09.

926 123 4
                                    

"Dek, ini untung aja stok darah AB kita lagi ada.. biasanya padahal jarang banget.. ini temen kamu emang kehilangan banyak darah, tapi setelah di tranfusi dan diberikan infus nutrisi, dia bakal baik baik aja kok.. lukanya juga sudah saya tutup, untungnya ga sampai kena nadinya, jadi gak usah dijahit" jeno menghela nafas lega mendengar tuturan panjang dari dokter di ugd. 

Dokter muda itu memperhatikan jeno dari atas hingga bawah kemudian mengalihkan pandangannya dan  memperhatikan pasien barunya itu 

"Ini kalian pada abis kena begal dimana deh??" Tanyanya kepada jeno, jeno menolehkan wajahnya menghela nafas malas tepat di hadapan dokter tersebut, menunjukkan wajah tidak ingin menjawab. 

walaupun sebenarnya jeno tau, dokter itu paham dengan persis mengenai apa yang terjadi pada haechan. 

"Makasih ya udah dibantuin temennya, kalau ada apa apa panggil saya aja.. nah nanti suster anterin bon administrasi sama resep yang harus ditebus. Cuman perban sama temen temennya aja sih, tapi ada obat anti nyerinya juga" lanjut dokter itu kemudian berlalu dari hadapan jeno, jeno hanya mengangguk anggukan kepalanya entah benar benar mendengar atau tidak.

Setelah dokter itu pergi meninggalkan mereka berdua, ia mengambil kursi dan duduk disamping bangsal haechan. Memperhatikan raut wajah sahabatnya yang nampak lebih tenang.

Pandangannya turun kebawah kearah lengan dihadapannya yang sudah dibalut dengan perban putih walau masih menunjukkan sedikit bercak bercak darah. 

Jeno meraup wajahnya kasar. Ia benar benar kecewa baik pada dirinya maupun pada haechan. Bagaimana bisa ia meninggalkan sahabatnya sendirian saat ia tau dengan pasti sahabatnya tidak akan baik baik saja hari ini?

Bagaimana jika ia memutuskan untuk tidur saja dan tidak bersikukuh pergi ke rumah haechan malam ini?

Bagaimana bila ia terlambat menyelamatkan haechan?

Beberapa pertanyaan aneh kerap muncul di kepala jeno, sampai akhirnya suara parau membuyarkannya dari lamunannya.

"Chan?" Jeno yang mendengarnya segera berdiri dan menatap haechan yang sudah terbangun, sedang menatap kosong pada langit langit rumah sakit. 

"Tadi pas gue buka mata.. putih semua jen.. gue kira gue udah dirumah ayah sama bunda... tapi ternyata malah langit langit rumah sakit..."

Jeno mengepalkan jemarinya kuat kuat saat mendengar ucapan haechan, ia sangat kesal mendengar ucapan haechan. Apabila ia tidak sedang di bangsal rumah sakit, jeno jelas jelas akan menghajar haechan tepat di mukanya untuk menyadarkan pemuda itu.

"Lo tolol chan" 

"Iya gue tolol jen. Ngapain gue nanggung nanggung! harusnya langsung eksekusi aja. Malu tau kalau masih terus diselametin sama lo lagi kayak gini" jawab haechan sambil mengeluarkan tawa kecil dan pelan, terdengar seperti tawa sarkas yang meledek di telinga jeno. membuat jeno semakin naik pitam

Pada akhirnya jeno tidak tahan untuk tidak menarik kerah baju yang digunakan sahabatnya itu.

kesabarannya habis saat ia mengingat ingat haechan yang lagi lagi menyepelekan nyawanya didepan wajahnya. badan haechan terangkat separuhnya.

"Eh anjing. Dengerin ya. Gue gabakal nyelametin lo lagi. Ini terakhir kalinya gue nyelametin lo. Ngapain gue nyelametin orang yang gamau nyelametin hidupnya sendiri" terlihat dari wajah jeno yang memerah, ia benar benar sudah kehilangan kesabaran menghadapi haechan 

"Pak pak.. kasar nih pak sama pasien" ucap haechan berpura pura mengadukan perilaku jeno entah pada siapa, tidak menghiraukan omongan jeno. 

Jeno lalu melepaskan genggamannya pada kerah haechan dan membiarkan badannya terhempas jatuh lagi ke kasur.

SUN WITHOUT SHINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang