25.

448 88 20
                                    

"Kamu ini! sudah mana masih kecil.. keluyuran malem ngebut ngebut! udah gitu gapunya sim dan gapakai helm pula! kesalahan kamu berlapis lapis ini!!"

"Terus itu kamu kenapa luka luka?" 

"Saya jatoh pak, kan udah diceritain tadi saya lagi belajar naik motor" jawab haechan malas, kepalanya belum berhenti berdenyut sejak tadi.

"Masa jatoh di kepalanya sampe berdarah gitu" 

"Ya kalo saya jatuh hatinya yang berdarah saya jatuh cinta atuhlah pak namanya" ledeknya. 

 "SAYA GA BERCANDA YA!!" 

yup, sekarang haechan sedang berada di kantor polisi. bukan karena keributan yang terjadi di ruko tadi.. melainkan karena dirinya tertangkap basah hendak melanggar lampu lalu lintas dengan kondisi tidak mengenakan helm. 

siapa juga yang berfikir bahwa ia akan ditilang jam 1 pagi seperti ini sih?

 tentu saja polisi menggeret paksa dirinya ke kantor. walau awalnya hendak melawan, badannya sudah tidak mampu berkompromi lagi. biarlah, lagipula jika dipaksakan.. haechan yakin diujung jalan sana mungkin saja ia terjatuh karena tidak sadarkan diri. 

polisi awalnya mengira haechan adalah bagian dari komplotan begal. celana yang kotor dengan tanah, baju bernoda darah dan juga jangan lupakan lebam lebam pada wajahnya. membawa motor besar yang notabene bagus itu dengan kondisi seperti sekarang tentu saja membuat polisi curiga. untungnya, surat surat yang dibawa haechan selain SIM mampu melepaskannya dari dugaan 'begal' maupun 'pencurian', ya.. tetap saja ia harus ditahan karena belum mempunyai SIM.

"Mana nomor orang tua kamu?"

"Udah meninggal pak" 

"Nomor wali kamu?" 

"Udah ninggalin saya keluar negeri" 

"Kamu jangan bercanda ya sama saya!! kamu itu dibawah umur! Kalau kamu tidak punya wali seharusnya kamu berada di panti asuhan atau diurus dinas sosial" Haechan menghela nafasnya kasar saat ia mendengar lanjutan kalimat dari pak polisi itu, ia mengerti masalah akan menjadi semakin panjang dan rumit sekarang. 

"kamu tidak akan bisa keluar dari kantor ini tanpa ada wali yang menjemput kamu, mengerti?"

haechan tidak merespon omongan pria dengan kumis tebal itu, lalu ia senderkan tubuhnya pada sandaran kursi, memejamkan mata beberapa saat untuk meneteralisir rasa sakit.

hingga handphone di dalam saku celananya bergetar berkali kali. 

 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Untungnya, haechan masih diberikan akses untuk menggunakan handphone. dengan menggunakan tangan yang tidak terluka, ia berusaha membalas pesan jeno. mengabarkan bahwa dirinya baik baik saja dan menyuruh jeno agar cepat kembali ke rumah. ia takut apabila orang tua jeno mengetahui kejadian malam ini. haechan tidak ingin dianggap menjadi pengaruh buruk bagi teman sedari kecilnya itu. 

SUN WITHOUT SHINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang