13

3.5K 338 46
                                    

VOTE DULU!
-----------------------------------------------------------

Bel pulang sudah berbunyi. Segera Jeno membantu Yeji berjalan keluar kelas menuju motornya.

"Jen, bisa cepet gak sih? Perasaan lama banget nyampek parkiran." cerocoh Yeji yang sepertinya sudah bosan berjalan lambat seperti ini.

"Emang lo bisa lari pake kaki yang kaya gini? Gak sabaran banget. Heran!" greget Jeno yang di bantah terus sama Yeji sejak di sekolah. Sangat menjengkelkan. Namun, Jeno cukup menahannya. Jika saja ia tidak menyukai gadis nakal ini, mungkin Jeno sudah melemparnya ke lantai.

"Yaudah, makanya cepetan. Keburu capek ni gue jalannya."

Jeno memutar bola matanya malas.

Mereka akhirnya sampai di hadapan motor kawasaki Jeno setelah 15 menit lamanya berjalan dari kelas yang biasanya hanya membutuhkan 3 menit untuk sampai di parkiran sekolah.

Jeno memasangkan Yeji helm yang sengaja Jeno bawa untuk Yeji. Kemudian, Jeno mengangkat tubuh Yeji seperti menyingal bayi lalu mendudukkannya di jok motornya, sempurna! Yeji sudah duduk manis di sana. Kemudian Jeno menaiki motornya, tak lupa menarik tangan Yeji untuk memeluknya. Seperti hal yang sudah di haruskan jika ingin di boncengi Jeno. Hanya saja ini berlaku untuk Yeji saja.

Motornya Jeno kemudian melaju menjauhi area sekolah.

Jauh di sana, Lucas mengepal tangan dengan mengeraskan rahangnya.
-------------------------------

Lucas sudah tiba di rumahnya. Ia melempar tasnya asal dan merebahkan tubuhnya pada sofa di ruang tengah.

"Lucas, tasnya kok di lempar asal begini. Kan bisa di taruh baik-baik di sini." Joy memunguti tas Lucas lalu meletakkannya di sisi sofa. Joy menatap lamat-lamat wajah Lucas yang sepertinya cukup lelah setelah pulang sekolah.

Joy mengusap pelan surai Lucas dengan senyuman yang terlihat iba.

"Jangan pernah sentuh gue!" Lucas menepis tangan Joy yang hampir menyentuh wajah lelahnya itu. Joy menjauhkan tangannya lalu tersenyum.

"Kamu mau makan malam apa? Mama masakin sekarang." ucap Joy kemudian.

Lucas beranjak dari posisinya. "Gue gak laper!" lalu Lucas berjalan menjauhi Joy. Joy hanya menghembuskan nafasnya pasrah.

"Oiya!" Lucas menghentikan langkahnya kemudian berbalik ke arah Joy. "Jangan sok peduli sama gue! Lo itu masih tetap gue cap sebagai pelakor antara Mama dan Papa! Jadi, jangan bertingkah peduli selayaknya Mama kandung gue!" sarkas Lucas lalu melanjutkan langkahnya ke kamar.

Joy terlihat diam. Namun, hatinya sungguh sakit. Lucas memang sering mengatainya tapi ini sungguh menyakitinya. Joy menarik nafasnya dalam-dalam kemudian menghembuskannya. Berusaha untuk menenangkan dirinya. Lalu beranjak ke dapur membuatkan Lucas makan malam. Tuan Yixing sedang berada di kantor cabang Seoul. Itulah kenapa Joy bisa berada di rumah Lucas.
---------------------------------

"Kak, aku titip Jisung di sini ya. Aku sama Chanyeol harus ke Australia besok. Cabang kantor yang disana ada masalah, aku harus mengurusnya di sana." ucap Park Chaeyoung atau yang lebih akrab di panggil Rosé itu.

"Iya Kak, gak lama kok. Tapi, aku juga gak bisa mastiin bakal cepet juga." timpal Chanyeol.

"Ehm, yasudah biarin aja Jisung tinggal di sini sampai urusan kalian selesai di Australia. Bagus juga kalo Jisung disini, ada temen Jeno di rumah." sahut Ilhwa.

Rosé dan Chanyeol adalah kerabat dekat Keluarga Lee. Mereka harus ke Australia mengurusi perusahan mereka di sana. Park Jisung adalah anak sematawayang mereka. Mereka tidak akan bisa membiarkan Jisung tinggal sendirian di ruman besar itu. Maka, itulah mereka menitipkan Jisung di rumah keluarga Lee.

"Terus gimana sekolahnya Jisung? SMP Hanyoung bakal jauh banget dari sini." tanya Ilhwa mengingat cukup banyak jarak dari sini ke SMP Hanyoung. Sebenarnya bisa saja sampai di sana tepat waktu, tapi tidak memungkinkan untuk Jisung yang keadaannya sangat susah di bangunkan.

"Aku sudah mengurus semuanya. Jisung aku pindahkan ke SMP yang bersebelahan dengan SMA Jeno. Jadi, mereka bisa berangkat sekolah bareng." Sahut Chanyeol. Ilhwa mengangguk kemudian.

"Yasudah, kalian jaga kesehatan di sana. Semoga semua masalahnya cepat selesai." Pasangan suami istri itu mengangguk mengerti.

"Jisung! Sini dulu, Mama Papa kamu mau pergi sekarang!" teriak Ilhwa memanggil Jisung yang sejak tadi sudah bermain ps di ruang keluarga bersama Jeno.

Jisung segera menghampiri. "Mama Papa udah mau berangkat?" kedua orang tuanya mengangguk.

Jisung kemudian mendekat dan memeluk kedua orangtuanya itu. "Hati-hati ya Ma Pa. Jaga kesehatan di sana. Jangan sampai sakit."

"Ehm, anak Mama udah besar ternyata ya? Udah bisa khwatirin Mama." Rosé mencubit pipi Jisung pelan. Jisung hanya tersenyum senang.

"Kamu jangan nyusahin tante disini. Baik-baik sama tante dan kak Jeno. Ngerti?" titah Chanyeol kepada anaknya itu.

Jisung mengangguk. "iya Pa."
------------------------

Selesai makan malam Yuna memasuki kamar Yeji yang bersebelahan dengan kamarnya. Mereka berdua tampak sedang menonton drama di laptop Yeji. Yuna merebahkan tubuhnya setelah capek dengan posisi duduknya.

"Dih! Tidur di kamar lo sana. Gak usah di sini." titah Yeji namun Yuna mengacuhkannya.

"Kak, gue mau nanyak deh." ucap Yuna. Yeji kemudian mem-pause dramanya. Dalam batinnya Yeji sudah menyumpah serapahi Yuna yang hanya mengganggu ritual ngedrakornya.

"Apa?"

"Jadi, status lo sama bang Jeno itu apa?" Yuna menerawang langit-langit kamar Yeji yang di hiasi sangat indah itu kemudian menatap Yeji.

Yeji tertegun sebentar lalu menjawabnya. "Status? G-gue cuman temenan biasa aja kok sama Jeno."

"Tapi, gue ngerasa bang Jeno suka lo." Yeji menelan susah salivanya.

"u-udah deh jangan asal ngomong gitu." gagap Yeji.

"gue tau lo tau, Kak. dan gue tau, lo juga suka bang Jeno kan? Sekarang gue inget cowok yang lo suka pas SMP. Ternyata iya, itu bang Jeno. Gue masih rada-rada inget muka dia. Gilak sih makin cakep. Badan udah okey gitu. Ahh, pasti sexy banget kalo dia buka kaosnya."

Yeji semakin grogi saat ini berbicara dengan Yuna. Apa tujuannya sebenarnya.

"lo mesum banget sih!"

Yuna menghembuskan nafas beratnya.

"Bukan itu point utamanya." Yuna memutar bola matanya malas. "bang Jeno itu tipe cowo yang penyayang banget, romantis lagi. Ehm.."

"Ish! Lo kalo ngantuk suka ngelantur! Tidur sana di kamar lo!"

"Ih, kakak ini gak ngerti banget sih!" Yuna melipat tangannya lalu mem-pout bibirnya.

"Gimana gue mau ngerti kalo lo ngomongnya sana-sini. Coba yang jelas!" Yeji ikut melipat kedua tangannya.

"Gue juga pengen punya cowok yang kaya bang JENO!"

Kemudian Yuna beranjak cepat dari kamar Yeji dan sedikit membanting pintu kamar Yeji.

"Kalo mau, ya cari lah! BEGO!" teriak Yeji dari kamarnya.

Yoona dan Minhyun yang sedang bersantai di ruang keluarga terlonjat kaget dengan suara bantingan pintu yang penyebabnya adalah Yuna.

"Adek astaga! Adek kenapa ?" Tanya Yoona tapi Yuna tak memperdulikannya dan tetap berjalan cepat ke kamarnya kemudian menbanting pintunya lagi.

Blam

"ASTAGA! adek kenapa sih? Kakak! Itu adek kamu kenapa?!" teriak Yoona. Tapi tak ada balasan dari kedua putrinya itu.

Mihnyun hanya terkekeh gemas melihat Yoona yang sudah pusing mengkhawatirkan kedua anaknya yang bertengkar kecil seperti itu.

-------------------------

ᥴꪮᥒtᥒᥙꫀd
-
-
-
-
-
VOTE SEGERA!

The Reason • JENO [✔️] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang