19

17 1 0
                                    

Seminggu berlalu, setelah resepsi pernikahan Brian dan Yeuna, begitupun lamaran Dony yang dadakan, semuanya berjalan seperti biasanya.
Brian dan Yeuna memutuskan untuk menunda dulu honey moon mereka. Karena sekarang Yeuna sedang sibuk dengan urusan perkuliahannya yang sebentar lagi rampung, belum lagi Brian sendiri juga sibuk mengurus proyek pembuatan gedung perusahaan nya sendiri.
Brian sekarang juga lebih sering controling di warung-warung kopinya, Dony yang sibuk menjadi duta luar negerinya Brian, juga mengisi seminar kesana kemari berpindah-pindah tempat.

Oh iya, by the way sekarang Yeuna dan Brian juga sudah pindah kerumah Brian yang di jalan Merbabu. Tepat  tiga hari setelah resepsi, rumah Brian baru 100% rampung digarap beserta isi dan perabotannya pun sudah lengkap. Katakan saja sudah bisa dihuni dan digunakan sebagaimana mestinya. Baru deh besoknya langsung diadakan acara pindahan sekaligus tasyakuran kecil-kecilan.

Keputusan untuk secepatnya pindah rumah ini, awalnya gak disetujui oleh Yeuna. Katanya, ia masih mau tinggal di kosan Bude Har. Lagipula kalau untuk tinggal berdua dengan Brian, kosan yang ia tempati pun rasanya lebih dari cukup.

Namun dengan penuh keyakinan, Brian mencoba membuat Yeuna menerima ajakannya untuk pindah. Jika mereka pindah, mereka bisa lebih leluasa tinggal di rumah Brian daripada di kosan. Di kosan juga tidak ada tempat parkir mobil, mau tidak mau selama tinggal di kosan Brian harus memakai motor saja. Padahal ia sekarang ingin memakai mobil, karena lebih safety saat bersama Yeuna.
Terlebih, jika Yeuna ikut pindah di Merbabu, pasti Mbah Yah dan Mbah Kung akan senang sekali karena tidak kesepian lagi karena ada cucu menantu mereka.

Akhirnya, setelah terlibat adegan melow-melowan, ngambek-ngambekan, cemberut-cemberutan sampe dusel-duselan, Yeuna pun menurut untuk pindah ke rumah Brian.

---

Hari ini, Yeuna dan Izah sidang skripsi. Izah sudah lebih dulu menyelesaikan Acara sidang dan perdebatan dengan penguji.
Rasanya lega sekali telah menuntaskan langkah terakhir untuk menyandang gelar sarjana itu.

"Tenang Na, gue yakin elu pasti bisa kok. Percaya deh sama gue" ujar Izah mencoba menenangkan Yeuna yang sedari tadi nampak gelisah duduk di kursi tunggu bersamanya.

Yeuna menoleh ke samping,
"Ogah gue percaya sama elu. Yang ada musrik gue" kelah Yeuna. Lalu mulutnya komat-kamit membaca doa-doa. Tak lupa ia juga membaca ayat kursi agar setan yang ada di sebelahnya itu tak makin menjadi-jadi.

"YEUNA EKA ..... Silahkan masuk" ucap salah satu staf yang berada di depan pintu ruang pengujian.

"Na Na! Itu nama lu dah di panggil Na! " Gupuh Izah sambil menepuk-nepuk pundak Yeuna.

"IYE IYE, DENGER GUA. Duh gimana nih, gue takut gak bisa jawab Jeh" ungkap Yeuna ragu.

"Halah santuy aja Na, kalo lu ga bisa jawab, ntar ajak nyanyi aja Dosennya" kata Izah santuy

"Alah bodo. Gue masuk ajalah. Ngomong sama elu malah bikin gue emosi mulu" ucap Yeuna sambil berlalu masuk menuju ruang pengujian.

"Dih, ngapa si tuh bocah. Emosian bener kaya mak lampir"

42 menit berlalu....

"Zah !" teriak sebuah suara membuat Izah yang awalnya main game masak-masakan pun mengedarkan atensinya.

"Eh Teh Wika? Kok sendiri? Gak bareng sama Mas Brian ta?" tanya Izah.
Wika langsung duduk di sebelah Izah, tempat duduk Yeuna tadi.

"Katanya dia bareng sama Dony, lagi di jalan mungkin" jawab Wika.

Izah hanya ber-oh ria.
Matanya kemudian tertuju pada paperbag yang di bawa Wika.
"Teteh bawa apaan nih?"

"Eh iya, nih buat lu sama Nana entar. Pasti kalian belum sempet beli makan kan?"

Brian Kang - Cenil Alun-AlunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang