15. Dasar Bang Kembar

37 17 16
                                    


السلام عليكم...الغ

Happy Reading..
.
.
.
Hari berlalu dengan sangat cepat. Matahari pun semakin lama sudah menampakkan wujudnya dari sudut timur.. Bunga yang terkena cahayanya pun merekah menyambut yang ditunggu..

"Udah selesai dandannya??" kata ara
Dewi membulatkan kedua bola matanya, menatap ara yang berdiri diambang pintu.

"Astagfirullah ra, kaget nih" jawabnya sambil mengelus dada yang berdetak saat ini.

"Yaudaah yukk, keburu siang nih" ara menarik lengan dewi yang masih duduk didepan meja riasnya.

Ia hanya mengangguk ikut kemauan ara, "tujuan pertama kita kemana ra??"

"Emm, terserah nailil aja deh. Kita ngikut aja yuk" jawab ara.

Hari sabtu dan minggu Memang lah wekend mereka para mahasiswi Universitas terkenal ini. Namun, baru kali ini mereka memanfaatkan hari libur hanya untuk sekedar jalan jalan keliling kota Metropolitan itu.

"Lama banget sih kalian, udah ditunggu jemputan didepan tuh!" teriak nailil saat mengetahui ara dan dewi yang berjalan menuruni tangga.

"Iya iya iya, udah yuk berangkat!" ajak ara
"Emang yang jemput siapa lil??" tambah ara.

"Udah yuk, ntar aja gue ceritain" jawab nailil.

Nailil membuka pintu mobil hitam ber plat inisial B itu, yang artinya mobil ini asli jakarta. Mereka pun memasuki mobil itu. Terdapat dua pria dalam mobil itu, ia sangat tau bahwa itu adalah ketua Senat dikampus nya.

"Hallo semua, selamat pagi" sapa pria dibanku samping kemudi.
"Lil, lo gak mau kenalin temen lo?" tambahnya.

"Oh iya bang, bang ini temen gue Ara Fakultas Ekonomi, nah yang satunya Dewi dari Fakultas Hukum. Ra, de, itu yang bang hamdan Fakultas Ekonomi juga , kalo ini bang Ramdan kakaknya bang hamdan Fakultas Syariah." jelas Nailil, "Mereka nih abang sepupu gue ra , de . mereka kemaren ngajakin gue keluar gue mau sih tapi harus ngajak kalian berdua" tambah nailil yang terkekeh sendiri.

"Oke, salam kenal kalian," kata hamdan dengan ramah. "Terus kita mau main kemana nih??, kalo ke Mall gimana?,mau nggak??" tanya Ramdan sambil menatap depan sembari mengemudikan mobilnya.

"Oke kak, gak papa kok. Kita mah ngikut aja" kata ara
"Gue gak bawa uang lebih bang" jawab Nailil

"Lo tuh ya, kebiasaan lo nih lil" kata hamdan.

"Kakak kakak ini kembar??" tanya dewi.

Sontak hamdan dan Ramdan menatap lekat wajah dewi. Ia yang mengetahui kedua pria menatap nya, wajahnya merah seperti tomat karna malu. Ia menundukkan kepala nya.

"Hahaha," tawa hamdan renyah
"Akhirnya, kita denger suara nya bidadari penasaran ram" kata hamdan dengan menepuk pundak Ramdan.

Dewi yang mendengar jawaban hamban, wajahnya semakin merah panas.

Ramdan melihatnya dari kata spion dalam mobil terkekeh kecil saat tau wajah dewi yang semakin menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

"Iya, kita kembar" jawab Ramdan dengan singkat.

"Bukanya kak Ramdan itu ketua Senat kampus kan ya??" tanya dewi lagi sambil perlahan membuka wajahnya.

Ramdan mengangguk pelan, "lo juga yang sering ke perpus balikin buku telat terus sering juga dapet denda kan?"

"Astagfirullah" kata dewi sambil menutup kembali wajah merahnya dengan kedua telapak nya.

Ramdan melihatnya terkekeh sendiri, ia mengingat dengan jelas saat gadis itu mencoba bernegoisasi dengan bapak penjaga Perpustakaan, seolah ia ingin membayar denda nya dinego. Itu membuat ramdan semakin tersenyum.

Date And Time Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang