-Titania POV-
Kelasku 10 IPA 3. Dikelas terdiri dari 29 orang murid. 17 murid perempuan dan 12 murid laki-laki. Semuanya ada teman sebangku, kecuali Zafeera. Kami selalu bertiga kemanapun di sekolah. Ke kantin ataupun ke mushola untuk sholat.
Zafeera murid yang pintar menurutku. Bahkan ia lebih cocok jika menjadi murid akselerasi. Sedangkan aku dan Dellya tidak sepintar Zafeera. Kami selalu belajar bersama, entah itu di kelas ataupun berkumpul di rumahku.
Di kelas, ada seorang murid bernama Dimas. Ketua kelas jabatannya. Dia cukup humble dengan banyak orang, terutama cewek-cewek. Bahkan Dimas sering bergabung dengan kami bertiga untuk belajar bersama. Dimas cukup piawai dalam bernyanyi. Dia sering menjadi penyanyi di berbagai acara.
Kami semua saling mengenal, bahkan ada yang berasal dari SMP yang sama. Dalam pembelajaran di kelas pun kami saling support satu sama lain. Tapi sungguh disayangkan, di kelas kami cenderung berkelompok. Ada beberapa kelompok di kelas ini, salah satunya kami bertiga. Aku tak pernah mempermasalahkan itu. Karena bagiku, setiap orang pasti memiliki orang-orang terdekatnya saja yang dipercaya untuk mendengarkan cerita dan memberi nasihat.
Tapi diluar itu semua, kami sekelas cukup kompak. Kami diwajibkan untuk mengikuti ekstrakulikuler. Ada berbagai macam ekstrakulikuler yang disediakan di sekolah. Ada paskibra, PMR, seni tari, teater, futsal, basket, takraw, pramuka, dan masih banyak lagi. Aku memilih ekstrakulikuler PMR, Dellya memilih seni tari, sedangkan Zafeera memilih pramuka.
Sebenarnya, aku sangat jarang mengikuti ekskul PMR. Hampir tidak pernah aku mengikuti latihannya. Pernah suatu ketika, jadwalku untuk berjaga di belakang barisan saat upacara. Aku tak pernah tahu sebelumnya bagaimana cara untuk berjaga. Di koridor belakang barisan, ada beberapa bangku. Aku fikir kami yang berjaga diperbolehkan untuk duduk di bangku itu. Aku duduk di bangku itu, tak ada yang menegurku. Sampai suatu ketika, ada guru yang melewatiku. Beliau bertanya, aku sakit apa. Akupun bingung, aku menjawab jika aku tidak sakit. "Aku petugas PMR" Jawabku. Betapa malunya aku, ternyata kursi-kursi itu untuk siswa yang sakit. Semua orang melihat ke arahku. Pipiku merah merona. Aku langsung berdiri dan meminta maaf.
Upacara hari ituberjalan lancar, tidak begitu panas seperti biasanya. Namun cukup lama saatpidato beberapa bahasa asing yang dibawakan oleh siswa-siswa petugas upacara. Saatmenyanyikan lagu wajib, diiringi oleh siswa yang memainkan keyboard, sangat syahdu pikirku. Saat aku SMP, upacara sangatmembosankan. Berbeda dengan sistem upacara di SMA ku ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHS Babes 💋
Novela JuvenilKatanya kalau sahabatan lebih dari 7 tahun bakalan abadi, emang iya?