Wonwoo benar benar membuka usaha makanannya di depan toko bunga ibu Yoon. Ia menjual menu ringan seperti kue atau camilan lainnya. Di hari pertamanya, ia mendapatkan untung dan lumayan yang cukup banyak.
Ia ingin menghubungi Junhui yang sudah menjadi motivasi untuknya sehingga ia bisa memiliki usaha kecil seperti ini. Lewat ponsel ibu Yoon, ia menghubungi Jun yang tidak bertemu dengannya, kurang lebih satu minggu. Ia merindukan pria China itu..
Jeon Wonwoo
Jun, bagaimana kabarmu?Jeon Wonwoo
Aku ingin memberitahumu. Sekarang aku memiliki bisnis makanan kecil-kecilan di depan toko bunga, kau bisa kemari? Aku akan memberi gratis untukmu ^,^Satu menit.. Dua menit.. Tiga menit... Tigapuluh menit.. Satu jam.. Jun belum membalas pesan Wonwoo, membuat ia gusar.
Wen Junhui
Aku baik Jeon.Wen Junhui
Aku turut senang mendengarnya. Aku akan kesana lain kali jika aku ada waktu. Terimakasih.Kenapa Jun dingin sekali? Ah..mungkin ia sibuk.. Batin Wonwoo berusaha menenangkan pikirannya sendiri. Tetapi tetap saja, tidak biasanya Jun seperti ini.
Disisi lain, Jun merasa kesal pada dirinya sendiri. Tidak seharusnya ia bersikap sedingin itu pada Wonwoo yang tidak melakukan kesalahan apapun. Ia sudah memberi tahu ayahnya jika ia akan menikahi Minghao, asistennya. Ayahnya bernafas lega karena Jun tidak harus menikahi seorang yatim piatu yang tidak jelas asal usulnya.
Padahal diam diam Jun tahu.. Ayahnya memiliki perasaan terhadap ibu Yoon Jeonghan, pengurus panti asuhan keluarga. Bahkan Jun setuju jika ayahnya menikah dengan ibu Yoon daripada harus menikahi wanita kalangan atas yang ditakutkan akan memakan habis harta ayahnya.
Dan mendengar Wonwoo sudah membuka usahanya.. Jun sangat bahagia. Dalam pikirannya terbesit Wonwoo-ku sudah besar.. Mendengar Wonwoo mengundangnya ke tempatnya membuka usaha saja sudah membuat Jun ingin segera kesana. Tetapi ia tidak mau hal yang tidak ia inginkan terjadi pada Wonwoo.
Jeon Wonwoo
Baiklah, jaga dirimu Wen.. Sempatkan kemari kapanpun kau mau.. Aku akan selalu menunggumu..,Jun tersenyum membaca pesan itu, Jeon Wonwoo yang dingin namun manis melebihi apapun yang terasa manis. Jun ingin sekali memeluk namja itu sekarang juga, tetapi ia tidak bisa.
"Permisi tuan.. Ini aku, Minghao.." Ujar Minghao dari luar. Jun masih ada di apartement nya dan tidak ingin pergi ke kantor karena ia lelah sekali setelah menyelesaikan satu proyek besar, "masuklah.." Jawab Jun. Minghao membuka pintu dan membawa secangkir teh hijau untuk Jun.
"Ini.. Aku membuatkannya untukmu." Ujar Minghao, Jun menerima gelas itu lalu meminumnya, "terimakasih Minghao.. Ini sangat enak" ujar Jun, Minghao tersenyum. Pernikahan mereka akan digelar pertengahan bulan depan. Jun merasa tidak ingin hari itu terjadi, sedangkan Minghao sangat menantikan hari itu.
"Aku...ingin meminta maaf Padamu.." Ujar Minghao yang kini duduk di samping Jun di atas ranjang.
"Untuk apa?" Tanya Jun,
"Itu.. Kau harus menikahiku.. Aku merasa bersalah"
"Kau tidak membuat kesalahan apapun Minghao.."
"Tetapi dengan menikahiku, itu artinya kau tidak bisa bertemu dengan Wonwoo lagi"
Jun tersenyum mendengar perkataan Minghao lalu ia mengusap pelan kepala Minghao. "Tak apa.. Aku masih bisa bertemu denganmu kan?" Jawab Jun. Saat ini ada yang sangat ingin Minghao katakan yaitu, tapi kau tidak memiliki perasaan padaku Jun..
KAMU SEDANG MEMBACA
[🔚]While you were sleeping
Fanfiction[COMPLETED☀︎] Ketika aku tertidur, apa yang menemaniku selain ingatan tentangmu? Kau bahkan pergi tapi aku masih bertahan dengan mencintai -Jeon Wonwoo. Bagaimana bisa aku tenang ketika berada di sampingmu namun kau tidak dalam ketenangan...