71

248 32 17
                                    

Taeyoung's POV



"Agenda hari ini apa kak?" tanyaku saat Serim telah selesai mandi. Ia menyodorkan handuknya padaku, memintaku mengeringkan rambutnya.

"Aduh bapak-bapak satu ini, maunya dimanjain terus," protes Jungmo. "Sama gue aja sini. Lo mending bantuin Minhee di dapur. Takut kebakaran rumah orang," usirnya.

"Nggak mau! Gue lebih nggak berguna lagi di dapur. Lagian udah ada Seongmin 'kan?" dengusku.

"Seongmin lagi ngasih susu Byeonghwi," sahut Serim.

"Loh kok tau?"

"Tadi 'kan gue lewat kamar Allen, pintunya nggak ditutup. Keringin!" desaknya.

"Sama gue," Jungmo merebut handuk di tanganku, kemudian duduk di kasur Serim. Serim duduk di karpet, kedua paha Jungmo mengapit bahunya. Aku pun mengendikkan bahuku, lalu memilih pergi menuju kamar Allen.

"Seongmin.. lagi apa?" tanyaku berbasa-basi.

Seongmin tersenyum padaku, sementara tangannya sibuk menimang Byeonghwi dan memberinya susu dari botol.

"Udah cocok belum?" tanyanya.

Aku melirik ke tempat tidur Allen, dimana Seobin duduk dan mengisyaratkanku untuk mengiyakan pertanyaan kekasihku yang menggemaskan itu.

"Cocok, sayang. Tapi kalo mau bikin jangan cepet-cepet ya, akunya nggak siap," cengirku. Seongmin pun nyaris saja melempariku dengan tutup botol Byeonghwi sembari menatapku merajuk. "Sini, gantian sama aku. Kamu ke bawah gih, bantuin Minhee di dapur.."

"Minhee di dapur? Bercanda ya? Masakan dia enak sih tapi dia ceroboh!" ia buru-buru menyerahkan Byeonghwi ke dalam gendonganku, kemudian bergegas turun.

Aku mendudukkan diriku di samping Seobin yang kini menatapku berbinar. Ia menyentuh kepala putranya yang masih sibuk meminum susunya.

"Seneng banget rasanya liat kamu sama Seongmin tadi.. kayak udah jadi pasutri muda. Kalian yang awet ya?" ujarnya.

"Amin, kak. Gue nggak akan berpaling dari Seongmin kalo nggak dia yang nyuruh gue pergi, kok. Gue bukan tipe yang gampang pindah hati."

"Makasih juga karna kalian selalu ada buat Serim. Coba aja kalo dia bisa liat gue.. mungkin dia bakal lebih baik dari sekarang."

"Gue nggak yakin, kak. Yang ada dia makin nggak bisa lepasin lo."

Seobin kini menundukkan kepalanya, rautnya seketika berubah suram. Aku mengulurkan tanganku dan menepuk pipinya, sementara ia mencebikkan bibirnya.

"Ngambeknya sama banget sih sama Seongmin," kekehku. Ia pun menepis tanganku pelan dan menoyor pelan kepalaku.

Byeonghwi melepas botol susunya, ia telah jatuh tertidur. Aku membaringkannya di kasur, kemudian mengusapi bahu Seobin yang masih menundukkan kepalanya.

"Kak.. sampe kapan lo mau disini? Lo nggak bisa gini terus, ini udah mau 40 hari. Bukannya kalo lewat dari itu.. lo bakalan stuck dan susah buat balik?" tanyaku hati-hati.

"Gue nggak keberatan, Tae. Gue seneng kok kayak gini aja, masih sama kalian. Bisa ketemu Serim sama anak gue.. as if I'm not dead yet. Lagian.. Seongmin belum bisa relain gue. Gue masih suka datengin dia di mimpi, mungkin dia nggak pernah cerita."

Mataku memanas dan aku memalingkan wajahku.

"Gue tau, kak. Di antara kita semua, emang dia yang paling kehilangan. Dia dua kali kehilangan sosok ibunya dalam beberapa tahun belakangan."

"Serim udah mulai mau buka hatinya lagi buat orang lain, kalo lo mau tau. Dia bener-bener nurutin apa yang gue minta."

"Emangnya.. apa kak yang lo minta?"

"Buat lupain gue dan jangan terlalu berlarut, banyak yang peduli sama dia dan mungkin lebih pantes."

"Kak! Kata siapa lo nggak pantes?" tukasku.

"Sst.. nanti anak gue bangun," keluhnya.

"Tae.. lo ngomong sama siapa?"

Pintu kamar terbuka dan Serim telah berdiri disana.

"Don't tell him the truth!"

Seobin meremat pahaku dan menatapku memohon.

"Ngomong sendiri kak.. gue niru dari drama," cengirku. Serim pun menghampiriku dan mengusak suraiku.

"Oh no.. he looks so cute with his wet hair," lagi-lagi, Seobin mengeluh.

"Kak Yuvin kesini lagi hari ini?" tanyaku.

Serim mengangguk dan mengulum senyumnya.

"Kesiangan sih. Tadinya dia mau ngajak lari pagi, tapi telat bangun gara-gara temennya yang lagi nginep. Temennya baru pulang dari Amerika, jadinya jetlag, nggak bisa tidur."

"Ah dia mah abis secelup kali kak, nggak percaya gue kalo mereka cuma tidur doang. Ini Eunsang soalnya, nggak beda jauh kelakuannya sama gue dulu," sambar Jungmo sembari berjalan masuk.

"Oh gitu ya.." Serim tersenyum dengan sedikit dipaksakan. "Semua cowok emang sama aja. Cuma Seobin yang baik."

Seobin pun terkekeh menanggapinya.

"Gemesin banget sih bocah ini," ucapnya.

"Kalian pada ke bawah aja gih, gue mau waktu berdua sama Byeonghwi. Boleh?" ujar Jungmo lagi.

Aku pun merangkul Serim dan menuntunnya keluar dari kamar tanpa berkata apa-apa lagi.

"Hey cutie," Yuvin menepuk pucuk kepala Serim begitu kami sampai di ruang tamu. Serim terlonjak karena kaget dan buru-buru menepis tangannya.

"And who told you that you can casually touch my head?" Serim mendengus.

"Kok galak? Salah tidur lo ya? Atau marah karna nggak jadi lari pagi?"

"Marah liat muka lo."

"Loh kok gitu? Gue cuma mau mampir bentar kok, nganter es krim kesukaan lo. Abis ini mau pergi lagi.. ada temen gue di mobil."

Yuvin menyodorkan kantong plastik berisi beberapa wadah es krim literan padanya. Serim menerimanya dengan mata berbinar, kemudian melompat dan memeluknya. Persis seperti bocah yang mendapat mainan baru.

"Nggak boleh pergi, temen lo suruh mampir aja?" pinta Serim dengan nada manja.

"Temen gue nggak begitu suka sama orang baru..."

"Suruh turun! Kayak orang asing aja, 'kan temennya gue sama Jungmo juga!" tukas Minhee.


.....tbc

THE TRUTH THAT LIES WITHIN 2.0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang