24. |Kemarin Lusa?

22 15 3
                                    

"Apabila salah seorang diantara kamu meminang seorang perempuan, sekiranya ia dapat melihat perempuan itu, hendaklah dilihatnya sehingga bertambah keinginannya pada pernikahan, maka lakukanlah''(H.R Ahmad dan Abu Dawud)

Happy Reading...
.
.
.
Menatap seorang pria yang bukan mahramnya dalam hukum islam adalah haram. Namun, harus bagaimana lagi? Apa yang harus nailil lakukan agar masalah sahabat katibnya terselesaikan.

"Bang! Berhenti bentar dong!" teriak nailil yang masih setia mengejar hamdan.

Dengan sikap hangat yang dimiliki pria humoris ini. Aneh rasanya jika hamdan tak respond pada panggilan sepupu kecilnya ini. Sedangkan nailil yang masih punya tekad untuk menghentikan langkah hamdan pun kini langkah semakin cepat menghampirinya.

Nailil berdiri tepat didepan pria gagah dengan telapak tangan yang terangkat memenuhi jalan agar tak bisa terlewati. "Duh gusti!" napas nailil terengah-engah. "Hoshos Apa sih bang maumu itu? Hoshos" kembali nailil menarik napas panjangnya.

"Apa?" tanya hamdan sambil menggelengkan kepala.

"Gimana kalo kita adu panco?" kata nailil sambil meniup hijab bagian atasnya yang terlipat.

Hamdan menaikkan salah sisi alisnya dan berusaha terlepas dari pandangan gadis aneh ini menurutnya. Hamdan membalikkan badan dan terhenti langkahnya. "Astagfirullah!" kata hamdan spontan saat melihat Dewi dan Ara yang berdiri dibelakang nya sambil menatap tajam mata hamdan.

"Kalian gapain sih?" tanya hamdan dan terdiam sejenak, "laper? Dompet ketinggalan? Iya udah sana makan. Gue bayarin deh. Tapi sekarang izinin gue lewat!" pintanya.

"Kita mau bicara serius kak!" ucap Dewi dengan tegas.

"Terus gimana? Ntar aja deh ya?" pinta hamdan kembali dengan tergesa gesa.

"Apaan sih kak? Kita tuh maunya sekarang!" ara membuka suara.

Hamdan menatap ara lekat, dengan cepat ara membuang muka. Tak disangka hamdan mendekatinya, semakin dekat dan-

"Stop!" kata Dewi menghentikan. "Bukan waktunya acting baper baperan nih!" lanjutnya.

"Abaaanngg jangan bikin gue malu dong!" ucap nailil merengek.

Hamdan tak menghiraukan, ia menatap lekat wajah ara, "bentar ya dek, kakak ada konsultasi skripsi bentar. Cuma satu jam aja kok!" kata hamdan lembut. "Kamu cari tempat aja dulu, nanti share lokasi aja lewat hp. Ntar kakak ajak bang ramdan sekalian ya?" jelas hamdan kembali.

Ara yang tak kuasa menahan kata-kata manis hamdan, dengan spontan ia tersenyum lembut dan mengangguk paham dan memberi jalan untuk hamdan lewat.

Dewi dan nailil yang melihat kejadian itu. Hanya diam membisu dan menggelengkan kepala saja.

"Pantes, orang ara aja ngikut mulu apa kemauan kak hamdan. Iya nggak lil?" kata Dewi sambil menoleh.

"Ya gusti! Gimana rasa hatinya Ara kalo diperlakuin lembut gitu? Siapa sih cewek yang nggak meleleh!" jawab nailil.

Dewi menggeleng mendengar nailil berucap, sedangkan saat memandang ara? Ia diam dan tersenyum sendiri sambil melihat punggung hamdan yang semakin menghilang.

"Astagfirullah!" ucap Dewi, "habis ini dengerin pengajian ustad ILAL dulu ya, biar paham dosa memandang seseorang yang bukan muhrimnya" lanjut dewi dengan menarik pelan lengan kedua teman karibnya pergi mencari tempat untuk diskusi.

"Pelan dong De' jalannya!" rengek nailil,

"Udah deh, Bukannya bicara intinya, malah tenggelam dalam lamunan seseorang yang bukan halalnya!" kata Dewi ketus.

Date And Time Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang