14

413 44 135
                                    

"Here you go."

Lima menit Serim menunggu, akhirnya Seobin menghampirinya dengan wadah minuman miliknya serta 2 potong kue kering berperisa red velvet.

"Kuenya dicelupin ke es krim, enak. Ini isinya juga udah ada krimnya, sama-sama rasa vanila. Lo suka vanila 'kan?"

"Perhatian banget sih? Ini gratis nih kuenya?" kekeh Serim.

"Gratis. Lo tadi kasih gue tip banyak banget, 2 kue ini harga totalnya 5.000 won jadinya gue input aja. Nggak enak sama lo.." Seobin mencebikkan bibir bawahnya.

"Gemesin..." Serim menyentil bibir bawah Seobin. "Mana? Nggak jadi ngerokoknya?"

"Nggak ah.. nggak mood. 'Kan udah ada lo yang nemenin."



❁ཻུ۪۪ ‎۪۫❁ཻུ۪۪ ‎۪۫❁ཻུ۪۪ ‎۪۫❁



Seobin telah selesai dengan jam kerjanya. Waktu memang berlalu cepat, tak terasa hari sudah berganti malam. Pukul 9 lebih 15 menit, tepatnya.

Serim duduk menyendiri di sudut, sesekali menyesap minumannya yang ketiga. Ia mengangkat kepalanya ketika Seobin menghampirinya dengan pakaian normal. Kemeja putih dan celana jins hitam, serta cardigan berwarna coklat muda. Ia bahkan menambah sedikit warna pada bibirnya.

Sementara di sudut lain, Yuvin sontak bangkit berdiri. Baru saja akan menghampiri Seobin ketika Serim menepuk pucuk kepala Seobin beberapa kali dan mereka berjalan beriringan menuju parkiran.

"Han.. jawab kakak, cowok itu siapa? Seobin selama ini ternyata udah deket sama orang lain dan kamu nggak kasih tau kakak? Kamu tuh dukung kakak balikan nggak sih sama Seobin? Atau kamu maunya kakak keliatan kayak orang bodoh?" tanya Yuvin yang berusaha meredam emosinya. "Pantes aja dari tadi kakak perhatiin akrab banget. Kakak pikir cuma temennya.."

"Kak, kok kamu buruk sangka gitu sama aku? Aku mana tau.. Serim tuh temen baru kita kak, emang anaknya cepet akrab aja mungkin," sahut Yohan. Ia sedikit tersinggung karena Yuvin menuduhnya begitu saja.

Yuvin pun pergi beranjak, mengejar Seobin yang semakin menjauh.

- - -

"Bin, ayo pulang."

Nada Yuvin terdengar menuntut. Seobin baru saja akan masuk ke mobil Serim ketika Yuvin menggamit lengannya dengan kasar.

"Pulang sama gue. Gue udah nungguin lo dari tadi," desak Yuvin.

"Vin.. 'kan gue udah bilang nggak mau? Gue punya janji sama temen gue.."

"Temen? No, I'm not buying it. I know that this guy right here isn't merely a friend. Gue nggak mau tau Bin.. gue udah disini. Jangan bikin gue kayak orang tolol.." Yuvin semakin keras menarik Seobin menjauh dari mobil Serim.

"Lo siapa ya?" Serim pada akhirnya membuka suara. Ia tidak suka bagaimana Yuvin datang begitu saja dan bertindak kasar pada Seobin.

"Kenalin, gue Yuvin. Calon suaminya Seobin. Gue nggak peduli lo siapa, tapi tolong nggak usah coba-coba deketin apa yang udah jadi punya gue," Yuvin tersenyum miring.

"Nggak, nggak gitu. He's just my ex, Serim. Can we go now?" Seobin melirik Serim takut-takut.

"Sure we can. Get in.." Serim membukakan pintu penumpang untuk Seobin.

THE TRUTH THAT LIES WITHIN 2.0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang