Sejak fansign hari itu Serim terus saja menghindariku atau hanya sekedar menanyakan jadwal kegiatan.
"Aku butuh penjelasan.. rasanya ingin menangis aja."
Aku terus berputar-putar di gedung agensi menunggu Serim lewat dan yap! Dia di sini, tentu tak akan ku lewatkan.
"Serim."
"Oh Nana-maksudku manager. Ada yang ingin dibicarakan?"
"Tentu dan kurasa kau tahu kemana arah pembicaraanku."
"Baiklah aku menyerah. Aku juga lelah bermain kucing-kucingan begini, manager ayo ikut aku."
Aku mengikuti Serim tepat di belakangnya seperti anak kucing. Kami menaiki lift ke lantai 3, ruang CEO.
Serim mengetuk pintu ruangan tersebut tiga kali kemudian berujar,
"Permisi, ini Serim." Terdengar teriakan dari dalam sana mempersilahkan serim masuk.
"Ada ap-oh?"
Serim menuntunku masuk dan menutup pintunya rapat.
"Kurasa sudah saatnya kita menjelaskan ini padanya, pak CEO."
***
"Baiklah.. kami membuka project 11:11, untuk memberi kesempatan pada satu orang tepatnya fans untuk bertemu cravity dengan perantara manager."
Kaget? Tentu saja. Jadi ini semua sudah direncanakan ya?
"Aku tahu kau bingung. Project ini sudah aku dan serim rencanakan sejak sebelum debut."
"Cara kerjanya?"
"Ya.. kami menawarkan untuk seluruh orang lewat aplikasi tipuan yang kau dapatkan hari itu."
"Ah... Cravits?"
"Benar! Sebenarnya itu hanya pengalihan. Cara kerja sebenarnya adalah dengan mengucap harapan di jam 11:11 tepat.
-Dan kau satu-satunya yang membuat harapan bertemu Cravity hari itu."
Jujur aku masih kesulitan menerima ini, ingin marah karena tak diberitahu lebih awal mengenai semuanya. Tapi aku masih butuh informasi lebih jadi aku mendengarnya dengan sabar.
"Maaf manager. Aku salah." Ucap Serim yang melihat raut wajah kesal sekaligus kecewa terpancar di wajahku.
"Lalu.. batas waktuku?"
"Waktunya 1 bulan, Kau sudah disini 15 hari jadi.. setengah lagi. 2 minggu."
"Baik terima kasih atas penjelasannya. Aku permisi."
"Akan kukejar." Sahut serim yang meminta izin pada CEO.
***
"Manager kumohon tunggu!" Serim terus mengejarku, berhasil meraih pergelangan tanganku saat kami di basement.
"Kumohon jangan begini."
"Kenapa tidak bilang dari awal kalau kau tahu?! Aku ingin pulang ke tempatku. Bagaimana caraku pulang?!"
"Tidak akan bisa, kau harus menunggu sampai waktu yang diberikan habis."
Aku hanya terdiam tak menggubrisnya. Entah kenapa air mataku menggenang.
"Maaf. Aku minta maaf."
"Baiklah. Aku ingin pulang ke apartemen jadi tolong lepaskan."
Aku berusaha melepaskan genggaman Serim tapi ia mencengkram pergelanganku cukup kuat.
"Biar aku antar."
"Tidak, aku ingin pulang sendiri. Kumohon."
Setelah mengatakan itu serim melepaskanku dan aku pergi dari basement menuju apartemen setelah mendapatkan taksi.
Maaf. Bukan begini seharusnya tapi aku ingin sendiri dulu.