07

5K 465 130
                                    

VOTE DULU!
-----------------------------------------------------------




"Bukannya lo yang apa-apain gue?"



Yeji meremat selimut. Jeno menatapnya dengan senyuman yang di ikuti oleh matanya.

"Bersihin diri lo, abis itu kita sarapan."

Jeno keluar dari kamarnya. Yeji yang merasa sedikit nyut-nyut di kepalanya berjalan gontai ke toilet.

Yeji menatap sesekali pada cermin di toilet, begitu banyak kissmark yang menempel di lehernya. Lalu mengusap surainya kasar ketika ingatan semalam kembali menghantuinya.

Setengah jam selesai membersihkan diri, Yeji kaget dengan keberadaan Jeno yang kini tengah duduk di sisi ranjang menatap ke arahnya.

"lo mandi apa tidur? Lama."

Tatapan sarkas Jeno yang mematikan, mendegupkan jantungnya. Entah jika jantung bisa lari, mungkin Yeji sudah kehilangan jantungnya.

"L-lo ngapain disini? Sana keluar!"

Sambil menyilangkan tangannya pada dada karena kini tubuhnya hanya di tutupi oleh handuk sebatas paha, dan rambut yang terlilit dengan handuk kecil disana, karna tidak ada baju ganti saat ingin memakai pakaiannya di toilet.

"sini."

Jeno menepuk sisi ranjang di sebelahnya agar Yeji duduk di sana. Namun, Yeji tak bergerak sedikitpun, ia tidak mau kejadian semalam terulang lagi, terlebih saat ini tubuhnya hanya terlilit dengan selembar handuk.

"Enggak. Sana keluar! Jangan mesum."

Jeno berdiri dan melangkah mendekati Yeji. Sedangkan Yeji, memundurkan langkahnya takut. Namun, dengan cepat Jeno menahan bahunya.

"kenapa takut? Bukannya gue yang harusnya takut sama lo? Suka nyerang tiba-tiba."

Jeno senyum miring disana, mengundang nyeri pada bulu-bulu halus tubuh Yeji. Jeno memundurkan bahu Yeji, hingga kini tubuh Yeji terbentur lemari. Yeji tak mampu menatap Jeno yang sedari tadi menatapnya aneh.

"Ini pake. Jangan tutup mata, gue gak apa-apain lo."  Jeno menyerahkan satu kemeja putih yang baru saja ia ambil dari lemarinya.

"Udah sana, gue mau pake baju."

Jeno makin gemas melihat ekspresi Yeji saat itu. Jeno akhirnya keluar dari kamarnya. Menyisakan Yeji di sana. Yeji segera berganti pakaian dan mengeringkan rambutnya. Kemeja yang oversize pada tubuh Yeji cukup menutupi hingga pahanya.

Yeji keluar dari kamar Jeno dan mendekat pada Jeno yang tengah berdiri di dapur memasak sesuatu di sana.

"duduk aja disana." Jeno yang melihat Yeji hanya mematung di sampingnya menujuk kursi meja makan. Yeji pun melangkah menuju kursi itu, dan duduk disana.

Selesai memasak, Jeno menghidangkan makanannya di atas meja. Mereka berdua pun sarapan di sana.

"Ji, lo sering mabuk?"

Yeji yang asik mengunyah menganggukan kepalanya tanpa menyahut. Jeno tak percaya, gadis seperti Yeji sering mabuk dan bermain di club.

"Udah jangan mikir macem-macem."

Jeno menganggukan kepalanya malas.

"semalem kok lo bisa di club?" Tanya Yeji, Jeno yang mendapat pertanyaan terlihat bingung. Karna, semalem Yeji yang memintanya datang ke flex.

"Bukannya lo yang kirim ini?" Jeno meletakan hpnya dekat Yeji, menampilkan pesan-pesan yang Yeji kirim padanya.

"Pantesan Lucas gak dateng-dateng. Ternyata salah kirim."

The Reason • JENO [✔️] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang