24.

475 86 28
                                    

"WOI ANJING" 

Haechan berjalan lurus kearah dua pemuda yang berjengit menghindari helm lemparannya. ada perasaan khawatir pada hati jeno saat tiba tiba haechan berteriak, ia fikir haechan telah tersulut emosi lebih dulu sebelum membicarakan inti permasalahan. 

tetapi, anak itu bukanlah anak yang sekali dua kali terlibat dalam pertengkaran seperti ini. Haechan tau, bahwasanya jerom adalah orang yang licik, tidak mungkin ia berada di lokasi ini sendirian. Adegan melempar helm tadi adalah  salah satu rencana haechan untuk memperhatikan sekitar, menandakan kehadirannya pada teman teman jerom yang kemungkinan bersembunyi di berbagai titik. benar saja, tepat setelahnya terdengar suara gemerisik dari balik semak semak sekitaran mereka, beberapa gerakan juga terlihat di berbagai sudut. 

jerome tidak sendiri. 

"ohhh lo lagi.. hahaha mana temen lo yang itu? si lemah? udah dirawat dirumah sakit?" awalnya memang benar haechan mencoba untuk bicara secara baik baik saja, tapi kekehan jerom membuatnya kembali naik darah. 


bugh!


"lo punya masalah apa sama dia hah?" haechan menatap jerom tajam setelah memberikan satu pukulan keras pada pipi kiri jerom, sedangkan ia hanya tertawa sembari menyeka darah yang keluar dari bibirnya. Haechan memang tidak mengetahui dasar dasar bela diri, tetapi kekuatannya tidak main main. 

"masalah gue? gue cuman gasuka sampah yang dulu gue suka mainin masih hidup berkeliaran aj-" 

belum menyelesaikan ucapannya, jerom sudah terjungkal kebelakang akibat pukulan haechan. ia tersungkur dan haechan berhasil menduduki tubuhnya. teman jerom yang awalnya ingin membantu sudah dihadang oleh tangan kekar jeno. 


bugh! 

bugh! 


"BAJINGAN!!" teriak haechan keras, dua pukulan mendarat di wajar jerom yang tidak sempat menghindar "harusnya tahun lalu lo langsung gue abisin!! biar tahun ini lo gabisa jalan! anjing!!!" haechan menghantam wajah jerom lagi, kali ini hidungnya sudah mengeluarkan darah.

"..lo pikir gue masih takut sama lo hah?" jerom berusaha bangkit dengan mendorong kasar badan haechan kesamping, bersiap siap melemparkan pukulannya walau terhenti karena haechan sudah terlebih dahulu menyerang perutnya. 

"gue peringatin sekali lagi! jangan pernah lo ganggu jaelani narendra!!!" 

"kenapa? jaemin itu pacar lo? hah? ohhhh elo yang suka jaemin? pantes aja dia lemah, orang dia banci!" 

kesabaran haechan benar benar habis kali ini, ia mengambil helm yang berada disamping kakinya dan hendak menghantamkan benda bulat itu sebelum ia mendengar suarh berisik disampingnya, dari sudut matanya ia dapat melihat badan jeno sudah terkunci oleh dua orang lain, menahan dirinya untuk membantu haechan. 

"CHAN!!!!" teriak jeno, namun sebelum ia berhasil memahami keadaan, tubuhnya sudah tersungkur kedepan akibat balok kayu yang menghantam belakang kepalanya keras. jerom menggunakan kesempatan ini untuk memukul, menendang bahkan menginjak lengan haechan, mencoba membantai pria yang dulu berhasil membuatnya patah tulang. 

"AAAARHHH" haechan berteriak kala injakan jerom pada lengannya semakin kuat, membuat luka sayatan yang belum kering kembali terbuka lebar. 

"gue, gabakal pernah berhenti gangguin orang kayak jaemin. karena orang kayak dia selalu pantes buat dapetin hal kayak gitu, paham?" ucapnya, tersenyum sinis. ia sejujurnya sudah tidak peduli lagi dengan jaemin, tapi orang itu merupakan perantara untuk membalaskan dendamnya di masa lalu yang membuatnya malu setengah mati. 

SUN WITHOUT SHINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang