30

367 42 74
                                    

Keesokan paginya, Yunseong buru-buru kembali ke rumahnya. Ia hanya tidak ingin membuat Donghyun berpikir macam-macam, namun nyatanya, istri mungilnya itu nampaknya sama sekali belum pulang. Kasur yang mereka tempati masih terlihat sama seperti malam sebelumnya.

"Hahaha.." Yunseong tertawa hambar. "Mau lo apa sih, bangsat?" umpatnya. Jaebin hanya menatapnya polos, bingung karena ayahnya terlihat gusar. "Untung ada kamu nak.." seketika, emosinya menguap begitu saja. Ia mengecup pipi dan bibir mungil putranya.

"Guess there'll be just you and me. Thank God it's Saturday. Tau gitu ngapain pulang ya gue.. kayak orang kesetanan," ia ber-monolog, lagi. "Gue dibunuh Jungmo nggak ya kalo balik kesana?"

- - -

"Ngapain sih lo kesini lagi? Kita hari ini latihan sampe sore!"

Sesuai dugaan, Jungmo benar-benar mengomeli Yunseong saat pria itu muncul di depan pintu apartemen mereka dengan cengiran bodoh di wajahnya.

"Yah.. gue diusir nih jadinya?"

"Iyalah! Lo mau jaga rumah apa gimana?" Jungmo masih saja sewot.

"Ikut ke tempat kerja gue aja Seong, anak lo nanti dititip. Sekalian ketemu Hangyul gih.. udah lama 'kan?" sahut Seobin. Ia sibuk di dapur, dengan Seongmin yang menempel di punggungnya seperti bayi koala.

"Bin.. temen lo yang itu namanya siapa?" Yunseong menyunggingkan senyumnya saat Seongmin menoleh dan pandangan mereka bertemu.

"Mau ngapain lo? Itu bocah yang gue ceritain waktu itu Seong, yang deketin Minhee," protes Jungmo.

"Oh.. yaudah sih, gue cuma mau kenalan," Yunseong memindahkan Jaebin ke gendongan Jungmo, lalu menghampiri Seongmin yang semakin mengeratkan pelukannya pada Seobin. "Dek.. namanya siapa? Cantik banget sih.." Yunseong mencolek tahi lalat kecil di hidung Seongmin, membuat si empunya mengernyit.

"Namanya Seongmin. He's my son, and he's only 16 so please don't touch him," ujar Seobin ketus.

"Wah wah wah.. induknya galak. Anaknya manis banget padahal.. dek, kenalin. Nama gue Yunseong, temennya Seobin dari jaman SMA," kali ini, Yunseong mengulurkan tangannya, yang lantas Seongmin sambut disertai senyum malu.

"Seongmin, kak..." cicit Seongmin.

"Dia sepupunya Yohan, for your info," ujar Seobin lagi. "Jadi kalo lo macem-macem.. siap-siap aja peliharaan lo dibikin cacat."

"Galak banget sih lo Bin, udah kebelet punya anak beneran apa gimana? Sini deh lo jadi selir gue mending, biar anak gue ada yang ngurus," Yunseong berkata sembari mengendikkan bahunya.

Tentu saja ia hanya bercanda, namun itu membuat Seobin seketika murung.

"Dek.. mama mau bangunin Kak Serim sama yang lain. Kamu bantu siapin makanannya ya di meja," Seobin menoleh pada Seongmin dengan senyum yang dipaksakan. Seongmin yang menyadari bahwa tatapan pemuda itu berubah sendu pun buru-buru menjauhinya. Ia memang tidak pernah sanggup menyaksikan sosok pengganti ibunya itu bersedih.

"Kok lo manggil Seobin mama sih dek?" tanya Yunseong saat Seobin telah menghilang dari pandangan mereka.

"Soalnya aku nggak punya siapa-siapa lagi di Seoul, selain Kak Yohan. Kak Seobin.. dia bener-bener manjain aku semenjak hari pertama kita kenalan. Dia selalu masakin yang aku minta, jadi tempat curhat aku, marahin aku kalo bandel.."

"Yohan bukannya sama?" heran Yunseong.

"Nggak, kak. Kalo Kak Yohan tuh ya selayaknya kakak lah. Nggak berlebihan.."

THE TRUTH THAT LIES WITHIN 2.0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang