16

381 47 130
                                    

Jungmo mendudukkan dirinya di balkon Yohan, berbekal sebungkus rokok dan segelas susu hangat. Ia hanya menghabiskan waktu dengan melamun dan menghisap rokoknya. Kepalanya hanya dipenuhi dengan Yunseong, tentu saja~ dan juga... SERIM.

Ia menutup wajahnya dengan tangan dan terisak pelan saat puntung pertamanya habis. Ia tidak sadar bahwa Minhee sedari tadi memperhatikannya dari ruang tamu. Bahkan saat pemuda jangkung itu menyampirkan selimut di bahu ringkihnya, ia masih saja tidak menyadari keberadaannya.

"Mo, kamu kenapa sih?" ujar Minhee sembari mendudukkan dirinya di samping Jungmo. Jungmow sontak menoleh.

"Loh.. kamu ngapain? Aku kirain kamu udah tidur. Besok shoot.. istirahat gih. Kamu 'kan paling gampang muncul kantong matanya," Jungmo menepuk pipi Minhee dan memaksakan senyumnya.

"Aku nungguin kamu. Tapi kamunya malah disini coba. Ada apa? Aku tau kamu bukan lagi mikirin besok shoot. Kamu udah santai," Minhee melebarkan selimut di pundak Jungmo dan merangkulnya. Kini keduanya berbagi selimut yang sama, dengan Jungmo yang bersandar nyaman pada bahunya.

"Aku terlalu gampang ya buat kamu tebak?" lirih Jungmo.

"Ya menurutmu? Aku sama kamu bukan sebulan dua bulan. It's been more than 4 years, already. So.. would you like to tell me what's bothering you?"

"Mini.. aku jahat nggak kalo aku bilang, ada orang lain yang narik perhatian aku sekarang?"

"Oh.. gimana ya. Mau bilang iya juga aku udah kebiasa dijadiin nomor sekian. Mungkin kamu bosen ya sama aku?" tanya Minhee dengan nada suara yang tenang. Terlampau tenang, hingga itu membuat Jungmo khawatir.

"Bukan cuma itu. I've tried to lure him into having sex with me. Udah lama sih.. sebulan lalu mungkin. Yang bikin aku sakit banget, bukan cuma karna dia nolak aku. Tapi karna aku sadar, nggak ada satu pun di diri aku yang se-berharga itu. I thought sex was my only answer..."

"Kamu belum berubah juga ya Mo?" Minhee terkekeh miris. "Aku emang nggak selalu bisa kasih itu ke kamu, aku ngerti kamu juga punya kebutuhan. Tapi kalo sampe Serim yang kamu serang, itu kamu yang keterlaluan."

"Loh.. aku belum bilang..."

"Dan aku nggak buta. Aku liat seberapa hati-hatinya kamu di sekitar dia. Aku pikir aku cuma terlalu curiga yang nggak beralasan, ternyata ini toh."

Untuk beberapa saat, keduanya hening. Jungmo menegang di tempatnya saat Minhee meraih sebatang rokok miliknya dan menyalakannya. Ia hafal betul, jika kekasihnya itu sampai menyentuh benda haram tersebut.. pastilah ia sudah sangat kalut.

"Are you gonna break up with me?" cicit Jungmo ketika Minhee melakukan hisapannya yang pertama.

"Of course not. Kamu tenang aja Mo, stok sabar aku belum abis. Free refill malah kayak boba di kantor agensi," sinis Minhee, meski ia terkesan berguyon.

Jungmo lantas membungkam kekasihnya itu dengan kecupan, sembari meremat bagian depan piyama Minhee dengan tangannya yang ringkih.

"Kamu boleh kok putusin aku kalo kamu udah capek.." lirihnya kemudian. "Pada akhirnya, aku emang nggak pantes buat siapa-siapa 'kan? Kamu sama Seongmin aja sana. Yang baru 'kan emang lebih seger.."

"Harusnya tuh aku yang bilang gitu ke kamu," Minhee tersenyum dan meluruskan kakinya, mendudukkan Jungmo di atas pangkuannya. "Lagian, dia cuma bocah Mo. Nggak mungkin aku anggap serius, dan dia emang begitu ke semuanya. Udah dong, kamu jangan insecure. It's supposed to be me who feel that way."

"Kamu tau 'kan.. senakal-nakalnya aku, aku pulangnya juga ke kamu?"

"Good boy, that's what I want to hear," Minhee menyingkap poni Jungmo dan mengecup dahinya. Nampaknya mereka lupa, bahwa mereka tidak sendirian di tempat itu.

Sementara di dalam sana, Seongmin mengangkat gelas minumnya dengan tangan gemetaran. Ia mati-matian menahan air matanya. Tidak menyangka, bahwa cinta pertamanya akan sepahit ini. Bahwa selama ini sosok saingannya adalah salah satu kakak yang paling ia percaya.

....tbc

—————

A/N : pemanasan dulu buat minimo dan adek kicik. Maaf short update, aku sibuk 'bekerja' hari ini(?)

Kalian ship SEONGMIN sama siapa di Cravity?

THE TRUTH THAT LIES WITHIN 2.0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang