9. | Ketetapannya

64 34 6
                                    

~buat Dede~

Happy Reading...
.
.
.

Drrtt..
Drrttt...
Drrtttt....

Sontak ia bergegas mengambil benda pipih diatas nakas itu. Mendapati nama ummi yang menghubungi wajahnya cerah dengan senyum dan lesung dipipinya. "Assalamualaikum, ummi?, ummi sudah berangkat kesini??" tanya dewi tak kalah semangat

Namun yang terdengar bukanlah suara ummi. Tapi orang asing
"Maaf kak, saya dokter dani. Begini maaf saya lancang, keluarga anda mengalami kecelakaan dan sekarang dirumah sakit pusat bhakti" suara dqri sebrang

Tak menjawab tervn itu. Ia menghubungi reza sambil menitik air mata.

"Assalamualaikum, bang.hiks.. Ta-tadi dewi dihubungi sama nomor ummi tapi. Hiks.. Yang bicara bukan ummi hiks.." ia tergesa gesa menceritakan kejadian beberapa detik lalu.

"Waalaikumussalam, dek.. Udah hus hus.. Belum tau bener nya kok udah nangis"

"Nggak tau, hiks.. Dewi gak mau tau. Cepet abang hubungi hp ummi sekarang hiks.. " kata dewi tersedu sedu
"Iya dek. Iya.. Tenang dulu. Abang matiin ya. Assalamualaikum"

"Waalaikumussalam,"
"Ya allah apa lagi ini, semoga ummi baik baik saja" ia bermonolog dalam hati.

Disisi lain
Dengan sedikit ragu, reza menghubungi nomor ummi nya
"Assalamualaikum, ummi ini reza"
"Maaf mas. Saya dokter dani" jawab sisi lain
"Sebentar, ummi saya dimana ya?" tanya nya dengan penasaran
"Sebelumnya saya mohon maaf, jadi tadi--" dokter menceritakan kronologi bagaimana terjadi sampai ummi nya terbaring diruang ICU.

Ia pun meminta alamat rumah sakit ummi, dan abinya berada. Menjemput dewi dan mengajaknya kesana.
Karna reza yang sebelumnya juga dalam perjalanan memenuhu janji bertemu adik sematawayang bersama ummi, abbi dan paman.

Tak terlalu lama reza sampai pada penginapan beasiswa yang lumayan megah itu menjemput adiknya dan membawa menuju rumah sakit yang dimaksud dokter dani.

Tak memakan waktu lama karna jarak tempuh dari penginapan menuju rumah sakit hanya 30 menit. Sesampainya dewi berlari diikuti reza dan yusuf teman reza satu kamar yang sengaja ia ajak menemani perjalanan dari bandung.

Terlihat sosok wanita yang berpakaian minim sembari duduk menutup kedua wajahnya dengan telapak tangan.
"Ummi, ummi saya dimana??, katakan!, apa ummi saya didalan mbak?, mbak katakan?" bentak dewi depan laura

Laura mendongakkan wajahnya terlihat pucat pasi. "Tenanglah dek, Ibumu pasti selamat" katanya sambil menggenggam tangan dewi yang dingin.
"Kenapa bisa seperti ini?" bentaknya lagi sambil menangkis tangan wanita asing itu

Belum lama, akhirnya terlihat kedua dokter keluar ruangan. "dok, bagaimana keadaan ummi, dan abbi kami?" tanya reza dangan merangkul bahu dewi

"Tenanglah. Kedua lelaki disana baik baik saja. Namun ibu itu. Ia mengalami kritis karna kehilangan banyak darah dan ada sedikit kebocoran jantung akibat benturan. Jadi kami mohon mengertilah dan berdoalah" jelas dokter devan

"Maafkan kami" dani dengan lirih dan penuh penyesalan
"Gak kan bang. Ummi sama abbi dan om pasti semua sehat kan, hiks" sahutnya sambil menatap adik kecilnya

"Sudah dek, yuk kita lihat ummi sama abbi. Jangan nangis ya dek" reza menggandeng dladiknya yang diikuti yusuf

"Ummi, abi, om. Cepet sadar ya.. Dewi kangen!" menatap kedua pria paruh baya dan wanita paruh baya yang terbaring lemah.

***

Tak terasa malam tiba. Dewi yang masih menunggu diatas sajadah yang tergelar lama sambil menengadahkan kedua tangannya. Terisak dalan diamnya, mengharap ridha Allah tak henti henti. Berharap orang paling berarti dalam hidupnya untuk membuka matanya kembali.

Date And Time Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang