45

352 34 60
                                    

"Dari mana aja?"

Sebuah suara berat yang familiar menyapa pendengaran Jungmo saat ia mengendap memasuki apartemen milik si empunya.

"Kamu bukan abis main ke club 'kan?" Minhee, sang kekasih mendudukkan dirinya di sofa. Ia menepuk sisi yang kosong, mengisyaratkan Jungmo untuk mengisinya.

Jungmo pun mengulaskan senyumnya. Menggantung hoodie-nya di balik pintu dan menghambur ke pelukan Minhee.

"Coba cium aku sini.. emangnya aku ada bau alkohol?" Jungmo menatapnya dengan sedikit tersinggung.

"Kenapa lama banget coba baru pulang? Aku masak. It's our fifth anniversary."

"Hah? Astaga... Mini.. aku lupa.. maafin aku, tapi ini bener-bener.. aku nggak bisa ngehindar. Aku harus jagain saudara aku di rumah sakit tadi, gantian sama mama.." Jungmo berakhir memilih untuk berbohong, meski tidak sepenuhnya.

"Oh.. tumben kamu mau deket-deket sama keluargamu? Baguslah.. mamamu sayang kok sama kamu," Minhee kini menyunggingkan senyumnya. Ia memang bisa mencium bau antiseptik yang menyengat di surai ungu Jungmo yang telah memudar.

"Hehe.. iya. Maaf ya.. aku panasin ya makanannya? Kita makan sekarang?" Jungmo mengecup pipi Minhee cepat, membuat si empunya sedikit salah tingkah.

"Nggak usah.. aku tadi udah makan sendiri. Siniin aja mana tangan kamu.." Minhee menarik tangan kiri Jungmo sembari merogoh saku celananya dengan tangannya yang bebas. Mengambil sebuah cincin emas putih tanpa motif dari sana, dan menyematkannya ke jari manis Jungmo.

Jungmo membelalakkan matanya, ia benar-benar tak habis pikir dengan Minhee. Bisa-bisanya ia dilamar saat keadaannya masih sangat berantakan.. ia bahkan tidak mau mengingat jam berapa sekarang.

"Mini.. kok tiba-tiba.. aku nggak ada persiapan loh," cicitnya. Minhee pun membalasnya dengan terkekeh.

"Ya nggak apa. Aku sukanya emang mendadak kok.. where's the surprise if it's planned?"

"Momennya itu loh.. nggak kok, aku bukan nggak bersyukur tapi aku.."

Minhee membungkam Jungmo dengan ciuman lembut, sembari mengusapi lengan kurusnya. Jungmo memejamkan matanya yang terasa panas, ia benar-benar merasa tidak pantas.

Ia tak pernah mengatakannya pada siapa pun, tapi, setiap kali Minhee memperlakukannya dengan istimewa, yang ia ingat hanya tentang bagaimana lelaki itu memungutnya di masa lalu, saat ia tidak lebih dari seorang pelacur. Dan setiap kali Minhee menolak berhubungan dengannya, yang muncul di otaknya adalah.. ia kotor. Terlalu kotor hingga Minhee tidak ingin menyentuhnya kecuali benar-benar terpaksa.

"Mini.." lirih Jungmo sembari melepaskan tautan mereka.

"Hm?"

"Kita udah lama nggak jujur-jujuran 'kan? Aku harus bilang ini.. aku takut kamu nyesel udah ngelamar aku."

"Apa lagi sih Mo? Aku udah tau kamu.. dan aku nggak keberatan. Aku tau kamu sedikit demi sedikit juga udah berubah.." Minhee menangkup sebelah pipi Jungmo dan menepuknya pelan.

Jungmo menggigit bagian dalam pipinya. Menimbang-nimbang sejenak apakah ia benar-benar harus memberitahu Minhee mengenai Seongmin.

Dan pada akhirnya...

"Aku tadi sebenernya nungguin Seongmin bangun, bukan saudara aku. Aku bohong... aku takutnya kamu makin marah karna kesannya nggak pentingin kamu banget. Dan sebenernya aku nggak lupa kalo kemaren tuh 5 tahunannya kita..."

"Seongmin masuk rumah sakit? Kok nggak ada yang bilang di grup??" seketika, Minhee menunjukkan raut panik.

"Iya.. gara-gara aku.."

"Wait.. jadi pas tadi kalian ngilang dan nggak balik lagi ke ruang meeting.. astaga, kamu apain coba anak kecil itu? Kamu pukulin?"

"Nggak.. nggak mungkin aku setega itu..."

Minhee pun menaikkan sebelah alisnya.

"Dikira aku lupa ya pas waktu itu kalian berantem di dapur?" dengusnya.

"Itu cuma karna aku kalap. Ya pokoknya.. I did something really bad. You don't want to know..."

"Then don't tell me. Aku nggak merasa harus tau segalanya soal kamu kok.. dan apapun yang kamu lakuin, itu juga nggak akan ngubah pandangan aku ke kamu. Good and bad.. you'll still be my Mogu anyway."

"...what if I tell you that I got someone pregnant?"

Hening.

"You gotta be joking me right?" Minhee menatapnya dengan alis bertaut. "Terus gimana.."

"He's no longer with child. He got rid of it.. that's what took me so long to come home," Jungmo memalingkan pandangannya. Ia tak sanggup menatap Minhee saat ini.

"Jadi tadi kalian di rumah sakit.. shit. Just why.. and how.. when did you two even do it?"

"Kamu tau 'kan aku sama Seongmin mandinya suka bareng?" Jungmo mencicit.

"Well yeah, I just didn't expect you to do him nasty. What were you thinking?" Minhee berusaha untuk tidak menaikkan nada suaranya. Tentu saja ia kecewa.. meski kata kecewa bukan hal yang baru untuknya.

"Maafin aku.. aku ngerti kalo kamu nggak mau lagi sama aku sekarang.."

"Heh! Kata siapa? Aku cuma nggak abis pikir aja.. dia tuh adikmu, kenapa sih harus kamu serang juga? Dia masih kecil.. kamu tuh nyimpen dendam sama dia apa gimana?"

"Iya, aku emang dendam. Aku benci sama dia karna dulu ngejar-ngejar kamu. Dan dia pernah ngatain aku juga walaupun dia nggak sengaja.. cuma aku mana tau kalo ternyata dia bisa hamil? I didn't know that he was fertile yet, alright? I see no sign."

"You've really crossed the line.. but yeah, what can we do about it anyway? It happened already."

"Aku udah janji sama diri aku sendiri kalo aku nggak akan lagi sembarangan ngelakuin.. aku kapok. Aku juga nggak akan maksa kamu lagi sekarang. A solo won't sound so bad.." Jungmo mendusal pada dada Minhee, memohon lelaki itu untuk kembali memberinya rasa simpati. Seperti biasa, Minhee lagi-lagi luluh dan mengecup pucuk kepalanya.

"It's okay. I guess you two are also fine now? He can never hate you and you know that.." lirih Minhee. "So I forgive you too. But you have to really promise me that you won't do more stupid things. Kamu udah gede, Mo. Udah bukan waktunya nakal kayak gitu.. for whatever reason. Kalo kamu emang mau, fine, lakuin. Aku ada disini, kamu udah nggak usah nyari orang lain. Aku udah tau kok caranya biar nggak keluar di dalem.." Minhee mengecilkan suaranya pada bagian terakhir. Ia benar-benar malu.

Jungmo pun seketika mendongakkan kepalanya.

"Hah? Jangan bilang selama ini kamu takut karna.." herannya.

Minhee pun membalasnya dengan meringis.

"I don't mind topping for the rest of our journey, then. I'll bottom for you only when you're ready for a kid. Alright? Does it sound like a deal?" Jungmo tersenyum penuh arti.

"Hmm.. I like it. Deal. Wanna do it to celebrate our fifth?" Minhee menggelitik pinggang Jungmo pelan, membuat si empunya bergidik.

"Babe.. you know you don't have to ask."


.....tbc

—————

THE TRUTH THAT LIES WITHIN 2.0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang