23. | Ara pengen nikah!

28 13 4
                                    

Happy Reading...
.
.
.

Karena sangat sering melihat beberapa kawan bermain yang sama sama bergandengan dengan kekasih halal mereka, bepergian bersama dan bergandengan tangan, tak luput dan hilang sekejab dari mata dan fikirannya. Entahlah, fikiran ingin segera memiliki kekasih halal akhir-akhir ini menurutnya sangat aneh. Namun, wajar juga bila difikirkan. Walaupun diumurnya yang masih terbilang muda. Namun, sahabat, kerabat, dan beberapa teman disekitarnya dan juga tak jauh dari umurnya sudah menyandang status halal dengan masing-masing kekasihnya.

Gadis dengan rambut tersibak anginnya malam berjalan mengendap datang menghampirinya.

"Hoy!" sambil menepuk pundaknya, Berniat mengejutkan.

Sontak lamunannya terusik akibat usilan Vira, "astagfirullah," sambil mengelus dadanya pelan. "Kenapa sih vir?"

Vira adalah teman satu penginapan dengannya, ia berasal dari bandung yang sama mengambil beasiswa karena ingin jauh dari rumah dengan alasan menghindar dari problem keluarganya.
Kamar yang dihuni Vira tepat didepan kamar Dewi, Ara, dan Nailil. Bedanya hanyalah kamar itu hanya dihuni oleh Vira dan satu lagi temannya Anis. Mereka sama sama berbeda agama dari Dewi, ara, nailil. Bahkan, bisa dikatakan yang merekalah yang berbeda. Karena, dari banyaknya gadis dipenginapan ini yang beragama islam atau muslim hanyalah mereka bertiga, dan satu lagi wanita paruh baya yang biasa bertugas bersih bersih kebun belakang, dan halam depan.

"Lagian, kamu ngapain bengong disini sendirian? Emang nggak ada kerjaan apa? Kenapa nggak ikut ibadah sama temen kamu yang lain?" tanya vira panjang lebar.

"Kamu punya bakat jadi wartawan ya vir?" ucap ara.

"Kok balik nanya sih?" sambil mengambil duduk samping ara.

"Habisnya kamu nanya banyak banget. Ngapain coba kepo kepo?" kata ara melipat lengannya

Vira menghela napasnya panjang, "gini nih orang Indonesia, diperhatiin salah tangkap mulu. Gue tuh coba ngertiin lo kenapa disini sendirian? Lo ada masalah apa? Sini nih gue ada pundak buat lo bersandar" sambil menepuk pelan pundak kirinya. "Baik kan gue?" alis Vira terangkat sebelah.

"Udahlah Vir, gue lagi bingung. Bimbang banget gue!" ucap ara menggelapkan wajahnya.

Vira memincingkan senyumnya, "lah iya, lo kenapa? Cerita sama gue! Tapi lo nggak ikut ibadah sama temen temen lo disana?"

"Lagi dapet" jawab ara. Vira mengangguk anggukan kepalanya.

"Terus, ceritanya lo kenapa nih?" taya vira kembali.

"Gue mau nikah!" ucap ara lirih.

"Hahaha" Vira tertawa renyah padanya, "udah deh, lo-" kata vira yang terpotong.

"Apa? Becanda? Ngelawak? Nggak Vir, gue nggak ngelawak. Gue beneran pengen nikah" pungkasnya.

Vira tertegun, ia menelan paksa salivanya, "lo gila! Terus Study lo gimana bro? Lo baru aja naik semester 3 udah gini. Habis ini apaan? Lo mau wisuda bawa debay?" tanya Vira dengan nada lebih tinggi. "Tunggu! Lo mau nikah? Apa pengen nikah?" tambahnya.

"Pengen nikah!" jawab ara singkat. "Gue punya alasan tersendiri Vir, gue pengen kaya kebanyakan temen gue yang kemana mana udah bawa kekasihnya. Pengangan tangan, dimanjain, kek gitulah"

Vira tertawa renyah, "nggak perlu nikah dulu bray, lo cuma perlu cari pacar kalo lo pengen digituin"

"Tapi viraa! Aku nggak mau pacaran!" ucap ara meyakinkan. "Aku pengen langsung nikah aja!" tambahnya.

"Apaan sih? Pikirin perkembangan study lo juga dong ra. Masa lo egois banget pengen nikah, terus masa depan lo gimana?" tanya vira.

Ara menghela napasnya panjang, "study kan masih bisa dilakukan pas gue udah nikah vir. Gue juga udah bilang sama calon gue, kalo gue pengen nikah sama dia!" jelas ara.

Date And Time Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang