju mendekat ke arah Mirza namun ditahan oleh Zenith.

"Jangan emosi, Tan," bisik Zenith menepuk bahu Titan.

"Lo tunggu! Gue bakal hajar lo, tapi gak sekarang," jelas Mirza dengan wajah memerah padam.

"Gue tunggu!"

"Jadi gimana? Lo berani terima tantangan gue?" sela Jonathan pada Zenith.

"Ok. Gue terima tantangan lo. Kita tanding sekarang!" pungkas Zenith.

"Good. Kita mulai sekarang."

***


Hasil tanding yang dilakukan antara Zenith dan Jonathan berbeda tipis. Zenith bersama teman-teman yang lainnya lebih unggul dalam hasil skor. Skor yang mereka dapat saat tanding adalah 7-6. Itu berarti, Zenith tetap menjadi ketua ekskul futsal.

"Ok bro, gue ngaku kalau skill lo emang bagus. Gue terima kalau lo tetap jadi ketua ekskul futsal. Sorry karena gue nantangin lo. Niat gue sebenernya cuma pengen tau seberapa besar nyali seorang ketua ekskul futsal. Dan gue lihat lo begitu berani. Gue pengen kita temenan. Gak ada yang namanya musuh. Lo mau jadi temen gue?" terang Jonathan sembari mengulurkan tangan meminta berjabat tangan.

"Gue tau lo orang baik. Niat lo gak sebusuk itu. Dan ya, gue terima. Kita teman. Zenith," ujar Zenith menerima jabat tangan dari jonathan dan memperkenalkan dirinya.

"Jonathan."

"Lo kok gitu sih, Jon? Lo bilang ke gue gak gini. Lo manfaatin kita?" sela Mirza yang tak terima kalau Zenith dan Jonathan berteman.

"Maaf, Za. Gue gak bisa kalau punya musuh. Gue cuma pengen banyakin pertemanan."

"Sialan! Lo mainin kita Jon!" maki Mirza murka.

ZENITH & NADIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang