20. | Pangeran Misteri??

30 17 1
                                    


Happy Reading...
.
.
.

Gumpalan awan menutup cerahnya sinar dilangit langit. Hanya warna abu abu masam lah yang tengah menyelimuti diatas sana. Seakan telah siap menurunkan semburan air ditengah acara suci ini.

Berbincang pada seorang gadis yang baru dikenalnya belum lama adalah hal yang sangat canggung. Pasalnya, ia belum tahu betul karakter dan sifat yang dimilikinya.

Ingin memulai pembicaraan saat gadis itu membisu dan menunduk adalah hal paling sulit menurutnya.

"Lebih baik mengerjakan soal tes, dari pada harus berfikir keras untuk hal ini" pikirnya.

Ia terlihat sedikit lesu dengan wajah senyum paksa yang tersungging di raut wajahnya.

"hans". ia mendengar namanya dipanggil dengan khas.

Nama yang mengingatkan nya dengan raut wajah tirus, berparas cantik. Namun saat mengingat itu hanya ada rasa kebencian menyelimuti. Ia tau betul itu suara siapa.

Seluruh junior farhan mendengar panggilan itu. Membisu adalah jalan terbaik saat ini menurut mereka.

Tak ada jawaban dari farhan, dewi menoleh wajah farhan yang pucat masam. Tangannya mengepal kuat diatas paha,  wajahnya menunduk, rautnya menunjukkan kemarahan yang seakan akan hanya dialah yang bisa merasakan nya.

Sekali lagi dewi melihat moment dimana farhan saat murka, tentu ia tau yang kedua kalinya, dengan yang pertama di area lapangan basket akhir pekan kemarin.

Dewi semakin memperhatikan nya, sangat disayangkan jika saat acara baik shohibnya berjalan, lalu ada masalah dipertengahan. Ia cukup berfikir bagaimana menghindarkan sebuah masalah dan menenangkan farhan saat ini.

"Hans, kamu kesini juga ya?, kalau tau gitu.. Aku bareng kamu aja" pungkasnya dengan mendekati posisi farhan.

Ara melihat itu, dewi pun jadi sasaran empuk baginya. Ara sedikit memainkan ponselnya didalam tas kecil depannya. Ia mengetikkan nama dewi. Belum lama dengan itu ponsel dewi berdering.

Ia sedikit bingung dengan langkah ara, apakah ara bergurau dengan mencoba menghubunginya, atau bagaimana??, dewi sangat tak faham dengan itu.

Ara merutuki dewi yang sulit untuk faham dengan kodenya, "loh Dede', itu telfon dari dosen herman??, kayaknya buat kak farhan deh" kata ara sambil mengedipkan sebelah matanya.

Dewi mengangguk paham dengan kode ara saat ini. "Kak farhan!" panggilnya dengan halus, "nih ada telfon dari pak herman" ucapnya kembali.

Farhan mengehela napasnya pelan, ia berdiri dengan kasar hingga menimbulkan suara gertakan cukup keras. "Teman teman, saya sama dewi permisi sebentar" ucapnya.

Bukannya meraih ponsel dewi, tapi ia meraih tangan kanan dewi dan menariknya menjauh dari tempat ramai dan meninggalkan para sohibnya menatap.

Berbagai pasang mata melihat kejadian langka itu, tak terkecuali pada gadis yang beberapa detik lalu menyapa farhan. Ia nampak geram dengan itu, sedikit mengepalkan tangan dan pergi meninggalkan mereka tanpa berkata dan masih membisu.

"Kak!" dewi memberanikan membuka suara.

"Kakak!" panggilnya lagi. Namun, farhan tak menghiraukan.

Dewi melawan tarikan farhan, "Cukup kak Farhan!" ia menepis tangannya dengan kasar.

Farhan menghentikan langkah dan tarikannya. Matanya menyemburkan air tak diundang.

"Apakah sesakit itu?" batinnya, "apa dede terlalu kasar?" tambahnya sambil merasa iba menatap farhan.

Date And Time Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang