36

325 37 88
                                    

"Loh? Kak Yuvin kok kesini?"

Yohan baru saja akan membuka kulkasnya ketika Yuvin melangkah masuk ke dalam apartemennya tanpa permisi sama sekali.

Yuvin hanya mengendikkan bahunya dan mendudukkan dirinya di sofa ruang tamu, dengan wajah ditekuk dan sepatu yang masih menempel di kakinya.

Yohan menghampirinya dengan segelas air dingin yang lantas dihabiskan Yuvin dalam beberapa kali tegukan. Yuvin terlihat lesu dan tidak berminat melakukan apapun setelahnya. Ia menyandarkan kepalanya pada bahu Yohan dan memejamkan matanya.

"Kak.. ada Junho. Nggak enak.." cicit Yohan.

"Oh, udah pulang dia? Yaudahlah.. kakak pamit..." Yuvin baru saja akan bangkit berdiri ketika Yohan menahan tangannya.

"Kok gitu? Aku nggak ngusir kakak," Yohan menatapnya memelas.

"Takut salah paham.. nanti disangkanya kita macem-macem karna kakak sering kesini..."

"Salah paham kenapa?"

Junho beranjak keluar dari kamarnya dan menghampiri mereka. Yuvin sedikit gugup dibuatnya, terlebih saat Junho duduk di antaranya dan Yohan.

"Lo ngapain sih kesini jam segini kak? Muka lo juga kayak yang banyak beban banget," Junho merangkulnya santai.

"Seobin..." lirih Yuvin.

"Mau diomongin nggak? Cerita aja, biar lega. Jangan cuma lo doang yang jadi tempat curhatnya Yohan selama gue nggak ada," kekeh Junho. "Kak kak.. udah bertahun-tahun loh, masih aja lo gamon. Udahlah kak.. biarin aja dia bahagia. Kalo emang jodoh lo juga dia nggak akan kemana."

"Gue belum bilang apa-apa loh?" protes Yuvin.

"Lo tuh gampang banget dibaca, kak. Kita temenan bukan cuma sebulan dua bulan."

"Oh..."

Sementara Yohan yang sudah merasa tidak dibutuhkan disana pun kembali ke kamarnya, menyisakan kedua lelaki tampan itu di ruang tamunya.

"Boleh minjem bahu lo nggak.. buat senderan? Gue capek banget hari ini.." lirih Yuvin.

"Nggak mau ah, geli," Junho bergidik.

"Sialan.. emang gue najis apa ya?"

"Lo dari mana sih? Bau alkohol. Lo nggak mabok 'kan pas nyetir kesini?"

"Perhatian banget sih," Yuvin mengacak surai Junho dengan gemas. Baginya, pemuda itu tetaplah bocah di matanya. Usia mereka memang terpaut sedikit jauh. "And no.. I wasn't drunk at all. Gue dari De'javu, abis nemenin Seobin.."

"Loh? Itu akur lagi kalian?" heran Junho.

"Ya dengerin dulu. Gue cuma diminta nemenin dia buat jagain pacarnya yang disewa Kak Jaehyun tadi."

"Loh? Seobin sama cewek sekarang?" Junho membelalakkan matanya dengan terkejut.

"NGACO! Nggak gitu. Pacarnya ini cantik.. sama kayak dia. Jadinya Kak Jaehyun naksir. Udah sih intinya cuma itu. So I kissed him, deeply, to distract him when the two kissed.."

Junho menepuk pipi Yuvin sedikit kencang, kedua alisnya bertaut.

"Lo tuh ya.. dipikir anak orang mainan apa ya? Kalo lo lagi nggak menyedihkan kayak gini, lo udah gue tonjok. Udahlah kak.. lo nggak capek apa gangguin Seobin terus?"

"Kali ini rasanya beda, Jun. Kayak.. gimana ya. Gue masih sayang dan gue juga somehow mau dia bahagia.."

Junho merotasikan bola matanya sebagai respon.

"..tapi gue juga nyesek banget, liat dia sama Serim. Susah banget rasanya buat ikhlas. They indeed are a good fit, no doubt. Serim tuh orangnya tenang, nggak emosian kayak gue. Seobin nggak bisa dikerasin.. dan gue nggak bisa kalo nggak keras."

"Sometimes.. letting go is the best option when you've messed everything up.." Junho berkata dengan lirih.

"Lo kenapa?" Yuvin sontak menoleh.

"I was talking about you. Seobin udah kehilangan segalanya selama dia sama lo. Cukup, kak. Jangan sampe lo yang malah nyesel.."

"I'm familiar with regrets."

"...kalo suatu saat Seobin milih buat nggak kenal lagi sama lo."

"Been there done that. Lo pikir dua tahun ini nggak kayak gitu? Dia nggak bisa gue hubungin sama sekali sampe tiap hari gue buntutin dia kayak orang gila. Cuma karna gue takut dia nemuin yang baru dan lupain gue gitu aja. Tapi toh nyatanya.. emang itu yang kejadian. Hitungan hari setelah gue berhasil deketin dia lagi, dia malah diambil orang. Semesta emang sebenci itu kayaknya sama gue..."

"Heh, lo kalo ngomong ngaca nggak sih? Harusnya Seobin yang bilang gitu!" Junho menoyor kepala Yuvin dengan gemas. "Kak.. emang sih ada istilah, kalo namanya jodoh nggak akan kemana. Tapi itu menurut gue omong kosong. Yang ada ya usaha, bukan jodoh. Nah kalo lo kak.. masalahnya, dari awal aja lo nggak usaha. Selalu dia yang berusaha jadi yang lo mau dan nurutin lo.. cuma buat lo injek-injek abis itu. Perlu gue jabarin satu-satu nggak dosa lo ke dia apa aja?"

Yuvin pun bungkam. Ia menggeleng dan bangkit berdiri, berjalan menuju pintu, menoleh sesaat sebelum ia meraih gagangnya.

"You're right, gue emang nggak pernah berjuang sama sekali. Tapi lo juga harus tau kalo nggak ada kata terlambat. For now, I'll do anything to win him back."

Dan ia pun melangkah keluar tanpa menghiraukan Junho yang mengepalkan tangannya kuat.

"Lo mau bikin masalah apa lagi sih kak?" dengusnya. Ia kembali ke kamarnya, mendapati Yohan yang telah terlelap dan terlihat tenang. Membaringkan dirinya di samping pemuda kelinci kesayangannya dan melayangkan kecupan singkat pada dahinya.

"Ain't we lucky enough to get this far?" gumamnya, entah pada siapa.


.....tbc

—————

A/N : short update cause i'm not in the mood

THE TRUTH THAT LIES WITHIN 2.0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang