Isaka

597 56 28
                                    

Isaka Wibisana baru saja menyelesaikan pekerjaan spektakulernya di lab lalu mengganti semua seragam medisnya di ruangdekontaminasi. Bagian klimaks hari itu sudah dilewatinya dengan penuh perjuangan. Sembilan pasien SALCON mengalami mutasi leukemia terparah yangpernah dia tangani. Dia harus bertindak cepat dan tanpa kesalahan, membuktikan sumpahnya menolong umat manusia tanpa peduli asal, darah dan adat.

SALCON adalah cara lain untuk mengatakan bahwa seseorang akan segera mati. Harapan satu-satunya bagi Isaka dan ratusan dokter lain adalah antigen. Dunia medis menyebutnya antigen resistensi, walaupun hanya bisa memberi jeda beberapa hari sebelum maut kembali mengintip. Antigen itu hanya bisa menahan mutasi kanker, bukan melenyap­kannya. Suntikan harus diberikan beberapa hari sekali. Sayangnya, stoknya pun mulai menipis.

Itu jadi alasan kerutan parah di keningnya sejak tadi pagi. Usianya baru menginjak lima puluh lima namun ubannya begitu parah seperti hamparan rumput balam diselimuti salju tipis. Kemarin dia bermaksud mencukur rambutnya yang nyaris botak separuh, dan barber itu menyarankan agar kepalanya digunduli sekalian. Dia langsung menolak. Seorang ahli kanker yang terlihat seperti pasien kemoterapi stadium empat bukanlah pemandangan bagus buat menyemangatkan pasien yang putus asa. Dia hanya ingin agar tidak tampak menua terlalu cepat. Itu bagian dari promosi kesehatan.

Sampai di depan pintu ruangannya, dia meluruskan kacamata tebalnya dan memperbaiki posisi dasinya yang acak-acakan. Diperiksanya arloji swiss perak bertali kulit sintetis di pergelangan tangannya. Pukul 14:45. Semua poliklinik seharusnya sudah tutup. Hanya tampak beberapa pasien mondar-mandir di koridor. Beberapa orang menyeret kaki di lantai krem yang mengkilap, menenteng oleh-oleh besuk yang dibungkus dalam tas belanja.

Kemudian, dibukanya pintu. "Ah, Profesor!" sambutnya seketika.

Buru-buru bangkit dari sofa misty abu-abu tempatnya menunggu, Dhira lalu menyalami sang dokter sambil berlumuran senyum.

"Maaf membuatmu menunggu lama." Isaka tampak kebingungan. Dia mondar-mandir galau, mempertontonkan perut tuanya yang agak buncit. Dia sedang mencari-cari seseorang. Menyerah, dia melenguh. "Seharusnya perawat saya menyuguhkan kudapan."

"Tidak usah repot, Isaka," Dhira melepas kacamatanya dan menggantungnya di saku kemeja merah marunnya. "Kamu pasti sangat sibuk."

"Sudah pekerjaan saya, Profesor." Isaka angkat alis, meluruskan lengannya, menyilakan Dhira duduk di kursi single di depan meja kerjanya yang lumayan berantakan. Dibukanya lemari kabinet dan dikeluarkannya beberapa berkas yang belum sempat diperiksanya sejak pagi. "Tapi sesibuk apa pun, saya tidak boleh mengabaikan tata krama."

Dhira menggeser kursi single hijau berspons itu hingga sedekat mungkin dengan meja. Dia tampak seperti seorang pasien dengan keluhan psikologis berat yang butuh pertolongan darurat. Kemarin malam mereka membuat janji, dan dokter berpostur pendek gempal mirip leluhur kurcaci itu selalu menunggu dia datang.

"Bagaimana kabar Singaraja?" Isaka membelakangi Dhira. Dia sedang menggeledah lemari kabinet itu. Tak puas, dibukanya kedua bilah pintu lemari hingga menganga seutuhnya. "Kali terakhir saya lewat jantung kota, belum ada McDonalds di sana."

"Sekarang saya tinggal di Tejakula," Dhira mengintip isi lemari. Ada banyak map berjajar acak di dalam sana, persis rongga perut dengan juntaian organ-organ. "Setelah rumah kami terbakar waktu itu."

"Ya, ya." Isaka kembali dengan setumpuk dokumen. "Saya mendengar kabar itu."

Walaupun tak ada bukti yang menguatkan bahwa pelaku kebakaran itu adalah orang-orang Epsilon, Dhira yakin kebakaran itu ada sangkut pautnya dengan spesimen Nagapuspa. Api berkobar dini hari saat orang-orang tertidur pulas, tepat di hari saat mereka pergi ke puncak Gunung Sanghyang. Tak ada apa pun yang tersisa. Semuanya jadi abu. Untungnya, separuh isi rumah sudah dipindahkannya ke Tejakula sebelum Epsilon menculik Haricatra waktu itu.

Haricatra: Labuhan Kemang (Trilogi Kedua)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang