19. | Akadnya Azza

29 16 1
                                    

"semakin waktu berjalan cepat, seakan akan menjauhkan hubungan persahabatan kita dengan sebuah jarak. Jarak yang jauh dengan keputusan hidup masing-masing orang."

Happy Reading...
.
.
.

"Assalamualaikum bidadari" sapanya.
"Waalaikumussalam, waahh.. Kamu datang ya!" ucapnya dengan girang, "aku kira kamu nggak akan datang" tambahnya sedikit masam.

"Kenapa berfikir begitu?" sambil mengambil duduk sampingnya.

"Aku kira kamu terlalu sibuk m, makanya kamu sulit dihubungi!" jawabnya dengan lesu.

Dewi terkekeh mendengarnya, "mana mungkin aku meninggalkan moment sekali seumur hidup??" katanya sambil menggoda.

"Mbak mbak" panggil gadis remaja yang masuk kamar azza.

Azza mendongakkan wajahnya, "ningsih, salam dulu".

Ningsih adalah adik kandung azza, ia masih menduduki bangku SMA. Karena porsi badannya sedikit lebih besar daripada azza, banyak orang mengira kalau azza lah adik dari ningsih. Padahal sebaliknya, ningsih adalah adik dari azza. Wajah keluarganya sangatlah mirip bak pinang dibelah dua. Bahkan, jika tidak mengenal lama antara kakak beradik ini, akan sulit membedakannya.

"Iya iya.. Besok ajalah salamnya lagi" katanya sambil terengah engah,"mbak habis ini mas ipar mulai akad nya, sama ibuk, mbak disuruh turun" ucapnya dengan berhati hati.

"Iya sih, habis ini mbak turun. Kamu duluan"
"Iya mbak, cepetan"
Sambil melenggang pergi dari ambang pintu.

Suasana terasa dingin saat ini. mendengar lantunan akad dengan speaker dari suara serak basah yang berat begitu penuh keyakinan dan lantang.

Tangan dewi menangkup kedua telapak azza, "Bismillah azza" katanya lembut.

Azza memejamkan matanya, dalam hati ia berdo'a, "semoga Allah melancarkan niat baiknya" dan ditutup dengan kalimat "amin" dengan lirih.

Dewi menatap wajah sahabatnya, ia berfikir bahwa saat ini seluruh sahabatnya melangkah di jalan yang berbeda dengannya, "semakin waktu berjalan cepat, seakan akan menjauhkan hubungan persahabatan kita dengan sebuah jarak. Jarak yang jauh dengan keputusan hidup masing-masing orang." gumamnya.

Setelah mendengar akad serta do'a, firdaus yang sekarang sudah berdalih dengan awalan Calon sekarang telah SAH menjadi seorang punggung baginya.

Firdaus berjalan mendekat menjemput azza yang sudah berdiri diambang pintu dengan tangan yang menggandeng dengan kedua temannya dewi dan ara.

Memang ara adalah teman tetangga kamar masa di pesantren dulu, ia cukup mengenal baik ara. Jadi, saat dewi ternyata memutuskan mengambil beasiswa di ibukota Jakarta, azza tak khawatir karna tau jika dewi berangkat bersama ara.

Dewi perlahan melepaskan tangan azza yang dingin. Ia membisikkan "bismillah" katanya disebelah telinga.

Azza bersiap mengambil tangan yang sudah menengadah didepannya untuk dijawab, ajakan firdaus sambil tersenyum sendu.

Azza berjalan menuju ruang akad, dan melakukan berbagai jenis acara selanjutnya, seperti perfotoan bersama keluarga dan kerabatnya.

Dewi menatap sendu wajah bahagia azza, "ternyata Dede' aja yang masih kaya anak kecil ya?" katanya lirih namun masih bisa terdengar oleh seseorang yang berdiri dibelakang nya.

"Berdoa, biar cepet nyusul Dede'' katanya sambil mengelus halus punggung dewi.

Sontak dewi menatap lekat wajah gadis sampingnya, betapa terkejutnya saat melihat teman lamanya sudah berbadan dua.

Date And Time Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang