09

330 59 3
                                    

"Dilihat dari jadwal kalian akan menampilkan jumper dan break all the rules."

Mereka mengangguk mengerti. Kali ini kami sedang ada di backstage,menunggu giliran mereka untuk tampil.

"Kalian pasti akan membuat penggemar histeris." Ucapku untuk membuat mereka tidak tegang.

Seseorang masuk dan mengatakan kalau ini adalah giliran mereka untuk tampil. Aku memberi semangat pada mereka sebelum meninggalkan backstage.

Aku menonton penampilan mereka secara langsung di depan mataku. Benar-benar luar biasa. Di rumahku —bukan apartemen— aku selalu melihat penampilan mereka dari layar hp, tapi sekarang aku bisa melihat langsung bahkan menyemangati mereka. Rasanya aku ingin tetap seperti ini.

Melihat mereka secara langsung adalah impianku. Tak sadar air mata mengucur dari pelupuk mataku.

"Ini bukan saatnya seperti ini, Na." Kataku pada diriku sendiri.

Penampilan mereka sangat bagus, mereka semakin berkembang. Aku yakin penggemar akan semakin menyayangi mereka.

Saat penampilan kedua aku menyaksikan satu per satu member, tapi tatapan ku terhenti pada Taeyoung.

"Ada apa dengan ekspresi itu? Apa dia sakit?"

Taeyoung sering kali terlihat meringis walaupun tidak terlalu jelas. Penampilan mereka akhirnya selesai dan mereka kembali ke ruang tunggu.

Mereka masuk sambil mengibas-ngibaskan tangan karena keringatan. Aku fokus memperhatikan Taeyoung yang berjalan lemas.

"Taeyoung apa kamu sakit?" Tanyaku padanya dan membuat member lain juga berfokus pada Taeyoung. Dia hanya diam tidak menjawab pertanyaanku.

Aku mendudukkan Taeyoung pada satu kursi dan memegang keningnya.

"Taeyoung kamu sepertinya demam. Sebaiknya kita pulang sekarang. Kalian tolong jaga Taeyoung aku akan meminta izin pada event organizernya."

"Baik manager."

Untungnya sudah tidak ada acara lagi setelah ini, kami dibolehkan pulang terlebih dahulu.

Taeyoung tertidur di mobil, ia terlihat sangat kelelahan. Peluh juga membanjiri area sekitar pelipisnya.

"Taeyoung menahannya sejak tadi?" Bisik Allen pada Minhee dan mendapat anggukan walau tak merasa yakin.

"Mata manager sangat jeli, aku bahkan tidak tau kalau taeyoung sakit. -Jungmo

"Apa kita telpon dokter Jang?"

***

Aku berdiri di depan pintu mobil van, membersihkan sampah cemilan yang ada di mobil. Sampai suara Taeyoung mengagetkanku.

"Ehem, manager."

"Taeyoung? Ada apa? Kau sudah baikan?"

Dia mengangguk sebagai jawaban.Aku memegang dahinya, masih agak sedikit hangat. Tadi dia menolak untuk diperiksa dokter jadi hanya minum obat saja.

Ia Terlihat malu-malu, satu tangannya terlihat ia sembunyikan dibalik punggungnya membuatku penasaran.

Tak lama ia menunjukkan setangkai mawar.

"Untukmu, terima kasih sudah khawatir padaku-

Dan maaf atas sikapku."

Aku mengelus puncak kepalanya, rasanya aku punya bayi besar disini.

"Tidak apa-apa, sungguh. Mungkin kau butuh waktu untuk menerimaku."

*Behind the scene di dorm.*

Seongmin : hari ini aku mau memberikan wonjin hyung mawar dalam rangka ingin mengucapkan selamat kepada Wonjin hyung sudah memasuki usia 20.

Seongmin mengendap-endap menuju kamar wonjin lalu secara tiba-tiba menunjukkan mawar itu pada wonjin. Wonjin terlihat kaget dan bingung.

Seongmin masih pada posisinya, satu kakinya bertumpu pada lantai sambil memegang mawar itu.

Jujur ia juga malu tapi ia tidak ingin rencana yang sudah ia pikirkan beberapa hari lalu itu tidak terlaksana.

Semua member bersorak "terima" beberapa kali. Seakan seongmin sedang menyatakan cinta.

Wonjin menerima bunganya dan terus menghirup aroma bunga itu.

Seongmin : aku menyemprotkan parfum yang banyak pada bunganya. Kalau kau hitung ada 20 tangkai di dalamnya. Sesuai umurmu."

Wonjin : tapi ini cuma ada 19 tangkai.

Taeyoung : oh benarkah? Wah bagaimana ini cuma 19? (Oknum yang berpura-pura tak bersalah)

Seongmin kaget, berniat untuk mengambil kembali dan menghitungnya tapi Wonjin merapatkan bunga itu ke wajahnya dengan bermaksud bahwa dia lah tangkai mawar ke 20.

11 : 11 (Cravity)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang