Hp ku berdering cukup lama, membuatku terbangun lalu meraih ponsel yang ada di atas meja kerjaku.
"Sungguh siapa yang menelpon sepagi ini?" Saat aku melihat jam di hp ku menunjukkan pukul 7 pagi.
Panggilannya terhenti. Kemudian berdering lagi. Menunjukkan nama CEO. Aku benar-benar tersadar.
"Oh tidak aku lupa, bagaimana ini?"
Karena panik aku dengan cepat mengangkatnya sambil mengambil pakaian di lemari.
"Ha-
"Ya!! Kenapa baru mengangkat teleponku?"
Aku menjauhkan hp ku dari telinga. Menggerutu sebentar lalu berdeham berusaha menetralkan suaraku.
"Maaf, aku baru selesai mandi pak, mengapa anda menelpon sepagi ini?"
"Mengapa katamu? Hari ini cravity ada jadwal latihan. Kan sudah kukatakan? Manager macam apa kamu ini?!"
Suaranya tidak seperti semalam yang terkesan ramah. Aku benar-benar merasa takut.
"Halo? Apa aku berbicara dengan patung?"
"Maafkan aku pak. Aku akan segera ke dorm mereka."
"Cepat! Mereka sudah ditunggu pelatih!"
Pip.
Telpon nya dimatikan sepihak. Astaga aku mengacaukan hari pertamaku.
***
Aku menekan bel cukup lama hingga ada yang membukakan pintu. Itu Taeyoung. Seperti melihat pahatan patung yang berubah menjadi nyata, Aku ingin teriak saja rasanya.
Tapi tidak, aku disini berperan sebagai manager, bukan waktunya untuk senang.
"Manager kenapa baru datang? Kami menunggu mu dari tadi." Ekspresinya datar tapi tetap berusaha tersenyum.
"Maafkan aku. Baiklah ayo cepat kita harus berangkat. Trainer kalian menunggu."
Mereka akhirnya bergegas memasuki mobil Van.l yang disiapkan.
Minhee, Hyeongjun, Seongmin Taeyoung dan aku berada dalam satu van. Sedangkan Jungmo, Woobin, Wonjin, Allen dan Serim berada di Van yang satunya.
Sejak tadi mereka tidak ada yang bicara. Kurasa ini semua karena aku, mereka jadi terlihat tegang.
Mataku sempat bertemu dengan Seongmin. Ia tersenyum kepadaku dan itu membuatku sedikit tenang. Walaupun ia juga tak kalah takutnya.
Kami sampai di tempat mereka latihan. Aku turun terlebih dahulu lalu segera menunggu mereka keluar satu per satu. Syukurlah tidak macet.
"1,2,3 4,5,6,7, 8. Eh cuma 8?"
Aku kembali ke dalam Van dan melihat Wonjin terduduk di sana dengan ekspresi kosongnya.
"Wonjin, kau tidak apa-apa?"
Tak ada jawaban darinya. Aku duduk di hadapannya kemudian menggenggam tangannya yang hangat.
"Wonjin?"
Ia mengangkat pandangannya padaku tapi tak mengatakan apapun.
"Apa terjadi sesuatu?" Tanyaku lagi.
"Aku gugup. Ini latihan pertama setelah debut." Cicitnya.
Aku semakin mengeratkan genggamanku, mengulas senyum terbaikku.
"Tenanglah ini baru latihan."
"Aku takut suaraku tidak sebagus yang lainnya."
"Tidak apa, inilah gunanya latihan. beranikan dirimu." Ucapku meyakinkannya.
"Kau tidak ingin mengecewakan penggemarmu kan? Untuk persiapan comeback kamu harus berlatih keras untuk melihat hasil yang bagus."
Perlahan ia mulai menatapku lagi setelah terus menunduk.
"Baiklah. Demi penggemar aku harus latihan dan tampil bagus."
Wonjin keluar dari mobil, disusul olehku. Kami berlari karena semua sudah bersiap di dalam.
Saat aku tiba, aku bisa mendengar Hyeongjun membicarakanku.
"Apa dia bisa dipercaya? Kita tidak akan terkena masalah karena dia kan?"