Karena corona pt. 2

461 33 3
                                    

Ini tepat setahun kamu putus sama Mark. Dan tanggal 27 Mei ini kebetulan anniversary kalian.

Kalau ga putus, pasti seharian ini kamu bakal date sama Mark. Diajak keliling Jakarta bareng, menikmati waktu bersama.

Seharusnya ini adalah tahun ke-4 kamu dan Mark pacaran, namun takdir ga berpihak kepada kalian.

Bahkan kalian sudah membicarakan pernikahan, keluarga merestui, dan tinggal menunggu waktu yang tepat.

Asik galau hingga kamu ga sadar Mama kamu masuk ke kamar.

"Dibawah ada Mark tuh, samperin gih. Dia ga berani ke kamar kamu, udah bukan pacar katanya." Sahut Mama.

Kamu kaget, Mark? Ngapain dia kesini pas banget sama anniversary?

"Ga mau ah Ma, bilang aja aku ga mau diganggu" tolak kamu.

Bukan ga mau sih, tapi kamu ga siap hati aja untuk berhadapan sama Mark. Biasalah, belum move on.

"Hus! Ga boleh gitu ah, kasian Mark. Sana samperin, barangkali Mark mau ngomong hal penting sama kamu." Bujuk Mama.

Mau ga mau kamu turun kebawah dan menemui Mark di ruang TV. Mark yang menyadari ada kamu, langsung memberikan senyuman hangatnya.

Duh makin ga bisa move on deh kamu kalo gini.

"Hai," sapa Mark kepada kamu.

Kamu hanya senyum, ga berniat untuk menjawab sapaan Mark.

"Jalan yuk? Keliling Jakarta aja," ajak Mark.

Kamu tertegun. Mark lupa apa gimana? Keliling Jakarta kan salah satu hal yang kalian lakukan pada saat anniv.

"Ayo?" Tanya Mark.

Entah sihir apa yang membuat kamu jadi menganggukkan kepala, tanda bahwa kamu menyutujui ajakan Mark.

Kamu dan Mark pergi menggunakan mobil, kebetulan juga langit mulai gelap.

"It's been a year since we broke up. Dan hari ini, hari spesial kita kan? Oh, kayaknya kamu lupa" ucap Mark di sela-sela perjalanan.

"Aku inget. 3 tahun bareng, mana mungkin aku bisa lupa secepet itu?" Kata kamu terus terang.

Mark benar-benar hanya keliling, ga mampir kemana pun. Kamu tau kalo sebenernya Mark cuma pengen ngobrol sama kamu, karena kamu pun begitu.

"Kamu tau ga? Aku laki-laki paling bodoh yang pernah ada. Ibaratnya, aku ninggalin barang antik demi barang pasaran. Dan aku nyesel, haha. Percuma ya?" Kata Mark.

"Jangan bilang gitu. Bagi aku, kamu laki-laki terbaik yang pernah aku kenal. Kamu bertanggung jawab, dan jujur. Aku yakin kamu kemarin memang khilaf, iya kan?" Tanya kamu.

Mark mengangguk. Setelah itu diam, tidak ada yang saling bicara. Dan kamu memilih untuk menatap jalanan.

Ternyata Mark ga membawa kamu jauh, hanya sekitar jalanan deket rumah kamu. Ga ramai, namun tidak sepi juga jalanan saat ini.

Hujan mulai mengguyur jalan, sedikit lebat.

"Mark, nepi di deket indoktober aja. Tunggu sampe hujan nya sedikit reda ya?" Tanya kamu yang dijawab anggukan oleh Mark.

Setelah nepi, kalian tetap tidak berbicara. Sibuk sama pikiran masing-masing.

"Sebenernya, inti dari aku membawa kamu hari ini bukan mau ngomong tentang yang lalu," kata Mark.

Kamu menyerngit bingung.

"Maksud kamu?"

"Oke- em, ini mungkin terdengar sedikit berani dan ga tau malu setelah apa yang aku perbuat kemarin. Tapi jujur, i don't know what to do without you." Jelas Mark.

Kamu yang dengerin cuma bisa deg-degan sambil menunggu apa yang Mark maksud.

"Aku ga masalah kalo kamu memang nolak. Tapi, izinkan aku untuk mencoba.











Maukah kamu hidup bersamaku dan jadi ibu dari anak-anakku kelak?"

Mark mengeluarkan sebuah kotak yang terdapat cincin didalamnya. Indah tapi terkesan mewah juga cincinnya.

Dan pernyataan Mark barusan membuat kamu terkejut.

Tolong, ini bukan mimpi kan? Kalo mimpi, jangan bangunkan aku. Percayalah bahwa ini mimpi terindah sepanjang masa, batin kamu.

"Hey? Kok malah bengong?" Tanya Mark.

Kamu segera tersadar bahwa ini bukan mimpi, melainkan nyata! Kamu melihat Mark yang sedang menunggu jawaban kamu.

"A-aku, mau.." jawab kamu malu-malu.

Mark memeluk kamu erat dan memasangkan cincin indah itu ke tangan kamu.

"Makasih, aku tau hati kamu masih untuk aku. Makasih udah nerima aku kembali ke dalam hidup kamu, aku bahagia." Ucap Mark.

"Aku juga sangat bahagia. Ayo lupain masa lalu, karena sekarang masa depan kita udah menunggu. Kehidupan baru akan dimulai," bales kamu.

Kamu dan Mark tersenyum bahagia. Ga sabar menunggu waktu yang akan datang, bersama dengan orang yang dicintai.

Kamu ga munafik kalo memang kamu masih sayang sama Mark. Nyatanya, Mark adalah sumber kebahagiaan kamu, dan kamu adalah sumber kebahagiaan Mark.

Imagine ; Mark TuanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang