16. Puisi Cinta Ilahi

42 18 19
                                    

Happy Reading...
.
.
.

Pagi yang penuh dengan cahaya, matahari mulai menyinari para makhluk Allah yang rindu dengan cahayanya.. Menurunkan embun di balik daun yang tersimpan sebelum fajar muncul menampakkan batangnya.. Hanya ribuan kapas yang tergontai di langit sana menutup cahaya langsung dari asalnya..

Berfikir sejenak, meng evaluasi sikap diri sendiri adalah hobi baru di akhir pekan ini menurut nya. Sebab, setelah hari dimana ia hadir dalam seminar motivasi yang sengaja di ikuti semata mata menurut kemauan sohibnya. Ternyata berbuah hasil pada dirinya sendiri..

Berangan dan mengingat kembali bagaimana cara bersikapnya di tahun terakhir ini menurut nya adalah sikap yang semakin lalai dengan perintah nya..

"Apa yang dede' lakukan ya alloh!" ia menggerutu dalam fikirnya.

Seperti biasanya, setelah mata kuliah selesai. Menyempatkan diri untuk keperpustakaan, ia mencoba memberikan tempat khusus untuk puluhan buku dalam hatinya agar selalu menyisakan waktunya untuk membacanya.

Suasana siang ini sangat lah panas. Lumrah bagi dirinya karna letak kampus ini pun di tengah ibukota dan dikelilingi gedung yang menjulang tinggi, tepat penuh beragam manusia yang mengais rezeki dari berbagai macam daerah.

Pergi ke kedai minuman di siang penuh rasa panas adalah tujuannya kali ini, setelah itu baru menuju Perpustakaan fikirnya.

Iris coklat itu menyusuri berbagai sudut kedai dengan daftar menu yang tersedia. Memilih menu yang sederhana, namun menyegarkan dan terlebih tak menguras kantong adalah sebuah kenikmatan tersendiri bagi seorang dewi yang super hemat karna diakhir bulan.

Memang sejak saat almarhum orang tua nya meninggal dunia, terlebih lagi disebabkan seorang dokter yang melakukan kesalahan saat menyetir. Dari saat itu hingga sekarang, dokter dani dan dokter laura yang berstatus sebagai adik dan kakak kandung itu memiliki tanggung jawab atas dewi dan reza. Namun, reza menolak akan hal itu. Karna reza sendiri sudah berkerja dan bergelar sebagai dosen di salah satu Universitas kota bandung.

Dewi yang alibinya hanya mahasiswa biasa, tak kuasa menolak akan kiriman uang dari pihak kedua dokter itu. Walaupun begitu, menurut dewi tak menutup kemungkinan bahwa ia juga harus belajar berhemat.

Ia berjalan menuju Perpustakaan yang sudah dekat dengan posisinya saat ini. Namun, langkahnya terhenti saat melihat gerombolan mahasiswa seniornya disekitar jalan menuju Perpustakaan.

Dewi mengatur napasnya pelan, "menyusahkan saja!" pikirnya.

Ia berbalik arah dan mengambil jalan lain menuju tempat tujuan, walaupun akan menyita waktu dan cukup jauh karna harus berputar dari tempatnya saat ini. Ia memutar bola matanya malas memikirkan diantara para senior ia dapati ada bryan dan laura yang ikut tersenyum canda disana.

Karna harus menghindar agar tak bertemu bryan dan laura, ia harus melewati lapangan basket untuk menuju Perpustakaan.

Bibir mungil berwarna merah muda itu tak henti berkomat kamit mengatakan istighfar dalam hatinya. Ia Berfikir dengan istigfar akan lebih tenang baginya dan lebih mudah melupakan yang bukan muhrimnya saat ini.

Gertakan dalam lapangan basket sangatlah keras yang menandakan bahwa ada seseorang yang bermain bola saat ini, dewi mendengar jelas suara itu.

Sedangkan suasana kampus semakin sepi karna jam istirahat dimulai 10 menit lalu, musholla, kantin, hingga area parkir saat ini dipenuhi mahasiswa dengan berbagai tujuan. Karna area yang ia lewati cukup sepi, lalu mendengar hentakan bola di lapangan basket yang dilewatinya terasa sangat mencekam menurut nya.

"Ternyata kampus ini teh ada penunggunya juga atuh, apalagi di gudang lantai dua gedung Fakultas syariah. Kata temen ais mah disitu banyak" kata salah satu teman sekelas nya. Memang belum lama ini dewi akrab dengan beberapa teman kelasnya dan berbincang banyak bersama mereka.

Date And Time Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang